MARKET NEWS

Harga Emas dan Dolar Kompak Lesu, Pasar Menanti Langkah Lanjutan The Fed

Maulina Ulfa - Riset 15/08/2023 17:56 WIB

Harga emas masih menunjukkan tren penurunan pada perdagangan Selasa (15/8/2023).

Harga Emas dan Dolar Kompak Lesu, Pasar Menanti Langkah Lanjutan The Fed. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga emas masih menunjukkan tren penurunan pada perdagangan Selasa (15/8/2023). Penurunan harga emas menjadi anomali saat dolar Amerika Serikat (AS) juga terpantau menurun. Instrumen greenback beringsut lebih rendah.

Lazimnya, harga emas cenderung terkerek ketika indeks dolar mengalami penurunan dan sebaliknya.

Emas spot turun 0,18 persen di level USD 1.904 per troy ons, pada pukul 16.00 WIB. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sementara pada periode yang sama, indeks dolar yang melacak greenback terhadap sekeranjang enam mata uang lainnya, diperdagangkan 0,15 persen lebih rendah di level 103,03.

Sebelumnya, dolar sempat menyentuh level 102,982, setelah sempat mencapai level tertinggi 1,5 bulan di angka 103,46 pada perdagangan Senin (14/8).

Sejumlah sentimen menyebabkan penurunan lanjutan harga emas di antaranya tekanan dari dolar yang menguat pekan lalu dan imbal hasil Treasury AS karena laporan inflasi produsen negeri Paman Sam yang lebih tinggi dari perkiraan untuk bulan Juli.

Imbal hasil Treasury AS naik pada perdagangan hari ini karena investor juga tengah menunggu data dan laporan ekonomi AS sebagai gambaran langkah ke depan.

Imbal hasil Treasury 10 tahun naik 0,043 poin di level 4,225 persen. Sementara imbal hasil Treasury 2 tahun naik 0,004 poin menjadi 4,969 persen.

Kenaikan ini memicu spekulasi pasar bahwa bank sentral The Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.

Investor juga tengah bersiap untuk data penjualan ritel AS dan risalah pertemuan kebijakan terakhir The Fed pada minggu ini yang menjadi tolak ukur dalam melihat prospek ekonomi dan suku bunga.

Di Asia, data menunjukkan bahwa ekonomi Jepang tumbuh lebih dari yang diharapkan pada kuartal kedua tahun ini. PDB Jepang tumbuh 1,5 persen secara kuartalan (QOQ) dan 6 persen secara tahunan (YOY.Angka ini jauh melebihi ekspektasi masing-masing sebesar 0,8 persen dan 3,1 persen.

Sementara itu, indeks produksi industri, penjualan ritel, dan investasi aset tetap di China dilaporkan naik kurang dari yang diharapkan pasar pada Juli. Kondisi ini menambah kekhawatiran tentang ekonomi negari Tirai Bambu yang melambat.

Serangkaian data China pada Selasa juga menyoroti tekanan yang meningkat pada ekonomi dari berbagai sektor. Kondisi ini mendorong Beijing untuk memangkas suku bunga kebijakan utama sebagai langkah untuk menopang aktivitas ekonomi. Namun, para analis memperingatkan butuh lebih banyak dukungan untuk merevitalisasi pertumbuhan di China. (ADF)

SHARE