Harga Minyak Berada di Persimpangan Tren, Pasar Menanti Katalis Baru
Harga minyak mentah berbalik menguat dari pelemahan di tengah sesi pada Jumat (7/11/2025) pekan lalu.
IDXChannel – Harga minyak mentah berbalik menguat dari pelemahan di tengah sesi pada Jumat (7/11/2025) pekan lalu.
Kenaikan ini didorong oleh harapan bahwa Hungaria dapat kembali memanfaatkan pasokan minyak Rusia, seiring pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban di Gedung Putih.
Kontrak berjangka Brent ditutup pada USD63,63 per barel, naik 0,39 persen. Sementara West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir di USD59,75 per barel, menguat 0,54 persen.
Kedua acuan harga tersebut mencatat penurunan sekitar 2 persen secara mingguan, seiring meningkatnya produksi dari produsen global utama.
"Kita sedang mencermati pertemuan Trump dan Orban untuk melihat apakah ada kesepakatan yang bisa meredakan sanksi terhadap Lukoil dan Rosneft," kata Partner di Again Capital, John Kilduff, dikutip Reuters.
Hungaria diketahui tetap bergantung pada energi Rusia sejak konflik Ukraina meletus pada 2022, sikap yang mengundang kritik dari sejumlah anggota Uni Eropa dan NATO.
Prospek Pekan Ini
Analis FXEmpire, James Hyerczyk, menilai pasar minyak WTI saat ini berada di titik krusial setelah harga sempat menguji area retracement jangka pendek. Dari sisi teknikal, WTI menguji rentang USD59,27 (level 50 persen) hingga USD58,49 (level 61,8 persen) sebelum ditutup sedikit di atas zona tersebut. Area ini kini menjadi penentu arah pergerakan dalam waktu dekat.
Hyerczyk menjelaskan, penembusan yang konsisten di atas USD59,27 dapat membuka ruang kenaikan menuju rata-rata pergerakan 50 hari (MA-50) di sekitar USD61,15, lalu menuju rata-rata pergerakan 200 hari (MA-200) di kisaran USD61,71.
Namun, apabila harga kembali melemah dan gagal bertahan di atas USD59,27, peluang penurunan menuju USD58,49 akan kembali menguat. Penurunan lebih dalam berpotensi membawa WTI ke area USD55,96-USD55,27.
Sentimen pasar sendiri masih rapuh. Penutupan (shutdown) sebagian pemerintahan AS menyebabkan ribuan penerbangan dibatalkan, menekan permintaan bahan bakar jet dan diesel.
Sementara itu, OPEC+ menyepakati kenaikan produksi kecil untuk Desember, namun menunda langkah tambahan pada kuartal I-2026, mencerminkan kewaspadaan terhadap kelebihan pasokan.
Arab Saudi turut menurunkan harga jual minyak untuk pembeli Asia di tengah pasar global yang relatif berlimpah.
Meski demikian, permintaan dari China masih menjadi penopang. Impor minyak mentah pada Oktober naik 2,3 persen secara bulanan dan 8,2 persen secara tahunan, seiring tingkat pemanfaatan kilang yang tinggi. Aktivitas ini menjaga pasokan tetap ketat di pasar OECD.
“Penutupan di atas level retracement memberi sinyal arus beli mulai muncul, tetapi pasar belum benar-benar keluar dari tekanan,” ujar Hyerczyk.
Menurutnya, level MA-200 di sekitar USD61,71 akan menjadi titik penentu perubahan momentum. Selama level ini belum ditembus, reli masih berisiko tertahan oleh sentimen lemahnya permintaan dan potensi kenaikan persediaan. (Aldo Fernando)