MARKET NEWS

Harga Minyak Tergelincir di Tengah Kekhawatiran Turunnya Permintaan China

Nia Deviyana 04/11/2022 06:24 WIB

Penurunan harga minyak juga imbas kekhawatiran atas pasokan yang ketat.

Harga Minyak Tergelincir di Tengah Kekhawatiran Turunnya Permintaan China. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Harga minyak turun sekitar 2% pada penutupan perdagangan Kamis (3/11/2022) karena China mempertahankan kebijakan nol-Covid dan kenaikan suku bunga AS mendorong dolar, meningkatkan kekhawatiran resesi global yang akan menghambat permintaan bahan bakar.

Penurunan harga minyak juga imbas kekhawatiran atas pasokan yang ketat.

Melansir Reuters, Brent berjangka turun USD1,49 atau 1,5% menjadi menetap di usd94,67 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD1,83 atau 2,0% menjadi menetap di USD88,17.

Kedua tolok ukur minyak dunia itu naik lebih dari USD1 pada Rabu, bahkan ketika Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin dan kepala bank sentral AS Jerome Powell mengatakan terlalu dini untuk mempertimbangkan menghentikan kenaikan suku bunga.

Adapun dolar naik pada Kamis, dengan Powell menunjukkan bahwa suku bunga AS kemungkinan akan mencapai puncaknya di atas ekspektasi investor saat ini.

Dolar yang kuat mengurangi permintaan minyak karena membuatnya lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

"Minyak sedang berjuang melawan prospek ekonomi global yang melemah dan dolar yang melonjak. Tampaknya penyebab bearish ini tidak akan mereda dalam waktu dekat," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran secara tak terduga turun minggu lalu, menunjukkan pasar tenaga kerja tetap kuat meskipun permintaan domestik melambat di tengah kenaikan suku bunga Fed untuk menjinakkan inflasi.

Amerika Serikat bukan satu-satunya negara yang melakukan pengetatan.

Bank of England menaikkan suku bunga paling banyak sejak 1989 dan memperingatkan Inggris pada kemungkinan menghadapi resesi yang panjang.

Di China, kasus Covid-19 mencapai level tertinggi dalam dua setengah bulan, meredam harapan investor untuk pelonggaran pembatasan yang menghantam ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Selain itu, konsumsi gas alam China mungkin mencatat penurunan pertama pada 2022 dalam dua dekade di tengah kesulitan ekonomi, dengan permintaan musim dingin ini lebih rendah daripada tahun-tahun sebelumnya, kata pejabat energi negara.

Pembuat kebijakan China berjanji bahwa pertumbuhan masih menjadi prioritas.

Embargo Uni Eropa (UE) terhadap minyak Rusia atas invasinya ke Ukraina akan dimulai pada 5 Desember dan akan diikuti dengan penghentian impor produk minyak pada Februari.

Output yang lebih rendah dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga memberikan dukungan pada harga, dengan survei Reuters menemukan output kelompok produsen turun pada Oktober untuk pertama kalinya sejak Juni.

OPEC+, memutuskan pada awal Oktober untuk memangkas produksi yang ditargetkan sebesar 2 juta barel per hari mulai bulan ini. (NIA)

SHARE