IHSG Berpotensi Kembali Melemah, Pasar Tinggalkan Saham Big Caps

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diproyeksi bergerak melemah pada perdagangan jelang akhir pekan ini (7/2/2025). 

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diproyeksi bergerak melemah pada perdagangan jelang akhir pekan ini (7/2/2025). 

IHSG kemarin melemah 2,12 persen ke 6.875,54. Nilai transaksi mencapai Rp13,73 triliun (all market).

Menurut riset WH Project, IHSG meninggalkan dua level psikologis pada 7.000 dan 6.900 dalam satu hari. Tekanan jual asing pada saham-saham big caps semakin besar.

Asing mencatatkan net sell mencapai Rp2,8 triliun. Net sell terbesar terjadi pada saham BMRI, BBCA, GOTO, ASII, dan PANI.

"Kali ini bukan lagi efek sentimen eksternal maupun sentimen nilai tukar, namun sepenuhnya pilihan pasar untuk meninggalkan saham-saham big caps, khususnya perbankan yang sudah downtrend sejak Desember 2024," katanya, Jumat (7/2).

Secara teknikal, IHSG disebut telah menembus support 6.940. Estimasi target pelemahan berikutnya pada 6.800. Sementara itu, posisi candlestick IHSG membentuk pola bearish engulfing, mengindikasikan pelemahan.

Nilai transaksi harian berada di atas rentang rata-rata harian (Rp10 triliun), disertai dengan net sell mencapai triliun, maka memberikan indikasi panic selling.

"Memperhatikan faktor-faktor di atas, kami memproyeksikan IHSG hari ini berpotensi bergerak melemah dalam range 6.800-6.972," tuturnya.

Berikut rekomendasi saham hari ini dari WH Project:

1. PT XL Axiata Tbk (EXCL), buy, support 2.260, resistance 2.350 

Konsolidasi cenderung menguat membentuk demand zone.

2. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), buy, support 2.030, resistance 2.120

Penguatan konsisten di atas MA5 dan MA20 untuk trend following.

3. PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), buy, support 183, resistance 204

Pergerakan harga membentuk pola symmetrical triangle dengan neckline pada 183.

4. PT Medialoka Hermina Tbk (HEAL), buy, support 1.315, resistance 1.400

Membentuk demand zone dan menguji resistance pada 1.400, terindikasi jenuh jual.

(Fiki Ariyanti)