IHSG Tumbuh Tipis Tahun Ini, BEI: Terdampak Suku Bunga dan Inflasi
sulitnya IHSG bertumbuh lebih maksimal lantaran tertekan oleh sejumlah sentimen yang tersedia di pasar.
IDXChannel - Industri pasar modal nasional berhasil mencatatkan kinerja positif di sepanjang tahun ini.
Salah satu tolok ukur yang bisa digunakan yaitu capaian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada 28 Desember 2022 telah berada di level 6.850,52.
Capaian tersebut terhitung tumbuh tipis sebesar 4,09 persen dibanding posisi IHSG pada akhir tahun 2021. Tak hanya itu, posisi tersebut bahkan terhitung minus dibanding capaian tahun sebelumnya, di mana indeks mampu tumbuh sebesar 10,1 persen.
Minimnya porsi pertumbuhan tersebut diakui oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurut Direktur Utama BEI, Iman Rachman, sulitnya IHSG bertumbuh lebih maksimal lantaran tertekan oleh sejumlah sentimen yang tersedia di pasar.
Dua poin sentimen negatif yang paling dirasakan disebut Iman adalah kombinasi antara kenaikan suku bunga acuan baik di level global maupun domestik, serta peningkatan inflasi di dalam negeri.
"Kenaikan interest rate di US dan Indonesia membawa dampak ke (pergerakan) IHSG. Ketika The Fed menaikkan interest rate-nya, bursa kita turun. Tapi yang paling besar impact-nya adalah domestic inflation," ujar Iman, dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2022, Kamis (29/12/2022).
Namun demikian, meski dihadapkan pada sejumlah tantangan tersebut, kinerja industri pasar modal tetap mampu bertahan dalam teritori positif. Capaian itu menurut Iman patut diapresiasi lantaran merupakan bukti dari kekuatan pasar modal Tanah Air sejauh ini.
"Kita beruntung dan patut bersyukur bahwa di Indonesia, dalam RNTH (rata-rata nilai transaksi harian) yang hampir Rp15 triliun itu, (kontribusi) investor asingnya hanya sekitar 30 persen. Sisanya 70 persen itu (kontribusi) investor domestik. Itu yang membuat kita bisa bertah," ungkap Iman.
Kondisi tersebut patut disyukuri, lanjut Iman, lantaran baru terjadi dalam lima tahun terakhir. Menilik pada kondisi sebelumnya, Iman menyebut bahwa kontribusi investor asing masih demikian besar, sehingga membuat pasar modal Indonesia relatif rentan.
"Kalau lima tahun lalu (kontribusi investor) asing itu masih 70 persen, sehingga ketika The Fed naikkan suku bunga. investor langsung pindah. Capital outflow langsung membesar. Kalau sekarang kita sudah aman," tutur Iman.
Dan lagi, meski hanya mampu tumbuh tipis, pergerakan IHSG terbukti sukses mencatatkan rekor tertinggi baru di level 7.318,016, yang terjadi pada 13 September 2022 lalu.
Sementara dari segi kapitalisasi pasar, rekor terjadi pada 27 Desember 2022 lalu, di mana nilai pada hari tersebut mencapai Rp9.600 triliun, meski kemudian kembali turun per 28 Desember 2022 menjadi sebesar Rp9.509 triliun.
Dibandingkan capaian kapitalisasi pasar pada akhir tahun 2021 yang masih sebesar Rp8.256 triliun, maka terjadi pertumbuhan sebesar 15,2 persen.
"Hal-hal seperti ini menurut Saya perlu kita syukuri dan apresiasi, karena di tengah pasar yang challenging seperti ini, kita masih mampu mempertahankan pasar modal kita tumbuh secara positif," tegas Iman. (TSA)