Industri Unggas Loyo di Awal 2023, Saham JPFA-WMPP Cs Masih Menarik?
Saham emiten unggas menghadapi sejumlah tantangan yang menyebabkan industri ini menjadi loyo pada awal 2023.
IDXChannel – Saham emiten unggas menghadapi sejumlah tantangan seperti melambatnya permintaan hingga harga rata-rata ayam broiler yang melemah sepanjang Januari.
Melansir riset Mirae Asset Sekuritas bertajuk “Poultry: A Weak Start to the Year” yang dirilis pada Jumat (3/2), harga rata-rata ayam broiler pada Januari melemah 22,7 persen year on year (yoy) menjadi Rp16,3 ribu/kg.
Melemahnya harga broiler di bulan tersebut disebabkan oleh permintaan yang melambat serta jumlah culling atau pemusnahan yang rendah pada akhir 2022 lalu.
Informasi saja, culling merupakan program yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian untuk day of chicken (DOC) bagi perusahaan unggas. Program ini digulirkan untuk menjaga harga daging ayam yang anjlok akibat kelebihan pasokan.
Adapun, Mirae Asset mecatat, pada November-Desember 2022 program culling menyasar sekitar 14 juta ekor/minggu. Sedangkan, pada Desember-Januari, program culling hanya menyasar 7 juta ekor/minggu.
“Kami menganggap angka tersebut cukup rendah dibanding dengan culling yang normalnya sebesar 20 juta ekor/minggu,” tulis Mirae Asset.
Hingga saat ini, tak ada lagi instruksi culling yang digulirkan pemerintah setelah program terakhir pada 28 Januari lalu, sehingga harga ayam broiler dan DOC menjadi merosot sejak Januari.
Sentimen ini tentunya berpengaruh bagi kinerja saham emiten-emiten unggas. Menurut Mirae Asset, saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) diperdagangkan sideways.
Sementara, saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) juga kurang menguntungkan karena sentimen ini.
Kendati demikian, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, kinerja saham emiten-emiten unggas secara year to date (YTD) masih menguat.
Adapun, PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP) memimpin menghijaunya saham emiten unggas, yakni melesat hingga 31,08 persen sepanjang 2023.
Sedangkan, saham CPIN dan JPFA menguat masing-masing sebesar 3,54 persen dan 5,41 persen.
Berbeda dengan emiten unggas lainnya, saham PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) justru ambles hingga 25,88 persen secara YTD. (Lihat grafik di bawah ini.)
Di samping itu, Mirae Asset mengatakan, kinerja emiten unggas di kuartal IV-2022 tak sesuai dengan harapan.
“Kami mengantisipasi bahwa pendapatan kuartal IV-2022 tidak semenarik yang kami harapan dengan kinerja segmen broiler yang lebih rendah dari perkiraan dapat mengimbangi sedikit peningkatan margin,” tulis Mirae Asset.
Seiring dengan sejumlah tantangan yang disebutkan di atas, Mirae Asset memberikan rating netral bagi industi ini.
“Kami memertahankan rating netral bagi sektor ini karena kami menganggap katalis positif yang kuat bagi pergerakan sahamnya masih harus diperhatikan saat ini,” tulis riset tersebut.
Sedangkan, Mirae Asset juga memperkirakan terdapat investor yang tetap konservatif terhadap sektor unggas hingga adanya katalis positif kuat yang dapat mengerek harga sahamnya.
“Kami berlindung pada pemain besar di industri ini sebagai pilihan utama kami saat ini,” tulis Mirae Asset.
Adapun, untuk emiten pilihan di industri unggas, Mirae Asset memilih CPIN dan JPFA. Selain itu, sekuritas ini masih memberikan rating buy atau beli untuk kedua saham tersebut serta WMPP.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.