MARKET NEWS

Intip Cuan Deretan Saham Konglomerat Tahun Ini

Melati Kristina - Riset 05/09/2022 07:00 WIB

Dari 800-an emiten di bursa, bagaimana kinerja saham emiten milik konglomerasi Tanah Air? Mana saham paling cuan?

Intip Cuan Deretan Saham Konglomerat Tahun Ini. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Dari total 800-an emiten yang melantai di bursa, beberapa di antaranya dikuasai oleh konglomerasi Tanah Air. Sebut saja, Grup Bakrie, Grup Djarum, Grup Sinar Mas, Grup Salim, Grup MNC, dan lainnya.

Emiten-emiten tersebut memiliki fokus bisnis yang beragam, mulai dari pertambangan batu bara, perbankan, kesehatan, properti, konsumer, sampai otomotif.

Dari Bakrie sampai TP Rachmat

Grup Bakrie, misalnya, yang menguasai emiten pertambangan seperti PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Bumi Resourcers Tbk (BUMI), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), dan lain sebagainya.

Keluarga Hartono, konglomerat pengendali Grup Djarum juga menguasai berbagai emiten yang manggung di bursa, seperti bank swasta terbesar PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), emiten menara PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), dan PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR).

Grup Konglomerasi lainnya yakni Grup Lippo mengendalikan berbagai emiten yang bergerak di sektor kesehatan, retail, hingga perbankan. Emiten-emiten tersebut yakni ritel PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), pengelola rumah sakit (RS) PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), dan emiten bank PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU).

Selain itu, Grup Sinar Mas juga memiliki emiten, seperti perusahaan telekomunikasi PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan emiten properti Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).

Ada pula Grup Salim dengan emitennya, yakni produsen mie instan kenamaan PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) dan dua emiten sawitnya, yakni PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP).

Grup Astra juga memiliki emiten yang bergerak di bidang otomotif, yaitu PT Astra International Tbk (ASII) dan PT United Tractors Tbk (UNTR) di bidang distributor alat berat. (Lihat tabel di bawah ini.)

Selanjutnya, Bos MNC Group, Hary Tanoesoedibjo (HT) juga memiliki berbagai emiten yang manggung di bursa. Adapun emiten yang dikendalikan HT salah satunya yakni PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN) yang bergerak di bidang media dan hiburan.

Selain emiten ini, MNC Group juga memiliki emiten lainnya bergerak di berbagai bidang, seperti PT MNC Energy Investment (IATA) di bidang tambang batu bara, PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) di bidang perbankan, serta PT MNC Land Tbk (KPIG) di bidang sewa perkantoran.

Adapun Peter Sondakh, orang terkaya ke 18 di Tanah Air menurut Forbes pada 2021 juga mengendalikan sejumlah emiten melalui Grup Rajawali. Melalui Grup ini, Peter Sondakh menguasai emiten batu bara PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT), perusahaan sawit PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) dan emiten tambang emas PT Archi Indonesia Tbk (ARCI).

Selain konglomerat di atas, ada juga sosok Prajogo Pangestu yang mengendalikan emiten energi terintegrasi PT Barito Pacific Tbk (BRPT), termasuk anak usahanya di bidang petrokimia Tbk Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Informasi saja, Prajogo Pangestu adalah orang terkaya nomor 5 di Indonesia tahun 2021 versi majalah Forbes dengan kekayaan mencapai USD6,1 miliar.

Pengusaha Bos TransCorp, yakni Chairul Tanjung (CT) juga menguasai berbagai emiten yang bergerak di bidang perbankan seperti PT Bank Mega Tbk (MEGA). CT juga memiliki kepemilikan saham di emiten penerbangan pelat merah, yaitu PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).

Teranyar, CT juga mengendalikan PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), yaitu emiten yang berkecimpung di perbankan digital dalam negeri.

Selain emiten-emiten tersebut, CT juga dikenal sebagai bos media Tanah Air.

Beralih ke nama lain, Garibaldi ‘Boy’ Thohir, juga punya beberapa emiten pertambangan melalui kepemilikan saham. Emiten tersebut di antaranya yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), dan emiten tambang emas PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

Kakak kandung Menteri BUMN Erick Thohir ini juga memiliki saham minoritas di perusahaan raksasa teknologi Tanah Air, yaitu PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Berkat penguasaan saham di emiten tambang, Boy Thohir menduduki peringkat ke-17 orang terkaya di RI pada 2021.

Konglomerat lainnya yang tercatat memiliki emiten yang melantai di bursa yakni keluarga Dato Sri Tahir, orang paling tajir RI peringkat 16, melalui bank PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA), emiten industri PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (SONA), dan pengelola RS PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ).

Lebih lanjut, TP Rachmat, orang terkaya nomor 15 di Indonesia juga memiliki emiten seperti (DSNG) dan (TAPG). Adapun (ASSA) emiten yang bergerak di bidang logistik juga dikendalikan oleh TP Rachmat.

TP Rachmat juga berkongsi dengan Boy Thohir, Arini Subianto (anak mendiang Benny Subianto) dan keluarga, Edwin Soeryadjaya serta Menparekraf Sandiaga Uno di ADRO.

Catatan saja, selain nama-nama di atas, masih banyak konglomerat tajir lainnya yang memiliki emiten di bursa, atau bahkan perusahaan besar tetapi tidak melantai di BEI.

Saham Taipan Punya Market Cap Jumbo

Di samping itu, para konglomerat ini juga mengendalikan emiten dengan market cap  atau kapitalisasi pasar jumbo. BBCA misalnya, emiten perbankan yang dikendalikan oleh Grup Djarum ini memiliki market cap terbesar di bursa, yakni mencapai Rp1.010,86 triliun (per 2 September 2022).

Emiten konglomerat dengan market cap jumbo selanjutnya, yakni ASII yang mencapai Rp280,35 triliun.

Selain kedua emiten di atas, beberapa emiten milik konglomerat lainnya juga mencatatkan market cap  yang besar pula, yaitu ADRO (Rp118,67 triliun), ICBP (Rp100,58 triliun), dan MSIN (Rp64,95 triliun).

Tak hanya memiliki market cap  jumbo, saham emiten konglomerat ini juga memiliki kinerja yang ciamik sepanjang year to date 2022.

Saham Konglo Mana Paling Cuan?

Saham-saham konglomerat tersebut tidak hanya memiliki market cap yang terbilang besar, memberikan cuan dalam bentuk capital gain atawa apresiasi harga yang luar biasa.

Bahkan, satu di antaranya menjadi saham dengan kenaikan tertinggi (top gainers) tahun ini.

Saham tersebut adalah ADMR, anak usaha ADRO, yang menghentak pasar (took the market by storm) sejak awal melantai alias listing pada awal tahun ini.

Hal tersebut, terutama, ditopang oleh booming harga batu bara yang terbang di tengah kecamuk perang di Ukraina dan macetnya rantai pasok global.

Harga saham ADMR sudah meroket 1.575% ke Rp1.675/saham (per penutupan 1 September) sejak listing pada 3 Januari 2022 di harga penawaran (IPO) Rp100/saham.

Hanya saja, saham ADMR cenderung melorot usai menyentuh rekor tertinggi di harga Rp2.990/saham pada 19 April lalu.

Dalam sebulan, saham ADMR turun 0,30%, sedangkan dalam 3 bulan terakhir, saham ADMR merosot 23,00%.

Soal valuasi saham, metrik price-earnings ratio (PER) ADMR tercatat sebesar 11,14 kali, lebih mahal dibandingkan rerata industri yang sebesar 6,43 kali.

Demikian pula, rasio price-book value (PBV) saham emiten besutan Boy Thohir ini mencapai 11,16 kali, lebih tinggi daripada rata-rata industri (2,36 kali).

Secara umum, rasio PER dan PBV yang lebih rendah dibandingkan historis dan industri menunjukkan suatu saham memiliki valuasi lebih murah (undervalued) dan begitu pula sebaliknya.

Saham induk ADMR, ADRO, juga sukses melesat 68,00% tahun ini, juga karena ketiban berkah batu bara.

Tidak cuma itu, saham batu bara milik Peter Sondakh, SMMT, juga punya kinerja yang oke punya pada tahun ini.

Harga saham SMMT berhasil melompat 278,71% ke Rp765/saham secara YtD.

Selain tersengat memanasnya harga batu bara, rumor akuisisi SMMT oleh perusahaan lain sempat menjadi sentimen utama saham ini.

Rumor tersebut sebenarnya sudah beredar sejak awal Maret lalu.

Dalam penjelasan kepada bursa pada 14 Maret 2022, pihak Golden Eagle Energy sendiri membantah rumor rencana akuisisi SMMT oleh pihak yang berelasi dengan PT Indika Energy Tbk (INDY).

Hal tersebut diperjelas dalam sesi tanya jawab public expose insidentil SMMT pada 8 April 2022.

Setelah saham ADMR dan SMMT, saham konglomerat dari sektor energi lainnya yang tampil ciamik adalah saham migas ENRG milik Grup Bakrie. (Lihat tabel di bawah ini.)

Saham ENRG terbang 152,94% sepanjang 2022, ditopang naiknya harga energi. Hal itu juga tercermin dari lompatan laba bersih hingga 101,04% secara tahunan (yoy) per semester I 2022.

Tidak hanya saham-saham energi di atas, saham MSIN, yang merupakan emiten grup hiburan digital, juga sukses naik tinggi sebesar 126,81% ke harga Rp5.625/saham pada tahun ini.

Melesatnya saham emiten Grup MNC tersebut tak lepas dari kinerja fundamental perusahaan yang kokoh.

Baru-baru ini, MSIN mendapatkan sentimen positif yakni terkait saham perusahaan yang akan masuk dalam FTSE Global Equity Index Series untuk seri Mid-Cap yang efektif mulai 19 September 2022.

Sahamnya Oke, Rapor Keuangan Ciamik Juga?

Secara umum, ciamiknya kinerja kelima saham tersebut seiring dengan performa ‘jeroan’ keuangannya.

Contoh saja, ADMR, SMMT, sampai ENERG membukukan kenaikan laba bersih hingga ratusan persen di semester I ini.

Mari kita bahas secara ringkas di bawah ini.

Adaro Minerals, dengan kinerja saham yang ‘menyundul langit’, membukukan lonjakan laba bersih 490,97% yoy menjadi USD202 juta atau setara dengan Rp3 triliun (asumsi kurs Rp14.72/USD) pada 6 bulan pertama 2022.

Pendapatan bersih perusahaan juga tumbuh tinggi menjadi USD435,66 juta, melesat hingga 165,40% dibandingkan pendapatan periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan penjelasan manajemen dalam rilis pers kinerja keuangan, pendapatan usaha tersebut dihasilkan dari harga jual rata-rata (ASP) batu bara yang lebih tinggi dari lingkungan harga yang lebih kuat di semester I-2022 dan volume penjualan yang lebih tinggi. ASP naik 143% dibandingkan ASP di periode yang sama sebelumnya.

Selain ADMR, menunggangi gelombang lonjakan harga energi, laba bersih SMMT dan ENERG masing-masing naik signifikan 328,77% yoy dan 101,04% yoy pada semester I tahun ini. (Lihat tabel di bawah ini.)

Tidak kalah dengan emiten energi, laba bersih MSIN juga melompat 82,95% yoy menjadi Rp278,98 miliar di paruh pertama 2022, seiring kenaikan pendapatan yang mencapai 98,11% yoy.

Tidak ketinggalan, SUPR milik Grup Djarum mencatatkan pertumbuhan laba bersih 136,80% yoy menjadi Rp505,29 miliar pada semester I 2022.

Hanya saja, pendapatan bersih emiten yang pada Oktober tahun lalu diakuisisi oleh Protelindo tersebut turun 10,47% yoy.

Melihat penjelasan di atas, saham-saham milik konglomerat atau orang tajir RI terbilang mampu melonjak tinggi, baik karena sentimen pasar maupun fundamental yang kokoh.

Bahkan, saham-saham tersbeut mampu jauh melampaui kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terapresiasi 9,05% sepanjang tahun ini.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE