MARKET NEWS

Investasi Telkomsel di GoTo Dinilai Nihil Konflik Kepentingan, Ini Kata Pengamat

Dinar Fitra Maghiszha 22/08/2022 20:12 WIB

Dari segi hukum dan kepatutan bahwa perjanjian kedua entitas dalam bentuk obligasi konversi tanpa bunga sebesar USD150 juta (Rp2,1 triliun) telah melalui regul

Investasi Telkomsel di GoTo Dinilai Nihil Konflik Kepentingan, Ini Kata Pengamat (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Sejumlah pengamat menilai investasi PT Telekomunikasi Indonesia (Telkomsel) di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) merupakan transaksi yang wajar dan nihil konflik kepentingan.

Ketua Umum DPP Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin) Maqdir Ismail menilai, dari segi hukum dan kepatutan bahwa perjanjian kedua entitas dalam bentuk obligasi konversi tanpa bunga sebesar USD150 juta (Rp2,1 triliun) telah melalui regulasi yang tepat.

"Karena hanya memerlukan persetujuan dari pemegang saham Telkomsel, yakni Telkom dan Singtel. Artinya, tidak ada keperluan untuk meminta izin dari pemegang saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)," kata Maqdir dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi VI DPR RI, Senin (22/8/2022).

Maqdir menyoroti tuduhan ihwal konflik kepentingan antara Menteri BUMN Erick Thohir dan kakaknya, Garibaldi Thohir yang menjabat sebagai Komisaris Utama GOTO.

Baginya, tuduhan itu cukup menggelitik. Pasalnya, dia menilai Boy Thohir dalam kapasitasnya sebagai Komisaris Utama, justru tidak mendapatkan keuntungan pribadi atas transaksi tersebut.

"Kami tidak menemukan adanya konflik kepentingan. Lebih lagi, Garibaldi baru menjadi pemegang saham GOTO sejak September 2021 (yakni setelah selesainya transaksi investasi Telkomsel di GoTo)," ungkap Maqdir.

Sebelumnya, muncul spekulasi dari pengamat lain bahwa investasi obligasi konversi cenderung menguntungkan GoTo, mulai dari pembelian saham pra-IPO, memakai harga di bawah pasar, hingga pemberian obligasi konversi yang tidak memakai bunga. Kondisi iklim startup yang merugi juga dinilai menjadi salah satu faktor masuknya perusahaan plat merah ke dalam GoTo.

"Kami juga tidak menemukan dokumen kepentingan pribadi dari Menteri BUMN terkait dengan aksi korporasi Telkomsel di GoTo," tegas Maqdir.

Dari segi bisnis dan profitabilitas, Ekonom dan Co-Founder Dewan Pakar Institute of Social Economics and  Digital (ISED), Ryan Kiryanto menilai Telkomsel, yang merupakan perusahaan operator seluler, justru perlu masuk ke dalam GoTo sebagai bagian dari adaptasi digitalisasi bisnis.

Sinergi anak usaha Telkom (TLKM) dengan GoTo justru akan mempercepat transformasi bisnis perusahaan itu sendiri, sekaligus memupuk pundi-pundi keuntungan perseroan.

"Perilaku konsumen untuk seluruh operator telepon itu bergeser sejak pandemi, dan ini memaksa para operator telepon seluler harus mengubah bisnis modelnya maupun komoditas yang dijajakan ke konsumen, kalau tidak ya cepat atau lambat dia akan tersingkir," kata Ryan.

Ryan memandang masuknya investasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke dalam aplikasi on-demand seperti GoTo juga sejalan dengan tujuan ekonomi Indonesia di masa depan yang menempatkan ekonomi digital sebagai tulang punggung.

"Jadi ini semacam gayung bersambut, cocok kalau menurut saya. Valuasi GoTo itu paling besar, jadi kita bisa membayangkan ke depannya itu seperti apa," tandasnya.

(DES)

SHARE