MARKET NEWS

IPO CDIA Jadi Rebutan, Investor Ritel Siap-Siap Kebagian Remah-Remah

TIM RISET IDX CHANNEL 07/07/2025 11:00 WIB

Demam penawaran umum saham perdana (IPO) unit bisnis milik taipan Prajogo Pangestu, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) tengah melanda pasar.

IPO CDIA Jadi Rebutan, Investor Ritel Siap-Siap Kebagian Remah-Remah. (Foto: TPIA)

IDXChannel - Demam penawaran umum saham perdana (IPO) unit bisnis milik taipan Prajogo Pangestu, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) tengah melanda pasar. Antusiasme yang tinggi membuat investor ritel diperkirakan hanya kebagian 'remah-remah'.

Menurut pengamat pasar modal Michael Yeoh, peluang penjatahan kian kecil seiring derasnya dana yang masuk. "Rumor di market mengatakan dana yang masuk sudah melebihi Rp30 triliun," ujarnya, Senin (7/7/2025).

Dengan kondisi tersebut, Michael memperkirakan peluang penjatahan CDIA untuk investor yang mengajukan di atas Rp100 juta berada di kisaran amat kecil.

"Dengan posisi oversubscribe seperti ini, maka potensi penjatahan CDIA ada di kisaran 0,4 sampai 0,6 persen untuk pengajuan di atas Rp100 juta," tuturnya.

Ia juga mengingatkan, membeli saham CDIA pada hari pertama pencatatan akan sangat menantang, karena terbatasnya akses di sejumlah sekuritas tertentu.

"Untuk membeli saham CDIA di hari listing, hanya bisa dilakukan dengan beberapa sekuritas atau broker tertentu yang memang memiliki bandwith tercepat ke sistem BEI," imbuh Michael, yang membuka kemungkinan saham CDIA langsung menyundul ke angkasa.

Michael menegaskan, bagi investor yang tidak menggunakan sekuritas tersebut, peluang untuk mendapatkan saham di hari pertama sangat kecil.

"Di luar sekuritas-sekuritas tertentu tersebut yang jumlahnya tidak banyak—tidak lebih dari lima—maka melakukan pembelian di hari pertama memiliki probabilitas yang amat-amat kecil," katanya.

Menurut dia, akan lebih bijak jika investor menunggu momen yang lebih tepat.

"Akan lebih baik bagi investor untuk menunggu CDIA dibuka ARA-nya," demikian ujar Michael, merujuk pada auto rejection atas atau batas maksimal kenaikan harga harian yang ditetapkan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam prospektus IPO yang dirilis 19 Juni lalu CDIA menawarkan sebanyak-banyaknya 12,48 miliar saham, setara 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.

Anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang berada di bawah naungan grup bisnis Prajogo Pangestu ini mematok harga penawaran di Rp190 per saham, dengan nilai nominal Rp100 per saham. Artinya, CDIA membidik dana maksimal sebesar Rp2,37 triliun.

Dari total dana yang diperoleh, CDIA akan mengalokasikan sekitar:

Sebelum melangsungkan IPO, struktur kepemilikan saham CDIA didominasi oleh TPIA yang menguasai 66,67 persen saham, sementara sisanya sebesar 33,33 persen dimiliki oleh Phoenix Power B.V.

Informasi saja, CDIA menjalankan usaha sebagai perusahaan induk dan juga menyediakan layanan konsultasi manajemen.

Melalui anak-anak usahanya, CDIA mengembangkan bisnis dalam sejumlah pilar utama yang mencakup sektor energi, logistik, kepelabuhan dan penyimpanan, serta pengelolaan air.

Keempat pilar ini menjadi fondasi pengembangan jangka panjang CDIA di sektor infrastruktur dan energi.

Dengan model bisnis berbasis kontrak jangka panjang bersama klien-klien besar seperti Grup TPIA, Grup Salim, Krakatau Steel, dan Posco, CDIA mencatat arus kas stabil dan margin terjaga.

Perusahaan ini berada di posisi strategis untuk menangkap peluang pertumbuhan jangka panjang di Asia Tenggara, seiring meningkatnya permintaan listrik industri, air bersih, serta kebutuhan penyimpanan energi dan bahan kimia.

Di sektor logistik, meningkatnya impor energi dan bahan bakar mendorong permintaan kapal kargo curah cair. Pada 2023, kapal jenis ini menyumbang 85 persen kunjungan kapal curah di pelabuhan Indonesia. Kebijakan cabotage dan proyek infrastruktur maritim juga mendukung pertumbuhan armada nasional.

Sektor pelabuhan dan penyimpanan juga menawarkan prospek cerah, khususnya pada penyimpanan minyak, gas, dan bahan kimia cair. Kapasitas terminal penyimpanan nasional diperkirakan tumbuh 3 persen per tahun hingga 2034, didorong oleh pembangunan pelabuhan dan logistik dalam kerangka Visi Emas 2045.

Sementara itu, sektor pengolahan air bersih mencatat pertumbuhan permintaan 2,8 persen per tahun dalam lima tahun terakhir, dan diproyeksikan meningkat menjadi 5,5 persen hingga 2034. Urbanisasi dan pertumbuhan penduduk menjadi pendorong utama, dengan dukungan pemerintah lewat berbagai program air bersih. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

>
SHARE