MARKET NEWS

IPO Mitratel Dinantikan Investor, Bagaimana Prospeknya?

Dinar Fitra Maghiszha 04/11/2021 14:00 WIB

Rencana PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel melakukan penawaran saham perdana di BEI sudah lama ditunggu investor.

IPO Mitratel Dinantikan Investor, Bagaimana Prospeknya? (FOTO: Ilustrasi/MNC Media)

IDXChannel - Rencana PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) melakukan penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah lama ditunggu investor. IPO ini dinilai memiliki peluang yang cukup baik dan menguntungkan bagi investor.

Industri menara yang berkaitan dengan keberlangsungan telekomunikasi merupakan sesuatu yang vital dan mendesak sejalan dengan kondisi pandemi Covid-19 yang membuat aktivitas pertemuan semakin terbatas. Kendati sudah ada pelonggaran, muncul kebiasaan baru yang menjadikan masyarakat lebih aware terhadap komunikasi tanpa tatap muka alias daring.

Analis Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada membaca prospek IPO Mitratel seiring dengan kebutuhan pemakaian teknologi di setiap aspek kehidupan masyarakat. Industri menara bakal terus menjadi kebutuhan bagi pemerataan komunikasi di seluruh pulau di tanah air.

"Kalau saya lihat sektor ini ke depan akan berkembang dan akan menjadi kebutuhan yang urgent baik di masyarakat. Apalagi ditambah kondisi pandemi seperti ini, orang terbiasa dengan berbagai aktivitas yang membutuhkan dukungan dari sektor komunikasi dan IT, maka ke depan perkembangannya bakal semakin maju dan masif," kata Reza saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Selasa (2/11/2021).

Diketahui, Mitratel telah mengelola lebih dari 28.000 menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Semua operator seluler Indonesia menjadi tenant dengan menempatkan perangkat BTSnya di menara Mitratel.

Reza mencermati kerjasama tersebut sangat menguntungkan Mitratel yang notabene menjadi 'pundak' dari operator seluler lainnya.

"Sektor telekomunikasi tuh merupakan salah satu sektor yang membutuhkan kerjasama, untuk support dari telkomunikasi itu membutuhkan dukungan dari hub hub penyalur komunikasi, yang diperoleh dari penempatan BTS, penempatan itu juga berkaitan dengan penempatan menara. Tidak semua pihak dengan bebas bisa menempatkan menaranya," tuturnya.

Proses IPO Mitratel saat ini sedang masuk dalam tahapan penawaran awal (book building) yang dimulai pada 26 Oktober 2021 dan akan berakhir pada 4 November 2021.

Sedangkan masa penawaran umum akan dilaksanakan pada 16-18 November 2021 dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dilakukan pada 22 November 2021 nanti.

Terkait apakah pasca-IPO, saham mitratel akan lebih sustain, Reza menganalisa hal tersebut tergantung dari prospek yang ditawarkan Mitratel kepada investor.

"Kebutuhan akan menara itu sangat vital ke depannya, cuma ke depan itu yang nantinya perlu kita cermati dari Mitratel itu apakah akan ada pengembangan bisnis di luar menara atau tidak," terang Reza.

Reza meyakini terobosan Mitratel selain untuk bisnis industri dan penyewaan menara bakal semakin membuat investor berani untuk terus memegang sahamnya untuk jangka waktu yang lama

"Kalau sekarang Mitratel sebagai anak usaha telkom tentu ini akan jadi benefit bagi mereka, karena sebagian besar masyarakat kita ini kan memakai produk provider mereka, dan ini akan membuat Mitratel terbantukan dengan induknya itu baik Telkom dan Telkomsel," tegasnya.

Mitratel menawarkan 25.540.000.000 saham atau 29,85 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan setelah penawaran umum, senilai Rp775-Rp975 per lembar saham. Dengan demikian, perseroan diperkirakan bakal memperoleh dana segar sebanyak Rp19,79 triliun hingga Rp24,90 triliun dari IPO ini.

Perseroan menyatakan bahwa dana IPO ini akan digunakan sebanyak 44 persen untuk belanja modal seperti penambahan penguatan, penambahan menara telekomunikasi, pembangunan menara baru dan penambahan site baru, serta ekspansi ke teknologi dan layanan yang berkaitan dengan bisnis penyewaan menara.

Sementara 56 persen lainnya bakal dieksekusi untuk belanja modal anorganik, seperti mengakuisisi menara telekomunikasi dari operator telekomunikasi dan akuisisi strategis produk, teknologi, dan layanan baru.

Adapun sisanya bakal digunakan untuk kebutuhan modal kerja dan kebutuhan peningkatan sistem teknologi informasi serta penerapan program pengembangan.

Belakangan ini muncul kabar yang menyebut bahwa dana abadi Indonesia atau sovereign wealth fund (SWF) yakni Indonesia Investment Authority (INA) akan menanamkan modalnya di Mitratel senilai US$ 500 juta-US$ 800 juta. (RAMA)

SHARE