Kapan Perusahaan Melakukan Reverse Stock Split Saham? Berikut Penjelasannya
Reverse stock split merupakan aksi perusahaan dalam mengendalikan harga saham. Lalu, kapan perusahaan melakukan reverse stock split?
IDXChannel – Reverse stock split merupakan aksi perusahaan dalam mengendalikan harga saham. Lalu, kapan perusahaan melakukan reverse stock split?
Seperti diketahui, situasi pasar memang kerap berubah-ubah dan sangat fluktuatif. Kondisi tersebut seringkali berdampak buruk bagi sebagian perusahaan. Untuk menjaga stabilitas harga sahamnya, biasanya perusahaan akan melakukan tindakan yang disebut reverse stock split.
Lalu, apa itu reverse stock split? Kapan perusahaan melakukan reverse stock split? IDXChannel merangkum penjelasannya sebagai berikut.
Kapan Perusahaan Melakukan Reverse Stock Split?
Reverse stock split merupakan tindakan yang dilakukan oleh sebuah korporasi dalam mengurangi jumlah saham yang beredar yang dimiliki oleh pemegang saham. Dalam melakukan reverse stock split, perusahaan menggabungkan beberapa saham menjadi sebuah saham baru dengan rasio tertentu sehingga nilai saham tersebut menjadi lebih tinggi.
Pada pelaksanaannya, reverse stock split menerapkan ketentuan perbandingan yang telah ditentukan sebelumnya. Perbandingan atau rasio ini disesuaikan dengan kondisi harga saham dan tujuan yang hendak dicapai perusahaan. Dengan demikian, jika harga saham dinaikan, maka jumlah saham akan diturunkan.
Sebagai contoh, perusahaan melakukan reverse stock split stock split dengan rasio 1:20, maka setiap 20 saham lama yang sebelumnya beredar dan dimiliki oleh para pemegang saham akan digabung menjadi satu saham baru.
Contoh lainnya, misalnya seorang investor memiliki saham di sebuah perusahaan sebanyak 1.000 saham dengan harga Rp2.000 per saham. Jika perusahaan melakukan reverse stock split dengan rasio 1:5, maka saham baru yang akan Anda miliki adalah sebanyak 200 lembar saham dengan harga baru yakni sebesar Rp10.000 per saham.
Pada umumnya, tujuan utama perusahaan melakukan reverse stock split ini adalah untuk meningkatkan nilai saham perusahaan dan membuat harganya terlihat lebih menarik bagi investor. Selain itu, biasanya reverse stock split juga dilakukan agar perusahaan tetap memenuhi persyaratan listing di bursa saham tertentu yang memiliki ketentuan mengenai harga saham minimum atau jumlah saham minimum yang beredar.
Oleh karena itu, perusahaan melakukan reverse stock split ini ketika mereka ingin meningkatkan nilai saham mereka yang beredar dengan menggabungkan jumlah saham dan membuat harganya menjadi lebih besar dan lebih menarik bagi investor. Dengan demikian, perusahaan tersebut dapat tetap memenuhi persyaratan listing terutama di bursa yang menerapkan aturan tersebut.
Sementara itu, biasanya reverse stock split juga dilakukan perusahaan karena harga saham yang diperdagangkan memiliki harga yang sangat rendah sehingga tidak menarik minat investor. Tak hanya itu, reverse stock split juga biasanya dilakukan ketika perusahaan tengah mengalami penurunan kinerja keuangan sehingga dengan melakukan aksi korporasi tersebut citra perusahaan di pasar dapat kembali baik dan kepercayaan masyarakat terhadap saham tersebut meningkat kembali.
Meski demikian, reverse stock split juga dapat memicu reaksi negatif dari investor. Hal ini lantaran adanya pengurangan jumlah saham yang beredar bisa mengakibatkan likuiditas saham perusahaan justru menjadi lebih rendah yang pada akhirnya memperumit perdagangan saham di pasar.
Aksi reverse stock split ini kerap dilakukan ketika perusahaan telah kehilangan nilai yang substansial. Meski begitu, konotasi negatif dari aksi ini seringkali justru menimbulkan dampak negatif terhadap perusahaan itu sendiri.
Itulah ulasan mengenai kapan perusahaan melakukan reverse stock split yang perlu diketahui sebelum Anda berinvestasi di pasar modal.