MARKET NEWS

Kena Imbas Pandemi, Pendapatan Timah Turun Jadi Rp7,98 Triliun di Semester I

Fahmi Abidin 28/08/2020 14:15 WIB

PT Timah Tbk (TINS) mencatat pendapatan perseroan turun jadi Rp7,98 triliun di semester I imbas hantaman pandemic Covid‐19.

Kena Imbas Pandemi, Pendapatan Timah Turun Jadi Rp7,98 Triliun di Semester I. (Foto: Ist)

IDXChannelEmiten pertambangan plat merah PT Timah Tbk (TINS) umumkan laporan konsolidasian untuk periode yang berakhir 30 Juni 2020. Dalam paparan Public Expose LIVE 2020, tercatat pendapatan perseroan turun jadi Rp7,98 triliun di semester I imbas hantaman pandemic Covid‐19, perseroan juga menegaskan terus bergerak menyiasati bisnis timah yang belum sepenuhnya pulih.

Diungkapkan Direktur Keuangan TINS, Wibisono, harga logam timah di London Metal Exchange (LME) berangsur membaik dengan rata‐rata harga pada Juni 2020 sebesar USD 17,119 atau naik 9% dibandingkan bulan sebelumnya. Sinyal positif tersebut menumbuhkan optimisme akan pulihnya pasar timah dunia setelah terpukul beberapa waktu akibat Covid‐19.

Sebagai produsen terbesar timah dunia, TINS menjadi salah satu the most preferred brand di industri pertimahan dengan trademark yang sudah terdaftar di London Metal Exchange. Ini menjadi keunggulan kompetitif bagi TINS untuk mewujudkan strategi new market penetration.

“Kami optimis bahwa harga logam timah akan pulih di semester II‐2020. Ini akan berdampak positif terhadap kinerja Perusahaan,” ujar Wibisono selaku Direktur Keuangan TINS.

Melihat dari kinerja keuangan, sampai dengan Juni 2020 tercatat pendapatan TINS sebesar Rp7,98 triliun atau turun 18,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya pada 2019 sebesar Rp9,79 triliun. Harga pokok produksi turun sebesar 13,5% menjadi Rp7,73 trilun bila dibandingkan di 2019 sebesar Rp8,93 triliun.

Bila dilihat dari perspektif kuartal II dibandingkan kuartal I, perbaikan yang nampak diantaranya adalah pada Gross Profit Margin (GPM) yang naik menjadi +3,1% dari sebelumnya ‐4,0%. Pada kuartal II tercatat laba kotor sebesar Rp249,94 miliar atau naik signifikan dari kuartal I sebesar Rp173,6 miliar.

Di samping itu, Net Profit Margin (NPM) naik menjadi ‐4,9% dari sebelumnya ‐9,4%. Pada kuartal II tercatat rugi bersih sebesar Rp390,07 miliar berhasil ditekan dari posisi kuartal I sebesar Rp412,86 miliar.

Sementara itu, pada semester I‐2020 tercatat kenaikan signifikan pada cashflow operasi menjadi Rp3,17 triliun dibandingkan periode yang sama pada 2019 sebesar minus Rp3,33 triliun. Membaiknya cashflow operasi merupakan indikator sehatnya finansial emiten, sehingga TINS mampu membayar sebagian kewajiban jangka pendeknya. Posisi utang bank jangka pendek mampu turun 37% menjadi Rp5,56 triliun dibandingkan pada 2019 sebesar Rp8,79 triliun.

Sementara itu dilihat dari sisi kinerja operasi, pada semester pertama 2020 TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 24.990 ton atau turun 47,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 47.423 ton. Adapun produksi logam turun 26,2% menjadi 27.833 ton, dibandingkan periode sebelumnya di 2019 sebesar 37.717 ton, serta penjualan logam turun 0,3% menjadi 31.508 ton dibandingkan periode sebelumnya di 2019 sebesar 31.609 ton.

Dalam kurun waktu tersebut TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 98,3% dengan 5 negara tujuan ekspor terbesar diantaranya Singapura sebesar 17,9%; Korea 16,2%; China 14,8%; Amerika Serikat 11,2% dan India 11,2%. Total kontribusi ekspor timah ke 5 negara tersebut mencapai 71,3%. (*)

SHARE