Kilas Balik IPO Emiten Pertama RI SMCB, Dulu Sahamnya Rp10 Ribu, Kini Rp1.600-an
PT Semen Cibinong Tbk dengan kode SMCB ini merupakan emiten pertama di pasar modal RI.
IDXChannel - Pengaktifan kembali pasar modal Indonesia pada 10 Agustus 1977 ditandai dengan penawaran umum perdana saham initial public offering/IPO) PT Semen Cibinong Tbk. Emiten dengan kode SMCB ini merupakan emiten pertama di pasar modal RI.
Namun tak seperti sekarang, perdagangan Bursa saat itu masih sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24 perusahaan.
Berdasarkan penelusuran di banyak sumber, termasuk annual report SMCB, perusahaan yang beberapa kali berganti nama itu tercatat memperoleh pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) (sekarang Otoritas Jasa Keuangan/OJK) pada 6 Agustus 1977.
Perusahaan produsen semen ini melepas sebanyak 178.750 lembar sahamnya ke publik. Harga IPO yang ditawarkan sebesar Rp10 ribu per unit.
Saat itu nilai nominal yang dipatok Rp1.000 per saham, dengan raihan dana segar mencapai Rp1,79 miliar. Angka tersebut sudah sangat besar pada masanya, mengingat serangkaian inflasi yang terjadi.
Dengan menggunakan perhitungan kalkulator inflasi sejak Agustus 1977 hingga Juni 2023, maka raihan dana IPO SMCB setara dengan Rp79,85 miliar, dengan rata-rata inflasi bulanan sekitar 0,69 persen.
Dalam kurun waktu 1977-1979, SMCB melakukan pencatatan tambahan saham melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue. Ini berlanjut pada 17 Mei 1982 senilai Rp16.450 per saham, sehingga jumlah sahamnya mencapai 214.980 lembar.
Pada 1 November 1989, perusahaan kembali melakukan pencatatan kembali hingga sahamnya mencapai 3.017.904 lembar saham.
Kemudian, SMCB memutuskan membagikan dividen saham cukup besar saat itu pada akhir November 1989. Dengan demikian, terjadi penambahan saham mencapai 50,05 juta lembar.
Sementara rights issue ketiga dan keempat dilaksanakan pada 29 Januari 1990 dan 21 Juli 1993, masing-masing senilai Rp10 ribu per saham, dan Rp7.800 per saham. Kemudian dilanjutkan setahun setelahnya pada 15 Juli 1994, dengan mematok Rp5.000 per saham.
Serangkaian rights issue ini membuat jumlah saham yang beredar makin banyak, sehingga kepemilikan investor semakin berkurang. Ini juga berpengaruh terhadap nilai nominal yang diperoleh investor, sehingga mengalami penurunan.
SMCB terhitung melakukan stock split pada 28 Juli 1997, sehingga kembali menambah jumlah saham yang beredar menjadi 164.205.000 lembar saham. Tidak diketahui berapa rasio pemecahan nilai nominal saham saat itu.
Beberapa bulan setelahnya, tepat pada 10 September 1997, SMCB menerbitkan saham bonus, sehingga sahamnya bertambah menjadi 821.025.000. Kemudian perseroan melakukan restrukturisasi obligasi dengan nilai cukup besar pada 19 Desember 2001.
Inilah yang mendorong jumlah saham SMCB melonjak menjadi 6,51 miliar lembar saham. Perseroan kembali melakukan rights issue pada 29 Juli 2021, sehingga jumlah saham bertambah menjadi 9,01 miliar.
Pergerakan Harga Saham
Dalam lima tahun terakhir, harga saham SMCB bergerak cukup fluktuatif di kisaran Rp545 hingga Rp2.100 per saham. Terhitung lima tahun terakhir, per akhir perdagangan pekan ini, Jumat (4/8/2023), saham SMCB meningkat 116,67 persen.
Adapun sepanjang 2023, saham perusahaan yang berganti nama menjadi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk pada 2019 ini, mengalami kenaikan sebesar 14,04 persen, dengan kisaran harga pada Rp1.155 hingga Rp1.670 per saham.
Sedangkan pada sesi terakhir perdagangan Jumat kemarin, saham perseroan ditutup susut 0,31% menjadi Rp1.625 per saham.
Transaksi-bersih SMCB sepanjang 2023 hingga Jumat mencapai Rp276,6 miliar, dengan net-volume mencapai 205,9 juta lembar saham. Investor asing terhitung melakukan pembelian bersih sebanyak Rp10,46 miliar, tetapi secara akumulatif investor domestik mendominasi. (RNA)