Kisah Onix Capital (OCAP), Modal Negatif hingga Pendapatan Nihil
PT Onix Capital Tbk (OCAP) tengah kesulitan mempertahankan kelangsungan usahanya sejalan dengan kerugian dan ekuitas negatif yang sedang dialami emiten ini.
IDXChannel - PT Onix Capital Tbk (OCAP) sedang kesulitan mempertahankan kelangsungan usahanya sejalan dengan kerugian dan ekuitas negatif yang tengah dialami oleh emiten ini.
Perusahaan yang bergerak di bidang jasa konsultan bidang bisnis, manajemen, dan administrasi ini mengalami rugi bersih selama 13 tahun berturut-turut.
Bahkan, perusahaan ini terakhir kali mendapatkan laba bersihnya sebesar Rp 3,02 miliar pada tahun 2007 lalu.
Sementara ekuitas positif yang diperoleh OCAP terakhir dibukukan pada tahun 2012 silam. Menurut laporan keuangannya, kerugian bersih OCAP melesat hingga Rp17,67 miliar pada tahun 2020. Padahal, di tahun sebelumnya kerugian emiten ini hanya sebesar Rp1,09 miliar.
Di tahun 2020, defisiensi modal perusahaan turut meningkat menjadi Rp185,78 miliar. Sedangkan liabilitasnya di akhir tahun 2020 tercatat sebesar Rp210,04 miliar.
Akibatnya, per 19 November 2020, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencabut Surat Persetujuan Anggota Bursa (SPAB) milik anak perusahaan OCAP, yakni PT Onix Sekuritas (OSEK), setelah melakukan suspensi terhadap emiten ini pada 1 September 2020 silam. Sehingga, OSEK tak lagi dapat melakukan aktivitas perdagangan efek di BEI bahkan saham OCAP turut ‘digembok’.
Pendapatan Nihil, OCAP Masih Suram
Hingga saat ini, OCAP masih belum menunjukkan perbaikan kinerja perusahaan.
Merujuk pada laporan keuangan OCAP pada Triwulan I-2022, emiten ini belum menghasilkan pendapatan usaha semenjak tahun lalu. Direktur Utama OCAP, Tjie Ping Astono Setiadi mengungkapkan penyebab hal tersebut adalah belum adanya usaha yang dijalankan.
Ia menjelaskan bahwa pada tanggal 8 Desember 2021, perseroan menyetujui untuk membubarkan OSEK seiring dengan dicabutnya izin usaha sebagai Perantara Pedagang Efek dan Penjamin Emisi Efek oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Menurutnya, OCAP saat ini berupaya menyelesaikan likuidasi anak perusahaannya, yakni OSEK agar tidak menjadi beban di masa depan. Adapun Tjie Ping menyatakan tengah mencari investor strategis untuk menmbangkitkan kembali bisnis perusahaan.
“Namun kami masih belum tahu apakah investor berminat dengan posisi laporan keuangan kami seperti ini,” ungkapnya dalam Public Expose di Deutsche Bank, Jakarta Pusat, Selasa (7/6/2022).
Tjie Ping menambahkan kondisi tersebut menimbulkan ketidakpastian signifikan mengenai kemampuan perseroan dalam mempertahankan kelangsungan usaha. OCAP juga melaporkan adanya rugi komprehensif sebesar Rp9,23 miliar pada tahun 2021.
Meski demikian, beban usaha OCAP terlihat menurun. Penurunan signifikan terjadi pada bagian gaji dan kesejahteraan karyawan. Pada Triwulan I- 2021, beban usaha gaji dan kesejahteraan karyawan turun sebesar 48,55 persen menjadi Rp888,55 juta.
Liabilitas Naik, Defisiensi Modal Membengkak
Dilihat dari liabilitas atau kewajiban dan utangnya, emiten ini mengalami peningkatan menjadi Rp209,53 miliar pada triwulan pertama tahun ini. Sedangkan, dari sisi aktiva atau aset, perusahaan ini juga mencatat penurunan dari kas dan setara kas yang semula Rp11,05 miliar di Triwulan-I 2021 menjadi Rp8,31 miliar di periode yang sama tahun 2022.
“Pada sisi aktiva secara keseluruhan terdapat perubahan lebih dari 20 persen. Hal ini dikarenakan terdapat penurunan kas dan setara kas sebesar 24,81 persen, penurunan piutang lain-lain sebesar 22,31 persen dan penurunan aset tetap sebesar 24,71 persen,” tulis manajemen dalam laporan di Keterbukaan Informasi, Jumat (27/5/2022).
Terakhir, jumlah ekuitas negatif atau defisiensi modal turut bertambah. Pada Desember 2021 lalu, OCAP mencatat defisiensi modal sebesar Rp195,01 miliar. Kemudian, per 31 Maret 2022, defisiensi modal bertambah menjadi Rp198,45 miliar. (ADF)
Periset: Melati Kristina