MARKET NEWS

Laba Jumbo dan Saham Terbang, Valuasi ADMR Sudah Mahal?

Melati Kristina - Riset 05/09/2022 17:40 WIB

Emiten batu bara besutan Boy Thohir, Adaro Minerals (ADMR) mencatatkan laba dan saham yang melesat di tengah harga komoditas yang melambung sepanjang 2022.

Laba Jumbo dan Saham Terbang, Valuasi ADMR Sudah Mahal? (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Emiten batu bara, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) mencatatkan kinerja saham dan keuangan yang apik di tengah ‘boom’ komoditas sepanjang tahun 2022.

Emiten pertambangan koleksi Garibaldi ‘Boy’ Thohir ini berhasil membukukan laba bersih mencapai 490,97 persen year on year (yoy) menjadi USD202 juta atau setara dengan Rp3 triliun (asumsi kurs Rp14.872/USD) pada 6 bulan pertama 2022.

Selain itu, sebagaimana dilaporkan dalam laporan keuangannya, pendapatan bersih perusahaan juga tumbuh tinggi menjadi USD435,66 juta, melesat hingga 165,40 persen dibandingkan pendapatan periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan penjelasan manajemen dalam rilis pers kinerja keuangan, pendapatan usaha tersebut dihasilkan dari harga jual rata-rata (ASP) batu bara yang lebih tinggi dari lingkungan harga yang lebih kuat di semester I-2022 dan volume penjualan yang lebih tinggi.

Dibandingkan ASP di periode yang sama sebelumnya, ASP dari ADMR pada semester I-2022 terkerek hingga 143 persen.

Adapun meningkatnya laba bersih dan pendapatan perusahaan seiring dengan harga komoditas batu bara yang sedang cuan sepanjang tahun 2022 ini.

Dilansir dari Trading Economics, harga batu bara per Senin (5/9) mencapai USD435/ton. Harga komoditas tersebut sudah terbang hingga 156,49 persen secara year to date (YTD).

Kinerja Saham Meroket, Bagaimana Valuasinya?

Semenjak melantai di bursa pada 3 Januari 2022, harga saham ADMR sudah melesat hingga 1.565 persen per penutupan Senin (5/9).

Adapun Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan, harga saham emiten ini mencapai Rp1.665/saham sedangkan harga perdananya berada di level Rp100/saham.

Hanya saja, saham ADMR cenderung melorot usai menyentuh rekor tertinggi di harga Rp2.990/saham pada 19 April lalu.Dalam 3 bulan terakhir, saham ADMR merosot hingga minus 22,56 persen.

Walaupun memang, kinerja saham selama sebulan emiten batu bara milik Boy Thohir ini masih tumbuh positif sebesar 1,83 persen.(Lihat grafik di bawah ini.)

Ditelisik dari valuasi sahamnya, price-earnings ratio (PER) ADMR tercatat sebesar 11,31 kali, lebih mahal dibandingkan rerata industri yang sebesar 6,43 kali.

Demikian pula, rasio price-book value (PBV)saham emiten besutan Boy Thohir ini mencapai 11,33 kali, lebih tinggi daripada rata-rata industri (2,36 kali).

Secara umum, rasio PER dan PBV yang lebih rendah dibandingkan historis dan industri menunjukkan suatu saham memiliki valuasi lebih murah (undervalued) dan begitu pula sebaliknya.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE