Masih Milik Bakrie Group, Begini Sejarah Saham BTEL
Sejarah saham BTEL atau emiten milik perusahaan PT Bakrie Telecom Tbk nyatanya sangat menarik untuk dibahas di awal tahun 2023
IDXChannel - Sejarah saham BTEL atau emiten milik perusahaan PT Bakrie Telecom Tbk nyatanya sangat menarik untuk dibahas di awal tahun 2023. PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) didirikan dengan nama PT Radio Telepon Indonesia (disingkat Ratelindo) pada 13 Agustus 1993.
Diketahui, perusahaan ini milik dua perusahaan yang bekerja sama sebagai perusahaan patungan PT Bakrie Electronics yang sahamnya dimiliki masing-masing 55% dan 45% oleh Bakrie & Brothers dan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom). Pembentukan perusahaan ini hanyalah salah satu bentuk liberalisasi industri telekomunikasi yang dilakukan pemerintah Orde Baru sejak awal 1990-an.
Ratelindo berhasil membangun jaringan telepon berbasis ETDMA, namun tampaknya sulit untuk memenuhi target langganan yang diharapkan, sehingga dalam rapat stock pada tanggal 12 September 2003 diputuskan untuk mengganti nama.
Menurut Anggaran Dasar Perusahaan, kegiatan BTEL meliputi: perancangan, pembangunan dan penyewaan alat/fasilitas telekomunikasi, pemasaran dan penjualan jaringan dan/atau jasa telekomunikasi, pemeliharaan alat/perangkat telekomunikasi, penelitian dan pengembangan, serta perdagangan peralatan/produk telekomunikasi dengan brand adalah ESIA.
Pada tahun 2006, BTEL mendapat pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK mengenai penawaran umum (IPO) saham BTEL dengan nilai nominal 5.500.000.000 dengan harga penawaran Rp110 per saham dan nominal Rp100 per saham.
Selain itu, terdapat 1.100.000.000 Waran Seri I dan masa pemesanan dari 3 Agustus 2006 sampai dengan 2 Februari 2009 dengan harga pemesanan Rp135 per saham. Saham dan opsi Seri I telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 3 Februari 2006.
Laporan Keuangan BTEL
PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) membukukan laba bersih Rp30,41 miliar pada sembilan bulan pertama 2022, naik 68,13 persen dari periode yang sama tahun lalu Rp18,08 miliar sebelum revisi.
Rugi usaha menjadi Rp3,97 miliar dari sebelumnya Rp4,3 miliar. Sementara itu, kerugian year-to-date juga turun 23,40 persen menjadi Rp57,29 miliar dari Rp74,80 miliar tahun lalu. Aset BTEL meningkat 148,09 persen menjadi Rp51,50 miliar dari Rp20,76 miliar tahun lalu. Aset jangka panjang perseroan dilaporkan sebesar Rp2,95 miliar dan aset lancar sebesar Rp48,54 miliar. (SNP)