Mayoritas Bursa Asia Menguat, Nikkei Melambung 1,31 Persen
Bursa saham di kawasan Asia sebagian besar bergerak menguat pada perdagangan Selasa pagi (7/12/2021).
IDXChannel - Bursa saham di kawasan Asia sebagian besar bergerak menguat pada perdagangan Selasa pagi (7/12/2021).
Hingga pukul 10:06 WIB, Hang Seng Hong Kong (HSI) naik 1,21% di level 23.632,50, Kospi Korea Selatan (KS11) menanjak 0,03% di 2.974,07, dan Nikkei 225 Jepang (N225) melambung 1,31% di 28.293,50.
Indonesia Composite Index atau IHSG juga bergerak di atas level penutupan kemarin sebesar 0,69% di 6.592,35, dan Straits Times Singapura (STI) melesat 0,26% di 3.124,480.
Sayangnya, Shanghai Composite China masih belum mampu melawan tekanan jual dan tergelincir -0,08% di 3.586,26, meskipun menghijau saat bel pembukaan berdering.
Seperti diketahui, Politbiro Partai Komunis China mengeluarkan pengumuman pada Senin lalu (6/12) yang mengisyaratkan adanya pelonggaran pembatasan untuk sektor properti dan real estat.
Elit tertinggi politik China tersebut berjanji untuk menstabilkan ekonomi pada tahun 2022. Di tempat yang berbeda, Bank Rakyat China (PBOC) akan mengurangi rasio cadangan wajib sebesar 0,5 poin pada minggu depan.
Untuk informasi, rasio cadangan wajib juga disebut sebagai giro wajib minimum yang mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada Bank Sentral.
Apabila terjadi kenaikan tingkat inflasi, bank sentral akan menaikkan ketentuan cadangan wajib minimum. Akibatnya, dana yang akan disalurkan oleh bank umum kepada masyarakat berkurang dan tingkat inflasi turun.
Perdana Menteri Li Keqiang menegaskan bahwa China memiliki ruang untuk memanfaatkan berbagai alat kebijakan moneter, termasuk memotong rasio tersebut.
Data ekonomi di China dinilai mampu memberikan katalis positif di pasar yang baru-baru ini dilanda pergerakan yang fluktuatif. Namun, beberapa investor memperkirakan bahwa volatilitas lebih lanjut dapat terjadi, sebagai imbas dari pembatasan varian omicron.
"Jelas pasar khawatir tentang ketakutan pertumbuhan. Kita bakal memasuki akhir tahun, dan masih saja ada sejumlah ketidakpastian," kata Analis Senior Edward Jones & Co. Mona Mahajan, dilansir Blooomberg, Selasa (7/12/2021). (TIA)