MARKET NEWS

Menanti Berkah Saham Bank Syariah Kala Ramadan

Melati Kristina - Riset 10/04/2023 07:00 WIB

Berinvestasi di saham bank syariah saat Ramadan punya potensi menarik karena selain sesuai prinsip syariah, saham tersebut juga punya potensi cuan.

Menanti Berkah Saham Bank Syariah Kala Ramadan. (Foto: BSI)

IDXChannel – Berinvestasi di saham perbankan syariah bisa menjadi pilihan menarik bagi investor, termasuk dalam momentum Ramadan. Selain menjalankan bisnis sesuai prinsip syariah, berinvestasi di saham tersebut juga berpeluang mendatangkan cuan.

Selain menjalankan ibadah di bulan suci Ramadan, tak ada salahnya pula investor mencoba menyisihkan dana untuk menabung di aset investasi.

Salah satunya, investor bisa mengalokasikan dananya untuk berinvestasi di saham-saham bank syariah.

Sebagai informasi, saham syariah merupakan emiten yang tidak melakukan kegiatan usaha yang dilarang menurut syariah serta bukan merupakan jasa keuangan ribawi, seperti bank berbasis bunga dan perusahaan pembiayan berbasis bunga.

Selain itu, emiten dari saham syariah juga harus memenuhi ketentuan rasio keuangan, salah satunya yaitu total utang berbasis bunga dibandingkan total aset tidak lebih dari 45 persen.

Setidaknya terdapat empat perbankan syariah di Tanah Air yang melantai di bursa, salah satunya yaitu PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BRIS.

Bank yang merupakan satu-satuya bank syariah BUMN dengan status terbuka ini merupakan merger dari tiga bank syariah milik BUMN. Adapun, bank tersebut yakni Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah.

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 31 Maret 2023, sebesar 51,47 persen saham BRIS dikendalikan oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Sedangkan, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) maupun PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menggenggam saham BRIS masing-masing sebesar 23,24 persn dan 15,38 persen.

Selain BRIS, bank syariah lainnya yang tercatat di BEI adalah PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS). Asal tahu saja, BTPS merupakan unit usaha syariah dari bank himbara PT Bank BTPN Tbk (BBTN).

Bank yang melantai di bursa pada 2018 lalu dikendalikan oleh BBTN dengan kepemilikan saham sebesar 70 persen.

Selanjutnya, PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS) juga merupakan bank syariah yang melantai di bursa.

Selain dimiliki Grup Panin, PNBS juga dikuasai oleh Dubai Islamic Bank. Mencatat data BEI, PT Bank Panin Tbk (PNBN) mengendalikan 67,30 persen saham milik PNBS. Sementara, Dubai Islamic Bank memiliki 25,10 persen saham PNBS.

Sebagai bank syariah, PNBS menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankan sesuai syariat Islam dalam hal penghimpunan dana, pembiayaan komersial dan ritel, hingga treasury.

Terakhir, bank syariah lainnya yang tercatat di bursa adalah PT Bank Aladain Syariah Tbk (BANK). Pada April Februari 2021, BANK resmi melakukan initial public offering (IPO).

Saham BANK dikendalikan oleh konglomerat asal RI, yaitu John Dharma J Kusuma. Melansir Forbes, John Kusuma menempati urutan 32 orang terkaya se Indonesia pada tahun 2021 dengan total kekayaan mencapai USD1,2 miliar atau Rp17,91 triliun (asumsi kurs Rp14.926) per 4 April 2022.

BANK merupakan perbankan syariah digital yang menggunakan teknologi informasi untuk mengembangkan produk pendanaan dan layanan perbankan lainnya.

Catatkan Kinerja Moncer pada 2022

Dilihat dari kinerja keuangannya, emiten-emiten bank syariah di atas punya kinerja keuangan yang moncer sepanjang 2022.

Melansir laporan keuangannya pada 9 bulan 2022, BANK mencatatkan pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib bersih yang melambung sebesar 111,46 persen menjadi Rp58,36 miliar.

Melesatnya pendapatan BANK pada periode ini ditopang oleh meroketnya segmen pendapatan emiten. Tercatat, segmen pendapatan dari jual beli dan ujrah yang diperoleh BANK pada 9 bulan 2022 melonjak 80.533,33 persen menjadi Rp2,42 miliar.

Padahal, pendapatan dari segmen ini yang dibukukan oleh BANK pada 9 bulan 2021 lalu hanya sebesar Rp3 juta.

Selain itu, pendapatan usaha utama lainnya juga terkerek hingga 102,72 persen menjadi Rp55,95 miliar pada 9 bulan 2022 dari Rp27,60 miliar pada 9 bulan 2022.

Kendati mencatatkan pendapatan yang melonjak signifikan di periode ini, BANK masih menanggung rugi bersih sebesar Rp148,42 miliar. Bahkan, jumlah ini melambung 141,12 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar Rp60,72 miliar.

Membengkaknya rugi bersih BANK di periode ini tak lepas dari naiknya beban perusahaan yang melonjak signifikan.

Tercatat, beban promosi BANK melonjak 1.358,77 persen, dari Rp718 juta pada 9 bulan 2021 menjadi Rp10,47 miliar pada 9 bulan 2022.

Sementara, beban perusahaan lainnya yang melonjak signifikan pada periode ini adalah beban gaji dan kesejahteraan karyawan serta beban penyusutan dan amortisasi yang masing-masing membengkak sebesar 114,44 persen dan 416,42 persen.

Selain BANK, emiten bank syariah yang punya kinerja moncer adalah BRIS. Pada 2022, BRIS berhasil membukukan laba bersih yang melambung hingga 40,68 persen. Adapun, laba bersih BRIS pada periode ini mencapai Rp4,26 triliun.

Sedangkan, pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib bersih BRIS pada 2022 juga naik 10,19 persen menjadi Rp19,62 triliun.

Selanjutnya, PNBS dan BTPS turut mencatatkan kinerja keuangan yang bertumbuh pada 2022. (Lihat tabel di bawah ini.)

Sebagaimana disebutkan dalam laporan keuangan emiten, PNBS mencatatkan pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib bersih sebesar Rp942,49 miliar pada 2022 atau naik 21,47 persen secara year on year (yoy).

Di samping itu, PNBS juga berhasil membalik rugi bersih pada 2021 menjadi laba bersih pada periode ini atau turnaround.

Tercatat, laba bersih yang dibukukan PNBS di periode ini mencapai Rp250,53 miliar, dari rugi bersih perusahaan sebesar Rp818,11 miliar pada 2021.

Terakhir, BTPS turut mencatatkan pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib bersih dan laba bersih yang masing-masing melesat sebesar 14,98 persen dan 21,47 persen pada periode ini.

Adapun, pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib bersih yang dicatatkan BANK pada periode ini mencapai Rp5,37 triliun dengan laba bersih yang naik menjadi Rp1,78 triliun pada 2022.

Kinerja Saham Masih Terkontraksi

Meski mencatatkan kinerja keuangan yang moncer, kinerja saham sebagian besar emiten bank syariah sepanjang 2023 masih terkontraksi.

Melansir data BEI pada penutupan sesi I, Jumat (6/4), saham BTPS mengalami kontraksi paling dalam, yakni sebesar 23,30 persen secara YTD.

Seiring dengan kontraksi saham BTPS tersebut, Nomura menurunkan ratingnya dari buy atau beli menjadi netral.

Nomura dalam risetnya pada 21 Februari 2023 dengan judul “BTPS: Looming Competition Risk” mengatakan, BTPS memiliki risiko persaingan dengan Permodalan Nasional Madani (PNM).

“Setelah diakuisisi oleh BBRI, PNM akan memberikan akses yang lebih besar kepada pembiayaan yang lebih murah dengan peningkatan efisiensi serta jangkauan yang lebih luas karena memanfaatkan jaringan dari BBRI,” tulis Nomura dalam risetnya.

Selain itu, Nomura juga melihat adanya biaya kredit atau CoC yang lebih tinggi secara struktural pada BTPS, yakni sebesar 7 persen hingga 8 persen.

“Mengingat hal ini, kami menurunkan proyeksi pendapatan BTPS menjadi 7 persen untuk tahun 2023, sehingga kami menurunkan peringkat kami dari buy menjadi netral,” tulis riset tersebut.

Selain BTPS, dua bank syariah lainnya, yaitu BANK dan PNBS juga masih mencatatkan kinerja saham yang memerah sepanjang 2023. (Lihat grafik di bawah ini.)

BEI mencatat, saham BANK terkoreksi hingga 6,36 persen, disusul oleh PNBS yang sahamnya juga ikut merosot 7,94 persen secara YTD.

Kendati sebagian saham bank syariah memerah sepanjang 2023, saham BRIS justru melambung pada periode ini.

Melansir data BEI pada periode yang sama, saham BRIS terkerek hingga 37,60 persen secara YTD. Melesatnya saham BRIS seiring dengan potensi dari bank ini kedepannya.

Menurut BRI Danareksa Sekuritas dalam risetnya bertajuk “Bank Syariah Indonesia: Staying Consumer Focused”, yang diterbitkan pada 14 Maret 2023, memproyeksikan pertumbuhan pendapatan BRIS pada 2023 akan mencapai 22,70 persen yoy.

“Kami mengasumsikan pertumbuhan pembiayaan konsumen pada tahun ini sebesar 20,10 persen yoy,” tulis riset tersebut.

Selain itu, dengan cabangnya yang mencapai 1.101 cabang per Desember 2022, BRIS akan membukukan pendapatan yang lebih unggul dibanding perbankan syariah lainnya.

Sementara, laba bersih BRIS pada 2023 juga diproyeksikan akan mencapai Rp5,20 triliun yang didukung oleh pertumbuhan pembiayaan sebesar 15,9 persen, NIM yang bertumbuh hingga 6,30 persen karena eksposur pembiayaan penggajian yang lebih tinggi.

“Kami memberikan rating buy kepada BRIS didorong oleh potensi dari pertumuhan pembiayaan konsumen dari segmen penggajian,” tulis BRI Danareksa.

Senada dengan BRI Danareksa, MNC Sekuritas turut memberikan rating buy pada saham BRIS.

Menurut riset MNC Sekuritas Bertajuk “BRIS: Post-merger Value Creation Delivered, Initiate with BUY Rating”, yang dirilis pada 15 Februari 2023, BRIS memiliki potensi menarik karena diuntungkan dari agenda pemerintah dalam mendorong ekonomi syariah.

“Sedangkan, right issue dari BRIS akan berdampak pada peningkatan CAR dan free float dari saham di atas ambang batas minimum, yakni sebesar 7,5 persen,” tulis riset tersebut.

Kendati demikian, sejumlah risiko penurunan peringkat harus diwaspadai, seperti pelemahan kualitas aset bank akibat situasi ekonomi makro yang tidak menguntungkan, pembayaran dividen yang besar, hingga ekspansi di sektor perbankan syariah yang cepat.

Dengan demikian, selain mempertimbangkan kinerja fundamental dari emiten di atas, investor juga harus memerhatikan katalis hingga prospek dari emiten kedepannya untuk memaksimalkan potensi cuan dari saham bank syariah.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE