Mending Koleksi Saham CUAN atau Berburu Dividen dari Saham BBRI?
Berinvestasi di saham CUAN bisa membawa cuan karena sedang terkerek, atau lebih baik investasi di BBRI yang akan membagikan dividen jumbo?
IDXChannel – Berinvestasi di saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) menarik karena harga saham yang sedang terkerek belakangan. Di sisi lain, menaruh dana di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga bisa jadi pilihan bagi para dividen hunter karena akan menebar dividen jumbo.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, saham CUAN rajin menyentuh auto reject atas (ARA) 25 persen sejak resmi melantai di bursa pada Rabu (8/3).
Adapun, kenaikan saham tertinggi CUAN terjadi pada Kamis (9/3) di mana saham emiten ini melambung hingga 24,82 persen menjadi Rp32/saham.
Selain itu, data BEI pada Selasa (14/3) mencatat, dalam sepekan terakhir, saham milik taipan Prajogo Pangestu tersebut sudah terkerek hingga 200 persen.
Tercatat, saham CUAN meroket dari Rp220/saham pada harga intial public offering (IPO) menjadi Rp660/saham pada penutupan Selasa (14/3).
Dengan demikian, investor sudah mendapatkan cuan jumbo hanya dalam seminggu setelah berinvestasi ke saham ini setelah harga IPOnya.
Sebagai ilustrasi, bila membeli membeli 100 lot saham di CUAN dengan harga Rp220/saham pada perdagangan Selasa (8/3) atau dengan modal Rp2,2 juta, maka dengan harga saham yang diperdagangkan hari ini, yakni Rp660/saham investor telah meraup cuan hingga Rp4,4 juta dalam kurun seminggu.
Informasi saja, CUAN merupakan perusahaan milik Prajogo Pangestu yang kegiatan usahanya meliputi pertambangan dan energi.
Sedangkan, pengendalinya, Prajogo Pangestu menduduki peringkat ke-7 orang terkaya di Indonesia pada 2022.
Menurut Forbes per Selasa (14/3), saat ini kekayaan taipan ini mencapai USD5,3 miliar atau setara dengan Rp80,53 triliun dengan asumsi kurs sebesar Rp15.194/USD.
Di samping CUAN, investor juga dapat berburu cuan dari saham BBRI yang akan menebar dividen jumbo untuk periode tutup buku 2022.
BBRI mengumumkan, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) emiten bank big four ini memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp43,5 triliun atau sekitar 85% dari total laba bersih Rp51,4 triliun.
"Laba 2022 itu akan diatribusikan sebagai dividen sebesar 85% atau sekurang-kurangnya sebesar Rp43,5 triliun atau Rp288 per saham," ujar Direktur Utama BRI Sunarso dalam konferensi pers BRI di Jakarta Senin (13/3/2023).
Adapun sekitar 15% atau Rp7,7 triliun akan digunakan untuk saldo laba ditahan. "Dengan dibagikan dividen Rp43,5 triliun, maka rinciannya adalah dividen interem Rp8,6 triliun yang telah dibagikan sebelumnya. Lalu sisanya akan dibagikan sebesar Rp34,9 triliun dan negara mendapatkan dividen Rp23 triliun," papar dia.
Tercatat, BBRI konsisten dalam membagikan dividennya sejak tahun 2004 lalu.
Selain itu, melansir data Investing.com, dividend yield BBRI pada pembagian dividen interim perusahaan di tanggal 10 Januari 2023 lalu mencapai 5,04 persen.
Bisa dikatakan, perusahaan dikatakan memiliki dividend yield yang tinggi bila angkanya di atas 5 persen.
Untuk investasi jangka pendek, berinvestasi di BBRI masih menguntungkan bagi dividend hunter walaupun investor harus mencermati penurunan harga saham setelah periode ex date atau tanggal setelah dividen dibagikan.
Sehingga, pemegang saham yang membeli saham pada tanggal tersebut tidak lagi berhak mendapatkan dividen yang menyebabkan harga saham cenderung turun karena investor mulai menjual sahamnya.
Selain itu, secara fundamental BBRI masih mencatatkan kinerja yang moncer.
Melansir laporan keuangan emiten pada 2022, emiten bank ini berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp51,40 triliun sepanjang 2022 secara konsolidasi. Capaian ini merupakan tertinggi dalam sejarah perbankan Indonesia.
Perolehan laba bersih tersebut meningkat 67,15% secara tahunan. Kontribusi laba utamanya berasal dari pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang sebesar Rp124,6 triliun, tumbuh 9,21% (yoy).
Sementara, bila ditilik dari kinerja sahamnya dalam lima tahun terakhir, saham BBRI masih berada dalam fase uptrend.
Menurut data BEI per Selasa (14/3), saham BBRI dalam tiga tahun terakhir sudah naik 11,80 persen. Bahkan, mencapai 47,41 persen dalam lima tahun belakangan.
Walaupun memang sedang uptrend, kinerja saham BBRI secara year to date (YTD) masih terkontraksi sebesar 4,66 persen.
Kendati masih memiliki fundamental yang baik, investor perlu mewaspadai sentimen negatif yang sedang melanda industri perbankan.
Terutama, pada saat ini sektor perbankan tengah dihantui oleh aksi hawkish The Fed dalam menaikkan suku bunga hingga krisis Silicon Valley Bank yang diikuti dengan rontoknya saham bank regional di Amerika Serikat (AS) yang turut berdampak bagi saham perbankan Tanah Air.
Sedangkan, tingginya kenaikan harga CUAN setelah resmi melantai di bursa dikhawatirkan terdapat profit taking atau aksi investor dalam menjual saham ini untuk menjaga return setelah mengalami kenaikan signifikan.
Periset: Melati Kristina
(ADF)