MARKET NEWS

Menilik Peluang PGEO Meraih Laba Mengandalkan Green Bond Rp6 Triliun

Rista Rama Dhany 05/05/2023 13:47 WIB

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) akan menerbitkan green bond senilai USD400 juta atau sekitar Rp6 triliun.

Menilik Peluang PGEO Meraih Laba Mengandalkan Green Bond Rp6 Triliun (FOTO: Dok MNC Media)

IDXChannel - Anak usaha PT Pertamina (Persero) yakni PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) akan menerbitkan green bond senilai USD400 juta atau sekitar Rp6 triliun. Mampukah perseroan meraih laba dari penerbitan surat utang hijau dengan kupon 5,15 persen per tahun?

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengatakan, berharap agar PGEO dapat memastikan performa keuangan hingga operasionalnya secara optimal agar dapat meyakinan para shareholder. 

“Jika alokasi untuk capex (belanja modal) lebih kecil atau tidak ada sama sekali dalam penerbitan surat utang itu, artinya perseroan hanya mau men-delay kewajibannya saja karena mungkin tidak mampu membayar utang dari kas internal,” kata Ahmad dihubungi, Jumat (5/5/2023).

PGEO akan menggunakan dana dari utang tersebut untuk melunasi seluruh sisa utang dengan Mandated Lead Arrangers, Kreditur Sindikasi Awal dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebagai Facility Agent yang akan jatuh tempo pada 23 Juni 2023. 

“Pada tanggal Keterbukaan Informasi ini diterbitkan, sisa jumlah kewajiban yang masih terutang berdasarkan Facilities Agreement adalah sebesar US$400,” ujar manajemen melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis Sabtu, 22 April 2023.

Melalui prospektusnya, perseroan turut menyatakan bahwa nilai surat utang global yang akan diterbitkan diperkirakan mewakili 20 hingga 50 persen dari ekuitas perseroan setelah IPO oleh karenanya wajib tunduk pada POJK No. 17/2020.

Ahmad  menilai, meningkatnya rasio utang terhadap ekuitas (DER) perseroan dalam penerbitan obligasi ini berisiko menimbulkan permasalahan di kemudian hari. 

“Ada risiko yang harus ditanggung kalau ternyata perkiraan dari revenue mereka meleset sedikit saja. Kalau project revenue, EBITDA dan lain-lain tidak kuat, lalu DER makin tinggi, maka kondisi keuangan mereka akan semakin buruk nantinya," ungkap Ahmad.

Sebelumnya, Menurut Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, komitmen pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dengan mengoptimalkan energi bersih dapat menjadi peluang bagi PGEO untuk terus mengembangkan bisnisnya.

"Melalui dukungan pemerintah dan sumber pendanaan yang lebih murah lewat green financing, PGEO tidak perlu menunda ekspansinya. Upaya PGEO menyelesaikan pinjaman jangka pendek ini menjadi bukti bahwa green financing akan tetap menarik minat investor global," tutur Piter.

Sebelumnya, manajemen PGEO telah melakukan rangkaian virtual roadshow untuk menawarkan green bond yang nantinya diterbitkan dalam mata uang dolar AS. Target marketnya adalah investor asing.

Berdasarkan informasi, dana bersih yang dikantongi perseroan dalam penerbitan surat utang akan digunakan untuk melunasi seluruh sisa utang PGEO berdasarkan facilities agreement tertanggal 23 Juni 2021 antara perseroan dengan Mandated Lead Arrangers, Kreditur Sindikasi Awal dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai Facility Agent yang akan jatuh tempo pada 23 Juni 2023. 

Saat ini, sisa jumlah kewajiban yang masih terutang berdasarkan facilities agreement adalah sebesar USD400 juta. Rencana penggunaan dana tersebut telah sesuai dengan Eligibility Criteria yang telah ditetapkan dalam Green Financing Framework Perseroan. 

"Surat Utang akan diterbitkan oleh Perseroan pada 27 April 2023 dengan penandatanganan perjanjian Indenture antara Perseroan dan The Bank of New York Mellon selaku trustee terkait penerbitan surat utang dan penunjukan trustee dengan yang diagendakan pada tanggal tersebut," jelas manajemen. (RRD)

SHARE