MARKET NEWS

Menilik Potensi Harga Emas dan Minyak Mentah di Tengah Konflik Iran-Israel

Dinar Fitra Maghiszha 17/04/2024 13:45 WIB

Ketegangan militer antara Iran dan Israel menjadi perhatian petinggi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Berjangka Komoditi & Derivatif (ICDX).

Menilik Potensi Harga Emas dan Minyak Mentah di Tengah Konflik Iran-Israel. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Ketegangan militer antara Iran dan Israel menjadi perhatian petinggi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Berjangka Komoditi & Derivatif (ICDX).

Sentimen ini dinilai dapat mempengaruhi psikologis pasar baik dari sisi market ekuitas maupun komoditas. Tensi antar-kedua negara itu dipandang berpeluang menarik kekuatan Timur Tengah lainnya, serta Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy menilai kenaikan tensi politik negara-negara Timur Tengah menjadi faktor penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 16 April 2024. Tak luput, Irvan juga menilai ini berlangsung seiring kenaikan imbal hasil pasar surat utang di AS.

“Kenaikan US Treasury yield seiring peningkatan inflasi AS dan dinamika geopolitik,” katanya kepada wartawan, Jakarta, ditulis pada Rabu (17/4/2024).

Tekanan terhadap IHSG telah reda. Pada Rabu (17/4/2024), IHSG rebound hingga menyentuh 7.234, kendati kembali tertekan hingga ke 7.158 hingga pukul 12:55 waktu JATS.

Dari pasar komoditas hingga Rabu (17/4/2024), harga emas spot masih bertahan di level USD2.383,29 per troy ons. Di sisi lain, harga minyak mentah justru masih fluktuatif di mana minyak Brent dan WTI masing-masing berada di level USD89,16 per barel, dan USD85,26 per bare.

Sejatinya harga emas telah menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah sejak Jumat (12/3/2024). Permintaan aset safe haven ini dinilai masih didukung oleh kekhawatiran atas memburuknya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel. 

“Kekhawatiran terhadap tensi seperti ini memicu permintaan terhadap emas, yang dipandang sebagai aset safe-haven tradisional karena harganya yang relatif stabil, terutama pada saat terjadi pergolakan global,” kata Direktur Utama Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Nursalam kepada MNC Portal Indonesia, Selasa (16/4/2024).

Namun, lonjakan nilai dolar Amerika Serikat membatasi kenaikan yang lebih besar pada logam kuning, karena meningkatnya ekspektasi terhadap suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. 

“Alhasil ini mendorong kenaikan imbal hasil Treasury sehingga sempat menurunkan harga emas,” paparnya.

Sementara itu, Head of Research Retail PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, mengamini bahwa konflik regional dapat memicu kenaikan harga komoditas baik minyak mentah, maupun aset safe-haven.

“Nah ini ada outflow (arus dana keluar) dari market ke komoditas, terutama dari emas untuk safe haven ya,” kata Didit sapaan akrabnya saat ditemui MNC Portal Indonesia di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (16/4/2024).

Secara makro, menurunnya ekspektasi terhadap penurunan suku bunga bank sentral AS atau Federal Reserve juga dinilai membebani pasar. Libur panjang bursa selama sepekan turut membangun kebutuhan investor terhadap likuiditas. 

“Betul, dapat dikatakan kebutuhan likuiditas bisa jadi, dapat dikatakan untuk mengamankan aset mereka sendiri pun juga bisa,” terang Didit.

(YNA)

SHARE