MARKET NEWS

Meski Produksi Migas Turun, ENRG Raup Laba Bersih Rp254,87 Miliar di Kuartal I 2023

Febrina Ratna 29/04/2023 05:00 WIB

Energi Mega Persada (ENRG) mengantongi laba bersih USD17,4 juta atau sekitar Rp254,87 miliar pada kuartal I 2023 meski produksi migas turun.

Meski Produksi Migas Turun, ENRG Raup Laba Bersih Rp254,87 Miliar di Kuartal I 2023. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mengantongi laba bersih USD17,4 juta atau sekitar Rp254,87 miliar pada kuartal I 2023. Angka tersebut naik 72% dari USD10,2 juta pada periode yang sama 2022.

Sementara itu, penjualan bersih sedikit menurun sebesar 8% dari USD112 juta pada kuartal I 2022 menjadi USD102 juta per 31 Maret 2023. Penurunan tersebut terjadi karena produksi gas dan harga jual minyak yang lebih rendah.

Produksi gas EMP turun sebesar 25% dari 211 juta kaki kubik gas per hari di Q1 2022 menjadi 157 juta kaki kubik gas per hari di Q1 2023. Produksi gas yang lebih rendah tersebut disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, penurunan produksi gas dari aset Kangean dikarenakan kontrak jual beli gas yang sedang dalam proses pembaruan dengan para pembeli di Jawa Timur.

Setelah proses pembaruan kontrak jual beli gas tersebut diselesaikan, harapannya produksi gas dari Kangean akan meningkat secara bertahap. Kedua, penghentian sementara atas produksi gas dari aset gas Sengkang sambil menunggu penyelesaian perpanjangan dan pembaruan kontrak jual beli gas dengan pembeli di Sulawesi.

Kontrak jual beli gas untuk Sengkang sudah diselesaikan. Sengkang telah memulai kembali produksi gasnya, dan pasokan gas dari Sengkang diharapkan akan meningkat di Q2 2023.

Selanjutnya, fluktuasi harga minyak dunia juga berdampak terhadap penurunan harga jual minyak EMP yang sebesar USD79,23 per barel pada Q1 2023, dibandingkan dengan harga jual minyak yang tinggi di level USD103,40 per barel pada Q1 2022.

Terlepas dari penurunan produksi gas dan penjualan bersih, EMP tetap mampu mencatatkan laba bersih sebesar USD17,4 juta di Q1 2023.

Laba Bersih Perusahaan tersebut merefleksikan kenaikan sebesar 72% dari USD10,2 juta di Q1 2022. Hal ini disebabkan Beban Pajak yang lebih rendah yang dibukukan di Q1 2023 (dibandingkan dengan beban pajak di Q1 2022).

(FRI)

SHARE