MARKET NEWS

NU Bakal Peroleh Konsesi Eks Tambang Anak Usaha BUMI, Intip Profil Kaltim Prima Coal

Maulina Ulfa 10/06/2024 15:02 WIB

Kabar pemberian izin tambang kepada organisasi kemasyarakatan (ormas) terus memanas.

NU Bakal Peroleh Konsesi Eks Tambang Anak Usaha BUMI, Intip Profil Kaltim Prima Coal. (Foto: IDXChannel)

IDXChannel - Kabar pemberian izin tambang kepada organisasi kemasyarakatan (ormas) terus memanas.

Terbaru, Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan Nahdlatul Ulama (NU) nantinya akan mendapatkan tambang dari bekas (eks) penciutan Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) milik PT Kaltim Prima Coal (KPC).

KPC sendiri merupakan anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang merupakan usaha batu bara milik Bakrie Group dan Salim Group.

"Menyangkut wilayah besar salah satu yang mau jelaskan pemberian ke PBNU adalah eks KPC. Tulis saja, jangan malu-malu," ungkap Bahlil dalam Konfrensi Pers di kantornya, Jumat (7/6/2024).

Sayangnya, Bahlil tidak menyebutkan secara gamblang berapa besar luasan wilayah dan produksi yang akan didapat oleh NU dari tambang bekas kelolaan KPC itu.

Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengatakan NU juga sudah menyiapkan PT untuk mengelola tambang tersebut.

"Insyaallah kami sudah siapkan desainnya. Itu termasuk tadi desainnya kita bikin koperasi yang anggotanya adalah warga, dan kemudian join dengan NU sebagai perkumpulan untuk membuat PT," kata Gus Yahya, Kamis (6/6/2024).

Tambang dengan Open-Pit Terbesar Dunia

Tambang batu bara di Sangatta milik KPC merupakan tambang terbesar di Indonesia dan salah satu pertambangan terbuka (open-pit) terbesar di dunia

Sejak 1 Januari 2022, KPC telah memiliki Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dari pemerintah Indonesia untuk melaksanakan eksplorasi, produksi, dan pemasaran batu bara di wilayah seluas 61.543 hektar di Sangatta dan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.

Secara keseluruhan, melansir Kemenkeu, BUMI menjadi salah satu penyumbang royalti besar batu bara yang masuk ke kas negara, seiring dengan posisinya sebagai produsen terbesar.

Setiap tahunnya memproduksi kisaran 80-85 juta ton, jauh lebih besar dibandingkan perusahaan serupa. Pada 2018, BUMI dinobatkan sebagai Pembayar PNBP Terbesar di Indonesia. 

Produksi dari KPC saja sudah mencakup sekitar 70 persen produksi batu bara BUMI.

Sebelumnya, pada 2017, BUMI juga dinobatkan sebagai perusahaan yang memberikan PNBP terbesar dengan nilai lebih dari Rp9 triliun. 

Sebagai informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan, realisasi produksi emas hitam Indonesia mencapai 775 juta ton pada 2023.

Angkanya naik 12,8 persen dibanding 2022 alias secara year-on-year (yoy), sekaligus menjadi rekor produksi tertinggi baru. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Pada 2023, KPC mencatat total produksi batu bara (siap jual) dari tambang Sangatta dan Bengalon mencapai 53,6 juta ton, meningkat sebesar 9 persen dari sebesar 49,2 juta ton di 2022. Produksi ini didukung oleh fasilitas pemrosesan dan pengiriman batu bara dengan kapasitas sebesar 60 juta ton per akhir 2023

KPC menargetkan produksi batu bara perusahaan mencapai 53,5 juta ton pada 2024.

Hal ini sejalan dengan Rencana Kinerja dan Anggaran Biaya (RKAB) periode 2024-2026 yang telah disetujui oleh Kementerian ESDM.

KPC memproduksi empat jenis batu bara, yakni prima yang merupakan batu bara berkualitas unggul dengan kalori tinggi, memiliki kandungan abu sangat rendah dan kandungan sulfur menengah dengan kelembaban rendah.

Selanjutnya, batu bara jenis pinang yang memiliki kalori yang lebih rendah dengan tingkat kelembaban yang lebih tinggi.

Ada juga jenis Melawan, batu bara sub-bituminous dengan kandungan sulfur dan abu rendah, serta tingkat kelembaban yang tinggi.

Sementara yang keempat adalah jenis KPC 4200, batu bara sub-bituminous dengan kalori lebih rendah dari Melawan, kandungan sulfur dan abu rendah, serta tingkat kelembaban yang tinggi.

Secara khusus, tambang Sangatta KPC ini memproduksi batu bara tipe bituminous dan subbituminous, yang berlokasi dekat dengan fasilitas pelabuhan di Tanjung Bara. Lokasi ini terhubung dengan lokasi tambang melalui overland conveyor (OLC) sepanjang 13 kilometer.

Keberadaan jalur OLC kedua dan peningkatan fasilitas pemuatan tongkang mendukung peningkatan produksi tambang KPC ini di tahun-tahun mendatang.

Tambang Bengalon juga memproduksi batu bara tipe bituminous yang berlokasi dekat dengan pantai dan terhubung dengan fasilitas pelabuhan melalui jalan sekitar 25 km.

Lokasi yang dekat dengan pelabuhan ini memberikan keuntungan bagi KPC, salah satunya efisiensi biaya transportasi dari lokasi tambang ke lokasi pelabuhan.

Melansir laman resmi perusahaan, pada 1970, perusahaan ini dimulai dari investasi Rio Tinto Indonesia yang dimiliki oleh Conzinc Rio Tinto Australia (CRA) bersama dengan British Petroleum (BP) untuk melakukan kerjasama dalam hal kegiatan eksplorasi batu bara di Indonesia.

Kemudian pada 1978, pemerintah Indonesia mengundang perusahaan-perusahaan asing untuk melakukan tender eksplorasi batu bara di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

Memasuki era 1982, PT Kaltim Prima Coal (KPC) menandatangani Perjanjian Karya Pengusahaan Batu Bara (PKP2B) dengan Perum Tambang Batu Bara, yang sekarang dikenal dengan PT Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA), mewakili pemerintah Indonesia. Perjanjian tersebut meliputi kegiatan eksplorasi, produksi, dan pemasaran.

Kemudian memasuki 2000 hingga 2018, BUMI mengakusisi saham KPC pada 2003.

KPC terus berkembang di mana pada 2003, produksi KPC mencapai 16,4 juta ton batu bara, dan pada 2018 mencapai 56,97 juta ton.

Perseroan kemudian membeli 100 persen saham KPC yang merupakan produsen batu bara terbesar di Indonesia, setelah mengakuisisi Sangatta Holdings Ltd (SHL) dan Kalimantan Coal Ltd. (KCL).

Perseroan merupakan pemilik terbesar cadangan dan sumber daya batu bara di Indonesia, dengan kapasitas masing-masing sebanyak 2,5 miliar metrik ton (MT) dan 8,5 miliar MT, sehingga total mencapai 11 miliar MT.

KPC mengelola produksi batu bara milik Bakrie Grup bersama dengan PT Arutmin Indonesia (Arutmin) dan dengan PT Pendopo Energi Batu bara. (ADF)

SHARE