Pasar IPO Asia Tenggara Diproyeksi Bangkit di 2026
Prospek pasar penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Asia Tenggara diperkirakan bangkit pada 2026.
IDXChannel - Prospek pasar penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Asia Tenggara diperkirakan bangkit pada 2026.
Proyeksi tersebut seiring dengan kinerja IPO sepanjang 2025 yang menunjukkan pemulihan di sektor konsumer, real estat, dan teknologi, serta menguatnya posisi Singapura sebagai destinasi pencatatan saham perdana dengan kapitalisasi pasar tinggi.
Capital Markets Services Leader Deloitte Southeast Asia, Tay Hwee Ling menjelaskan, momentum IPO mulai terbentuk kembali berkat tren pencatatan yang lebih sedikit namun berukuran lebih besar dan berkualitas lebih tinggi.
"Meski ada peningkatan ketertarikan terhadap listing berukuran besar, sentimen pasar masih berhati-hati. Emiten mencari waktu terbaik untuk memperoleh valuasi optimal, sehingga ukuran penawaran cenderung lebih kecil dan strategis," kata Hwee Ling dalam konferensi pers secara daring pada Selasa (18/11/2025).
Hingga November 2025, Malaysia dan Indonesia memimpin pertumbuhan dari sisi volume dan nilai IPO, sementara Singapura unggul dalam penghimpunan dana untuk IPO skala besar. Vietnam juga menunjukkan perkembangan stabil seiring upaya memperkuat ekosistem pasar modalnya.
Sementara sejumlah perusahaan di Thailand tetap melakukan IPO meski menghadapi tekanan akibat ketidakpastian politik, utang rumah tangga tinggi, dan volatilitas global. Termasuk Mr DIY Holding (Thailand) Public Company Limited yang berhasil menghimpun dana sebesar USD174 juta.
Dari sisi sektoral, real estate mendominasi dengan kontribusi sebesar 33 persen dari total dana IPO di kawasan, diikuti energi dan sumber daya, serta sektor keuangan.
Di samping itu, industri yang terkait mobilitas dan infrastruktur energi mulai menunjukkan momentum baru seiring tren reshoring rantai pasok.
Sementara IPO sektor teknologi dan kesehatan terus menarik minat investor, didorong oleh kehadiran private equity (PE) dan investor institusional.
Hwee Ling melanjutkan, terlepas dari tantangan geopolitik dan tekanan makroekonomi, pasar IPO Asia Tenggara tetap menunjukkan ketangguhan berkat reformasi regulasi, diversifikasi sektor, dan meningkatnya kepercayaan investor. Kondisi ini menjadi landasan kuat bagi prospek pasar IPO 2026.
“Seiring membaiknya kondisi pasar, para calon emiten terus mencermati perkembangan pasar modal untuk menemukan momentum yang tepat agar dapat memaksimalkan valuasi dan memanfaatkan permintaan likuiditas yang selama ini tertahan. Ini akan memungkinkan investor dan pemegang saham membuka value yang belum terealisasi,” ujar Hwee Ling.
(DESI ANGRIANI)