MARKET NEWS

Pasar Kian Terkonsentrasi, 50 Emiten Bisa Kendalikan 75 Persen IHSG

Dinar Fitra Maghiszha 04/12/2025 12:34 WIB

Struktur likuiditas pasar modal yang terbatas ditambah free float yang minim menjadi pekerjaan rumah bagi pengembangan bursa saham ke depan.

Pasar Kian Terkonsentrasi, 50 Emiten Bisa Kendalikan 75 Persen IHSG (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Struktur likuiditas pasar modal yang terbatas ditambah jumlah saham publik atau floating shares (free float) menjadi pekerjaan rumah bagi pengembangan bursa saham di masa depan.

Kondisi ini terbentuk seiring bobot kapitalisasi pasar (market cap) bursa yang terkonsentrasi di sejumlah saham-saham big cap.

Dalam struktur seperti ini, kedalaman pasar menjadi sempit dan menimbulkan dominasi beberapa emiten besar terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Saat sebagian besar likuiditas pasar mengalir ke beberapa saham emiten besar, maka ratusan emiten lain memiliki aktivitas transaksi yang jauh lebih terbatas.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti salah satu faktor yang mempersempit kedalaman likuiditas timbul dari minimnya porsi saham publik atau free float di pasar. Rendahnya porsi saham yang benar-benar tersedia untuk diperdagangkan mempersempit sebaran transaksi di seluruh kelompok saham.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menyebut, hal itu berdampak pada dominasi kelompok kecil emiten dalam membentuk pergerakan pasar.

"Kita bisa lihat bahwasannya 50 emiten tersebut itu berpengaruh 75 persen terhadap pergerakan IHSG,” ujar Inarno dalam Raker Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu (3/12/2025).

Dia juga mengakui porsi free float RI berada pada level yang lebih rendah dibandingkan bursa-bursa di kawasan, seperti halnya Bursa Malaysia, London Stock Exchange, hingga Singapore Exchange.

Data OJK mencatat, saat ini rata-rata free float pasar modal mencapai 23,9 persen. Angka ini berada di level terendah dari berbagai macam bursa-bursa saham lainnya.

"Dari sisi free float memang IDX ini termasuk yang terkecil dibandingkan peers-nya," ujarnya.

Dia menambahkan bahwa tantangan yang dihadapi pasar bukan pada ukuran kapitalisasi yang besar, tetapi pada kedalaman transaksi yang belum merata di seluruh segmen saham.

"Tantangan utama kita bukan pada ukuran pasar, melainkan pada kedalaman likuiditas," katanya.

Untuk memperbaiki kondisi tersebut, OJK bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah menyiapkan penyesuaian ketentuan free float, termasuk perubahan cara perhitungan pada saat pencatatan perdana atau IPO.

Inarno menjelaskan aturan baru akan difokuskan pada saham yang benar-benar ditawarkan kepada publik, dan mengecualikan pemegang saham pre-IPO.

"Hal ini diharapkan sesuai dengan filosofi saham free float sebagai saham yang dapat diperdagangkan oleh publik, dan diharapkan dapat meningkatkan likuiditas pasar," tutur dia.

(DESI ANGRIANI)

SHARE