MARKET NEWS

Pasar Uang Asia Pasifik Variatif, Rupiah Menguat ke Rp14.272 per Dollar AS

Dinar Fitra Maghiszha 15/02/2022 10:15 WIB

Pasar uang di kawasan Asia Pasifik terpantau bergerak variatif atas dolar AS, seperti Yen Jepang naik 0,09% di 115,43

Pasar Uang Asia Pasifik Variatif, Rupiah Menguat ke Rp14.272 per Dollar AS (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Nilai mata uang rupiah hari ini di mengalami kenaikan atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa pagi (15/2/2022). 

Hingga pukul 09:18 WIB, mata uang Garuda tumbuh 54 poin atau 0,38% di Rp14.272 per 1 dolar Amerika Serikat 

Pasar uang di kawasan Asia Pasifik terpantau bergerak variatif atas dolar AS, seperti Yen Jepang naik 0,09% di 115,43, Dolar Hong Kong terpuruk -0,02% di 7,8028, dan Won Korea Selatan turun 0,11% di 1.198,71. 

Ringgit Malaysia tumbuh 0,04% di 4,1875, Peso Filipina turun -0,10% di 51,382, dan Dolar Taiwan terjatuh -0,05% di 27,879. Baht Thailand menanjak 0,29% di 32,325, Dolar Australia koreksi -0,11% di 0,7132, Dolar Singapura turun -0,04% di 1,3471, Yuan China naik 0,06% di 6,3536. 

Indeks dolar pada pagi ini tampak mengalami koreksi -0,13% di 96,24, setelah sempat mencapai titik tertinggi dua pekan pada Senin lalu (14/2). Hal ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran terkait konflik geopolitik Rusia-Ukraina, ditambah komentar pejabat Federal Reserve St Louis James Bullar yang menegaskan kembali seruan untuk kenaikan suku bunga lebih cepat. 

Indeks dolar sempat melonjak lebih tinggi pada perdagangan sore merespons pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy yang mendesak warganya untuk mengibarkan bendera negaranya dari atas gedung dan menyanyikan lagu kebangsaan secara serempak pada 16 Februari, tanggal yang oleh beberapa media Barat disebut sebagai kemungkinan awal dari invasi Rusia. 

Komentar itu memberi sentimen negatif bagi pasar global, yang perlahan melarikan diri ke aset safe-haven dolar, kendati sempat terkoreksi dari level tertingginya. 

Seorang pejabat Ukraina mengatakan bahwa Presiden Zelenskiy tidak memprediksi serangan pada tanggal tersebut, tetapi menanggapi dengan skeptis laporan media asing. 

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan dirinya khawatir atas meningkatnya spekulasi tentang konflik militer, dan mendesak para pemimpin dunia untuk meningkatkan diplomasi untuk menenangkan situasi. 

Washington mengatakan Rusia dapat menyerang Ukraina "kapan saja sekarang," dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Senin lalu menyebut situasinya "sangat berbahaya." 

"Pendorong besar pasar jelas adalah ketegangan di Ukraina. Pasar dalam mode risk-off secara keseluruhan. Volatilitasnya akan naik," kata Analis Cambridge Global Payments, Karl Schamotta, dilansir Reuters, Selasa (15/2/2022). 

Selain konflik geopolitik, komentar pejabat Fed James Bullard juga membebani pasar. Bullard mengatakan bahwa empat laporan inflasi yang kuat berturut-turut memerlukan tindakan segera dan bahwa bank sentral perlu "meratifikasi" ekspektasi pasar dengan kebijakan di masa depan. 

Laporan indeks harga konsumen AS pada pekan lalu sebesar 7,5% yang lebih tinggi dari perkiraan juga mendorong spekulasi bahwa Fed mungkin menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin penuh pada bulan Maret. 

"Jelas kita masih memiliki kejutan setelah laporan inflasi minggu lalu dan komentar presiden Fed St. Louis Bullard," lanjut Schamotta. "Kami akan masuk dalam siklus pengetatan." 

Perpindahan ke aset safe-haven telah membayangi ekspektasi pengetatan kebijakan moneter dari Bank Sentral Eropa. Presiden ECB Christine Lagarde juga baru-baru ini menegaskan bahwa setiap tindakan kebijakan akan dilakukan secara bertahap. 

Ke depan, pasar menanti hasil risalah pertemuan Fed pada bulan Januari yang dijadwalkan akan diumumkan Rabu depan (16/2).

(SANDY)

SHARE