MARKET NEWS

Pasca-Merger dengan Tri, 'Pegang' Saham Indosat (ISAT) Cuan Berapa?

Melati Kristina - Riset 25/07/2022 16:47 WIB

PT Indosat Tbk (ISAT) melakukan merger bersama PT Hutchison 3 Indonesia atau Tri di awal Januari lalu.

Pasca-Merger dengan Tri, 'Pegang' Saham Indosat (ISAT) Cuan Berapa? (Foto: MNC Media)

IDXChannel – PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Hutchison 3 Indonesia atau Tri Indonesia resmi mengumumkan penandatanganan kesepakatan transaksi definitif untuk pengajuan penggabungan bisnis telekomunikasi di Indonesia.

Adapun perusahaan gabungan ini kemudian berubah nama menjadi PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (Indosat Ooredoo Hutchison). Emiten ini akan dikendalikan secara bersama-sama oleh Ooredoo Group maupun CK Hutchison.

Penggabungan Indosat dan Tri dan menyebabkan CK Hutchison menerima saham baru di Indosat Ooredoo hingga 21,8 persen dari Indosat Ooredoo Hutchison. Sementara PT Tiga Telekomunikasi akan menerima saham baru Indosat Ooredoo sebesar 10,8 persen dari Indosat Ooredoo Hutchison.

Adapun Ooredoo Group saat ini memiliki 65 persen saham dan kendali atas Indosat Ooredoo melalui perusahaan induk Ooredoo Asia.

Sementara penggabungan bisnis ini menyebabkan CK Hutchison mendapatkan 50 persen saham di Oreedoo Asia dengan menukar 21,8 persen sahamnya di Indosat Ooredoo Hutchison untuk 33 persen saham di Ooredoo Asia.

Selain itu CK Hutchison juga mendapatkan tambahan 16,7 persen kepemilikan di Ooredoo Group lewat transaksi USD387 juta.

Dua emiten yang bergabung ini tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham ISAT. Adapun pemerintah memiliki sisa saham ISAT sebesar 9,6 persen.

Sedangkan pemegang saham publik mencapai 14 persen saham. Selain itu, PT Tiga Telekomunikasi Indonesia juga mengendalikan 10,8 persen saham ISAT.

Merger atau penggabungan usaha antara Indosat maupun Tri diharapkan dapat menciptakan sinergi operasional yang menguntungkan bagi konsumen dan menghasilkan nilai bagi pemegang saham.

Dilansir dari pemberitaan media massa, manajemen mengungkapkan penggabungan usaha ini dapat menghasilkan perusahaan dengan skala yang lebih besar, sehingga perusahaan merger dapat mempercepat investasi dalam jaringan.

Selain itu, merger antara kedua emiten ini bisa berpotensi meningkatkan kualitas layanan maupun inovasi produkyang belum dapat dilakukan cara secara mandiri baik oleh Tri maupun Indosat.

Melalui konsolidasi ini, perusahaan merger diharapkan berada di posisi yang lebih kuat sebagai perusahaan telekomunikasi digital Tanah Air serta menjadi pemain penting dalam ekosistem 5G.

Usai Berkonsolidasi, Bagaimana Performa Saham ISAT?

Konsolidasi antara dua emiten komunikasi dalam negeri yakni Indosat dan Tri yang diumumkan pada 16 September 2021 lalu tidak berdampak positif bagi kinerja sahamnya.

Adapun pada tanggal tersebut, kedua emiten ini mengumumkan penandatanganan dari kesepakatan trasaksi definitif untuk pengajuan penggabungan bisnis telekomunikasi masing-masing di Indonesia.

Sebagaimana dikutip dari data BEI pada sesi I perdagangan Jumat (17/9/2021), saham ISAT anjlok masuk ke daftar 3 besar saham top losers. Meskipun ISAT sempat dibuka melesat 7,72 persen, namun akhirnya ditutup di zona merah pada periode tersebut.

Per Jumat (17/9/2021), harga saham ISAT ambles menjadi minus 4,56 persen ke level Rp6.800/saham. Sementara nilai transaksinya mencapai Rp78,07 miliar dengan volume perdagangan 10,91 juta saham.

Akan tetapi, saham ISAT pada hari ini kembali di zona hijau. Pada perdagangan sesi I hari ini, Senin (25/7), mengalami rebound menjadi 1,16 persen di level Rp6.525/saham.

Sebelumnya, saham emiten telekomunikasi ini ditutup memerah di angka minus 0,77 persen pada Jumat (22/7).

BEI juga mencatat, selama sepekan kinerja saham ISAT menguat 7,41 persen. Sedangkan sepanjang tahun 2022 (year to date/ytd), saham emiten ini berada di zona hijau yaitu 5,2 persen. Per Senin (25/7), kapitalisasi pasar ISAT sudah mencapai Rp52,61 triliun.

Tumbuhnya saham ISAT didukung oleh pendapatan bersih yang melesat signifikan mencapai 48,02 persen. Pada triwulan I-2022, ISAT memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp10,87 triliun. Walaupun memang, laba bersihnya merosot 25,22 persen menjadi Rp139,09 miliar.

Meningkatnya pendapatan ISAT berasal dari segmen seluler yang menyumbang sebesar 86,25 persen dari pendapatan. Adapun pendapatan dari segmen ini pada triwulan pertama tahun ini sebesar Rp9,38 triliun.

Selain pendapatan seluler, sumber pendapatan ISAT juga berasal dari multimedia, komunikasi data, data Communication, daninternet (Rp1,31 triliun) serta telekomunikasi tetap (Rp 186,54 miliar).

Sementara turunnya laba bersih ISAT disebabkan oleh meningkatnya beban penghasilan emiten sebesar 50,51 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Adapun beban peghasilannya pada triwulan I-2022 mencapai Rp9,66 triliun.

Sebagaimana dilaporkan dalam laporan keuangannya, beban penyelenggaraan dan jasa mendominasi beban penghasilan ISAT yakni mencapai 54,74 persen atau sebesar Rp5,29 triliun.

Sementara beban lainnya dengan kontribusi terbesar yakni beban penyusutan dan amortisasi (Rp3,31 triliun) dan biaya keuangan (Rp1,07 triliun).

Penulis: Melati Kristina

(ADF)

SHARE