sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Moratel Mau IPO, Bedah Kekuatan FREN Vs Telkom-XL-Indosat

Market news editor Melati Kristina - Riset
25/07/2022 07:00 WIB
Industri telco atau telekomunikasi merambah bisnis digital di era ekonomi internet. Kinerja saham maupun keuangan emiten telco pun masih bertumbuh positif.
Moratel Mau IPO, Bedah Kekuatan FREN Vs Telkom-XL-Indosat. (Foto: MNC Media)
Moratel Mau IPO, Bedah Kekuatan FREN Vs Telkom-XL-Indosat. (Foto: MNC Media)

IDXChannel –Telekomunikasi merupakan sektor strategis yang berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Tanah Air.

Merujuk pada hasil studi Google, Temasek, serta Bain & Company pada 2021, nilai ekonomi digital Indonesia sepanjang kuartal I-2021 mencapai USD4,7 miliar. Ini merupakan nilai tertinggi selama empat tahun belakangan.

Laporan SEA e-Conomy dalam riset tersebut menunjukkan pertumbuhan yang kuat di seluruh sektor ekonomi digital Indonesia yang didorong oleh pertumbuhan sektor e-commerce sebesar 52 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Selain itu, dalam laporan bertajuk “Roaring 20s: The SEA Digital Decade” turut disebutkan, ekonomi internet Indonesia memiliki Gross Merchandise Value (GMV) senilai USD70 miliar pada tahun 2021. Jumlah ini diperkirakan akan terus naik menjadi USD146 miliar pada tahun 2025 mendatang.

Melihat potensi ini, sejumlah emiten telekomunikasi berlomba-lomba mengembangkan sayapnya merambah bisnis digital. Telkomsel melalui anak usahanya yakni PT Telkomsel Ekosistem Digital atau Indico berfokus di sektor health tech, edutech, dan gaming.

Di samping itu, Indosat juga melakukan merger denganPT Hutchison 3 Indonesia (Tri) yang menyebabkan perusahaan berganti nama menjadi PT Indosat Ooredoo Hutchison. Bergabungnya kedua emiten ini disebut menjadi operator seluler terbesar kedua di Indonesia setelah Telkomsel.

Emiten ini kemudian membentuk perusahaan patungan dengan BDX Asia Data Center Holdings Pte Ltd. melalui anak usahanya yaitu PT Aplikanusa Lintasarta.

Adapun kedua emiten ini menggelontorkan dana Rp3,3 triliun guna mendirikan anak perusahaan yang berfokus pada pengembangan datacenter di Tanah Air.

Seperti kedua kompetitornya, XL Axiata juga meluncurkan terobosan di masa pandemi seperti produk XL Satu. Produk ini merupakan layanan fixed broadband dan paket data seluler dalam satu bundling.

Informasi saja, fixed broadband adalah jenis koneksi internet yang membutuhkan jaringan kabel seperti jaringan fiber optik untuk bisa terkoneksi ke internet.

Melalui produk tersebut, pelanggan mendapatkan akses internet tanpa batas maupun akses internet dengan kuota di perangkatnya. XL juga menawarkan layanan komputasi awan, smart city, hingga IoT untuk mendukung digitalisasi UKM Tanah Air.

Selain berinovasi mengembangkan bisnis, emiten operator seluler juga kerap melakukan perang harga internet guna menggaet pelanggan baru.

Akan tetapi, seiring tumbuhnya penetrasi pengguna internet, strategi tersebut kurang efektif bagi pergerakan rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) emiten telekomunikasi.

Sebagai dampaknya, pemain industri telekomunikasi ini melakukan penyesuaian harga paket kuota di awal tahun 2022. Usaha tersebut diharapkan dapat menaikkan ARPU dikalangan penggunanya.

Kenaikan tarif dan konsolidasi antar pelaku industri dapat menguntungkan operator terbesar di Indonesia, yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) hingga XL Axiata Tbk (EXCL).

Kendati demikian, industri telekomunikasi masih memiliki prospek yang cerah hingga beberapa tahun mendatang. Menurut riset yang diterbitkan UOB Kay Hian pada 18 Juli 2022 lalu, sektor telekomunikasi atau telco masih overweight.

Dalam riset tersebut disampaikan, industri telco masih berprospektif di masa depan didukung oleh penetrasi fixed broadband Indonesia yang mencapai 28 persen pada 2026. Ini memberi ruang bagi penyedia layanan tersebut untuk tumbuh.

“Strategi Fixed Mobile Convergence (FMC) diharapkan dapat meningkatkan penetrasi dari fixedbroadband,” ujar Selvi Ocktaviani, analis UOB Kay Hian.

Strategi ini merupakan gabungan dua teknologi yang berbeda yaitu teknologi seluler dan Wi-Fi menjadi satu bentuk layanan yang terintegrasi dalam satu ponsel.

Ini turut didukung oleh pembangunan infrastruktur untuk mobile broadband. Per 2021, pembebasan frekuensi baru sudah dilaksanakan sebanyak 90 Mhz. Dengan demikian, total tambahan spektrum frekuensi saat ini mencapai 120 Mhz.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement