Penerbitan Obligasi Berkelanjutan Global Diprediksi Capai Rp14.891 Triliun Akhir 2024
Selama sembilan bulan pertama 2024, volume obligasi berkelanjutan mencapai USD769 miliar. Jumlah tersebut menurun 3 persen yoy.
IDXChannel – Penerbitan obligasi berkelanjutan global pada kuartal III-2024 dilaporkan mencapai USD216 miliar (asumsi kurs Rp3.385,78 triliun). Angka itu naik 9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy).
Menurut lembaga pemeringkat kredit Moody's, secara tahunan terjadi peningkatan penerbitan obligasi berkelanjutan yang terdiri atas obligasi hijau (green bonds), obligasi sosial (social bonds), obligasi berkelanjutan (sustainability bonds), dan obligas terkait berkelanjutan (sustainability-linked bonds). Akan tetapi, secara kuartalan, volume yang diterbitkan sepanjang Juli–September turun sebanyak 14 dibandingkan kuartal II-2024.
Selama sembilan bulan pertama 2024, volume obligasi berkelanjutan mencapai USD769 miliar. Jumlah tersebut menurun 3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kendati demikian, Moody's memperkirakan total volume obligasi berkelanjutan akan mencapai USD950 miliar (Rp14.891,15 triliun) pada akhir tahun ini. “Hal ini didukung oleh volume yang relatif kuat pada paruh pertama tahun ini dan minat penerbit yang berkelanjutan untuk mendanai proyek-proyek lingkungan dan sosial dengan obligasi sejenis,” kata Moody's.
Dari USD216 miliar yang diterbitkan pada kuartal ketiga tahun ini, obligasi hijau menjadi penyumbang mayoritas sebesar USD129 miliar. Sebagai perbandingan, obligasi sosial menyumbang USD37 miliar, obligasi berkelanjutan sebesar USD41 miliar, obligasi terkait keberlanjutan sebesar USD6 miliar, dan obligasi transisi sebesar USD3 miliar.
Obligasi hijau tetap menjadi pilihan utama bagi sebagian besar penerbit, meliputi 60 persen pasar obligasi berkelanjutan kuartal ketiga dan menyumbang 59 persen penerbitan sepanjang tahun ini.
Meskipun penerbitan obligasi hijau turun 18 persen dari kuartal sebelumnya, Moody's memperkirakan penerbitan obligasi hijau akan melampaui perkiraan tahun ini. “Obligasi hijau kemungkinan akan melampaui perkiraan kami sebesar USD580 miliar mengingat kekuatan penerbitan tahun ini dan preferensi penerbit yang berkelanjutan terhadap label hijau,” kata lembaga itu.
Penerbitan obligasi berkelanjutan di Eropa menghadapi tekanan yang cukup besar, turun hingga 38 persen pada kuartal ketiga menjadi sekitar USD80 miliar. Itu adalah penurunan terbesar yang pernah tercatat di kawasan tersebut.
Sementara benua biru masih mempertahankan posisinya sebagai kawasan terdepan dalam penerbitan obligasi berkelanjutan, dengan menyumbang 37 persen dari volume global.
Kawasan Asia-Pasifik menerbitkan obligasi berkelanjutan senilai total USD60 miliar, meningkatkan pangsa globalnya menjadi 28 persen. Angka itu menjadi yang tertinggi di kawasan itu sejak kuartal III-2023.
Sementara pasar obligasi berkelanjutan Amerika Utara tetap lesu, dengan volume hanya USD26 miliar, menandai level terendah sejak kuartal III-2020.
Adapun kawasan Amerika Latin dan Karibia menyumbangkan USD12 miliar ke pasar. Sementara Timur Tengah dan Afrika berkontribusi hampir USD5 miliar atau 8 persen dari total obligasi berkelanjutan global.
Di antara sektor-sektor, perusahaan nonkeuangan memimpin dalam penerbitan obligasi berkelanjutan pada kuartal ketiga dengan pangsa 28 persen atau USD60 miliar, meskipun angka ini menurun 26 persen dari kuartal sebelumnya. Berikutnya disusul lembaga keuangan yang menyumbang USD48 miliar ke pasar, atau 12 persen dari kuartal sebelumnya dan mewakili pangsa terbesar kedua sebesar 22 persen.
(Ahmad Islamy Jamil)