Penjualan Matahari (LPPF) Turun di Semester I-2025 Imbas Daya Beli Lesu
PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mencatat penurunan penjualan pada enam bulan pertama 2025 imbas lesunya kondisi ekonomi.
IDXChannel - PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mencatat penurunan penjualan pada enam bulan pertama di tengah kondisi makroekonomi yang lesu.
Sepanjang Januari-Juni 2025, penjualan Matahari terkoreksi 9,2 persen menjadi Rp6,6 triliun, berdasarkan laporan keuangan semester I-2025 yang terbit Kamis (31/7/2025). Pelemahan ini sejalan dengan pertumbuhan penjualan toko (Same Store Sales Growth atau SSSG) yang minus 6,4 persen.
Kondisi tersebut terjadi di seluruh area operasional Matahari. Untuk Jabodetabek, penjualan turun 6,4 persen, Pulau Jawa selain Jabodetabek minus 6,2 persen, dan Luar Jawa negatif 6,6 persen.
Penurunan penjualan ini selaras dengan daya beli masyarakat yang lesu. Data Purchasing Manager Index (PMI) di kuartal II-2025 turun ke bawah level 50 dan pertumbuhan gaji yang melambat mengonfirmasi tren pelemahan ekonomi.
Di samping itu, masyarakat juga mengurangi belanja pakaian dengan porsi 8,8 persen, turun dibandingkan periode yang sama 2024 sebesar 9,2 persen. Hal ini semakin diperparah dengan banjirnya impor pakaian dari China.
Selain itu, EBITDA perseroan anjlok 12 persen menjadi Rp828 miliar meski beban operasional turun 7 persen, terutama dari sisi pegawai. Laba bersih juga melemah 3,5 persen menjadi Rp604 miliar dengan margin 9,2 persen.
Tekanan laba bersih terutama terjadi pada kuartal II-2025 setelah mencatatkan penjualan hanya Rp1 triliun imbas pergeseran momen Lebaran. Pada April-Juni, Matahari mencetak rugi bersih Rp39 miliar setelah meraup keuntungan bersih Rp643 miliar di kuartal I.
Dari sisi neraca, posisi kas dan setara kas Matahari sebesar Rp190 miliar. Sementara itu, persediaan relatif stabil di level Rp700 miliar.
Matahari juga melakukan penarikan utang bank sebesar Rp275 miliar, sehingga posisi outstanding utang mencapai Rp858 miliar. Perseroan juga masih memiliki ruang untuk melakukan leverage dengan fasilitas pinjaman yang belum ditarik senilai Rp1,4 triliun.
Ke depan, perseroan akan fokus melakukan efisiensi biaya (cost cutting) di segala lini mulai dari tenaga kerja, biaya pemasaran, hingga biaya sewa. Selain itu, perseroan juga akan selektif ekspansi, baik membuka gerai baru maupun renovasi gerai.
Kemudian, Matahari juga akan terus memperkuat private label seperti SUKO yang berenncana merambah lini anak-anak dan pakaian dalam. Merek lain seperti ZES juga akan terus diperkenalkan kepada konsumen di samping inisiatif untuk meluncurkan merek private label baru.
(Rahmat Fiansyah)