Penjualan Ritel RI Tumbuh Terkuat dalam 2 Tahun, Sahamnya Aman?
Kinerja penjualan eceran alias ritel Indonesia pada Maret 2024 dilaporkan melanjutkan pertumbuhan baik secara tahunan maupun bulanan.
IDXChannel - Kinerja penjualan eceran alias ritel Indonesia pada Maret 2024 dilaporkan melanjutkan pertumbuhan baik secara tahunan maupun bulanan.
Melansir Bank Indonesia (BI), Selasa (14/5/2024), penjualan ritel di Indonesia meningkat sebesar 9,3 persen tahun-ke-tahun (yoy) pada Maret 2024, meningkat tajam dari kenaikan 6,4 persen pada bulan sebelumnya.
Sementara perkiraan Indeks Penjualan Riil (IPR) April 2024 sebesar 243,2, atau melambat menjadi 0,1 persen (yoy).
Ini menandai ekspansi perdagangan ritel selama sepuluh bulan berturut-turut dan laju tercepat sejak Maret 2022, seiring percepatan belanja selama Ramadan dan menjelang perayaan Idul Fitri.
Tetap positifnya penjualan eceran didorong oleh pertumbuhan kelompok suku cadang dan aksesori, bahan bakar kendaraan bermotor, serta makanan, minuman, dan tembakau.
Secara bulanan, penjualan eceran diprakirakan tumbuh positif sebesar 3,3 persen (mtm) ditopang oleh kelompok peralatan informasi dan komunikasi serta makanan, minuman, dan tembakau yang tercatat tetap tumbuh didorong oleh kegiatan masyarakat saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul fitri.
Ada pertumbuhan yang kuat dalam penjualan makanan (10,4 persen vs 9,1 persen di bulan Februari), suku cadang & aksesoris otomotif (17,3 persen vs 9,0 persen), pakaian (20,6 persen vs 0,3 persen), bahan bakar (7,1 persen vs 10,7 persen).
Pada saat yang sama, penjualan turun lebih lambat pada produk budaya & rekreasi (-5,4 persen vs -7,1 persen) dan informasi & komunikasi (-5,9 persen vs -21,9 persen).
Secara bulanan, penjualan ritel melonjak 9,9 persen pada Maret, terbesar dalam 11 bulan, setelah kenaikan 1,7 persen pada Februari.
Sebelumnya, Survei Konsumen Bank Indonesia pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Hal ini tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) April 2024 sebesar 127,7, lebih tinggi dibandingkan 123,8 pada bulan sebelumnya.
Ini menunjukkan permintaan dan geliat konsumsi masyarakat tetap optimis di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Namun, pertumbuhan penjualan ritel di sisa 2024 masih menimbulkan tanda tanya apakah akan berlanjut atau mandeg.
Mengingat, Ramadan-Idul Fitri selalu menjadi momentum meroketnya konsumsi masyarakat.
Sedangkan, perayaan keagamaan tahun ini hanya tersisa Idul Adha serta Natal, yang secara historis tidak terlalu berdampak signifikan pada penjualan ritel.
Kinerja Saham Ritel
Meski demikian, sejumlah kinerja saham ritel dalam tiga bulan terakhir belum menggembirakan. Melansir data RTI Business, saham departement store terkemuka PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mencatatkan penurunan hingga 29,33 persen sepanjang Maret hingga per 14 Mei 2024. (Lihat grafik di bawah ini.)
Hanya saham emiten perkakas rumah tangga PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dan layanan minimarket ritel PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) yang menghijau. ACES mengalami kenaikan 4,24 persen sementara AMRT naik 2,94 persen.
Beberapa saham emiten ritel lainnya seperti PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI), hingga PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) mencatatkan kinerja loyo.
LPPF masih membukakan kinerja positif di awal tahun di mana pada kuartal I-2024, emiten ini membukukan laba bersih sebesar Rp326 miliar atau naik 221,85 persen secara year on year (YoY).
Namun, same store sales growth (SSSG) dalam periode promosi Lebaran malah mengalami penurunan 2,4 persen.
Bahkan, LPPF juga akan menutup jaringan 10 toko berkinerja buruk untuk memperbaiki keuangan dengan delapan di antaranya telah disetujui.
Sementara kinerja AMRT terpantau moncer pada periode yang sama membukukan laba periode berjalan Rp890,31 miliar, tumbuh 14,75 persen dibanding kuartal I tahun sebelumnya.
Seiring dengan kenaikan laba, pendapatan AMRT tumbuh 12,07 persen menjadi Rp29,32 triliun yang ditopang oleh penjualan makanan yang naik 13,83 persen yoy menjadi Rp21,32 triliun. Selain itu, penjualan produk selain makanan tumbuh 7,61 persen yoy menjadi Rp8 triliun. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.