MARKET NEWS

Perjalanan IHSG Perkasa Sepanjang 2023, Terbaik Kedua di ASEAN

Maulina Ulfa - Riset 01/01/2024 10:53 WIB

IHSG ditutup menguat 6,16 persen sepanjang 2023 di level 7.272,79. Perolehan ini juga lebih tinggi dari pencapaian 2022 sebesar 4,09 persen.

Perjalanan IHSG Perkasa Sepanjang 2023, Terbaik Kedua di ASEAN. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Pasar Modal Indonesia mencatatkan kinerja moncer sepanjang 2023. Terlihat dari kinera Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menunjukkan tren penguatan menjelang tutup tahun 2023.

IHSG ditutup menguat 6,16 persen sepanjang 2023 di level 7.272,79. Perolehan ini juga lebih tinggi dari pencapaian 2022 sebesar 4,09 persen. Meski pada penutupan perdagangan di tahun ini, Jumat (29/12/2023) IHSG ditutup melemah 31,09 poin atau 0,43 persen ke level 7.272,79 dan sempat menembus level tertinggi hariannya di 7.313. (Lihat grafik di bawah ini.)

Setidaknya terdapat 263 saham menguat, 273 saham melemah dan 228 saham stagnan. Transaksi perdagangan mencapai Rp9,0 triliun dari 17,2 miliar saham yang diperdagangkan.

Adapun sektor yang menjadi pemberat IHSG sepanjang 2023 yakni sektor teknologi (IDXTechnology) yang anjlok hingga 14,07 persen YTD. Sementara sektor kesehatan (IDXHealth) juga boncos 12,07 persen. 

Lainnya, indeks sektor barang baku moncer 7,51 persen, transportasi merosot 3,64 persen, properti naik tipis 0,41 persen, energi turun 7,84 persen, dan keuangan naik 3,07 persen sepanjang 2023.

Sektor infrastruktur mencatatkan kinerja paling perkasa dengan kenaikan 80,75 persen. Sementara sektor siklikal turun 3,46 persen dan industri anjlok 6,86 persesn. serta sektor nonsiklikal naik tipis 0,82 persen.

Nilai kapitalisasi pasar IHSG juga meroket signifikan sebesar 22,86 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp11.708 triliun sepanjang 2023. Jika dibandingkan, pada 2022 nilai kapitalisasi pasar IHSG hanya mencapai Rp9.529,86 trilliun.

Emiten milik taipan Hartono Bersaudara, PT Bank Central Asia (BBCA) masih menjadi perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar. Angkanya mencapai Rp1.147 triliun per 29 Desember 2023.

Sementara kinerja saham BREN yang meroket luar biasa meskipun baru saja melantai tahun ini sempat menggeser sejumlah emiten terkait dengan 10 saham dengan market cap terbesar. 

BREN kini menduduki posisi kedua saham dengan market cap terbesar mencapai Rp1.000 triliun. Sementara di posisi ke tiga ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (Persero) (BBRI) dengan nilai kapitalisasi pasar Rp859 triliun.

Nilai transaksi harian saham pada 2023 sayangnya mengalami penurunan 26,92 persen yoy menjadi Rp10,75 triliun dibandingkan 2022 sebesar Rp14,71 triliun.

Meski demikian, kinerja IHSG tercatat menjadi yang terbaik nomor dua se ASEAN di banding beberapa indeks lainnya. Posisi IHSG menjadi yang terbaik ke dua di bawah Vietnam yang kinerja VN-Index yang tahun ini moncer 12,2 persen YTD hingga 29 Desember 2023. (Lihat grafik di bawah ini.)

Laju IHSG sangat dipengaruhi oleh faktor global, sementara faktor internal yang membuat sejumlah saham bertenaga adalah pembagian dividen jumbo hingga rilis data ekonomi yang solid.

Pergerakan IHSG selama 11 bulan pertama 2023 cenderung bergerak sideways dan mengalami breakout menjelang akhir tahun tepatnya pada November.

Sejumlah saham juga mewarnai kinerja IHSG mulai dari IPO terbesar seperti PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang menjadi penyemarak pasar saham RI akibat adanya "efek konglomerat" di baliknya. Hingga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang berfluktuasi akibat rencana merger dengan TikTok yang akhirnya terealisasi jelang akhir 2023.

Tak hanya itu, sepanjang tahun ini, sejumlah sentimen makro juga membuat pasar saham global dan domestik bergejolak.

Mulai dari sikap The Federal Reserve (The Fed) yang hawkish dan meningkatnya suku bunga, ancaman krisis perbankan Amerika Serikat (AS) yang sempat muncul di awal tahun, hingga pecahnya perang Israel-Palestina jelang akhir tahun yang membentuk 2023.
Di awal 2023, ramalan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) terkait ekonomi global 2023 yang menuju kondisi resesi sempat membuat para investor ciut.

Krisis perbankan di awal 2023 sempat mempengaruhi kinerja pasar saham secara global. Gejolak ini dipicu oleh krisis perbankan mulai dari SVB hingga Credit Suisse. 

Dinamika baru ini telah menghasilkan konsensus untuk menetapkan kembali kenaikan suku bunga menjadi penurunan suku bunga hanya dalam beberapa minggu. Tak hanya pasar saham, volatilitas juga terlihat di pasar obligasi AS dimana obligasi bertenor 2 tahun diperdagangkan secara liar antara 3,6 persen-4,4 persen.

The Fed sempat meramalkan bahwa krisis perbankan akan memiliki dampak yang sama dengan kenaikan suku bunga karena bank diperkirakan akan memperlambat pemberian pinjaman kepada perekonomian.

Menjelang akhir tahun, bank sentral AS mempertahankan suku bunganya sebesar 5,5 persen pada Rabu (13/12/2023). Statista mencatat, sikap The Fed sepanjang tahun ini menggambarkan siklus pengetatan paling agresif dalam beberapa dekade.

Dengan suku bunga yang rendah secara historis setelah pandemi, The Fed telah mengambil tindakan yang sangat agresif untuk mengendalikan inflasi selama dua tahun terakhir.

Antara Maret 2022 dan Juli 2023, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menaikkan suku bunga target dana federal sebesar 525 basis poin dan menjadikan siklus pengetatan ini menjadi yang tercepat dalam empat dekade.

Sepanjang 2023 saja, The Fed sudah menaikkan suku bunga hingga 150 basis points (bps).

Jika dibandingkan, antara 2004 dan 2006, The Fed menaikkan suku bunga kebijakannya sebanyak 425 basis poin, namun selain itu, tidak ada siklus pengetatan lainnya dalam 40 tahun terakhir yang mampu mendekati siklus saat ini dalam hal cakupan dan kecepatan.

Pasca pertemuan Desember 2023, pemangkasan suku bunga The Fed diproyeksi mulai dilakukan pada Maret 2024 sebesar 25 bps hingga September 2024 dengan total 125 bps dan hingga Desember 2024 sebesar 150 bps hingga menjadi 3,75-4 persen.

Optimisme 2024

Tahun 2024 dinilai sebagai tahun yang cukup mulus bagi IHSG dibandingkan tahun ini. Sebab ada berbagai sentimen positif baik dari dalam dan luar negeri. 

Menurut tim analis Bareksa, salah satu sentimen positif dalam negeri ialah pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) presiden dan wakil presiden yang berpeluang dalam 2 putaran. Hal ini akan turut mendongkrak perekonomian.

Bareksa juga menilai Pemilu 2024 berpotensi mengerek perputaran uang lebih cepat, hingga diprediksi bisa mendongkrak perekonomian 0,3-0,4 persen. Selain itu, tahun depan juga dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di semester II. 

“Sentimen positif dari internal lainnya ialah penyaluran kredit oleh perbankan diprediksi akan meningkat di 2024, meskipun di 2023 penyaluran kredit cenderung memiliki high base,” tulis riset terbaru Bareksa.

Bareksa juga memperkirakan nantinya setelah masa Pemilu usai, keyakinan konsumen RI akan tetap bertumbuh. 

Hal ini ditandai kredit segmen konsumer yang mulai bergerak naik di awal hingga pertengahan tahun, meliputi kredit pembiayaan multiguna, rumah dan kendaraan bermotor. Kemudian, kredit segmen korporasi diprediksi akan menyusul naik di awal semester II tahun depan.

Sementara riset Algo Research pada awal Desember lalu menyebutkan sejumlah sentimen positif baru-baru ini terjadi karena optimisme penurunan suku bunga (yield), sebagai akibat dari disinflasi dan pandangan The Fed yang dovish.

Arti dari kondisi ini adalah kondisi keuangan banyak perusahaan yang bisa lebih baik didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang masih layak terutama di AS pada Q3 tahun ini.

Hal ini menyebabkan berkembangnya narasi mengenai “soft-landing” karena perjuangan melawan inflasi hampir berakhir tanpa menimbulkan banyak dampak buruk terhadap perekonomian. 

Oleh karena itu, pasar memperkirakan sekitar 80 persen kemungkinan penurunan suku bunga pertama akan terjadi pada kuartal pertama 2024.

Algo Research juga menyebutkan secara domestik tidak ada yang berubah karena ketidakpastian terbesar di IHSG berasal dari pemilihan Presiden pada 24 Februari mendatang Perlu dicatat bahwa negara-negara lain juga akan mengadakan pemilu pada 2024, di antaranya Taiwan, Korea, India, AS, dan Eropa yang membuat tahun depan semakin bergejolak dari sudut pandang geopolitik.

(NIA)

SHARE