MARKET NEWS

Pernyataan Biden Pastikan Keamanan Sistem Perbankan AS, Mampukah Tenangkan Pasar?

Maulina Ulfa - Riset 14/03/2023 17:07 WIB

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan pernyataan terkait peristiwa kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank, Senin (13/3).

Pernyataan Biden Pastikan Keamanan Sistem Perbankan AS, Mampukah Tenangkan Pasar? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan pernyataan terkait peristiwa kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank, Senin (13/3).

Dalam pernyataannya, mengutip CBS News, Presiden Biden berusaha meyakinkan publik, sistem perbankan AS masih terkendali dan kuat meskipun setelah runtuhnya SVB.

Biden terlihat berusaha memadamkan semua kekhawatiran tentang dampak dari kegagalan salah satu bank terbesar AS yang terjadi secara tiba-tiba tersebut.

"Publik Amerika dapat memiliki keyakinan bahwa sistem perbankan aman. Simpanan Anda akan tersedia saat Anda membutuhkannya. Bisnis kecil di seluruh negeri yang menyimpan rekening di bank-bank ini dapat bernafas lebih lega karena mengetahui bahwa mereka akan dapat membayar pekerjanya dan membayar tagihan mereka, dan karyawan pekerja keras mereka dapat bernafas lebih lega," kata Biden dalam sambutan singkat dari Gedung Putih.

Komentar presiden muncul setelah regulator bank AS menghabiskan akhir pekan mengerjakan rencana untuk menopang kepercayaan publik terhadap kesehatan sistem keuangan dan membatasi efek tular yang ditakutkan meluas setelah penutupan SVB minggu lalu.

Tetapi Biden juga mengatakan investor di sekuritas bank yang gagal tidak akan mendapatkan jaminan yang sama.

“Investor di bank tidak akan dilindungi. Mereka dengan sadar mengambil risiko dan ketika risiko itu tidak membuahkan hasil, para investor kehilangan uang mereka. Begitulah cara kerja kapitalisme,” imbuh Biden.

Pasar Berkata Lain

Sejak kejatuhan SVB dan Signature Bank mencuri perhatian publik pada minggu lalu hingga awal pekan ini, sepertinya pasar menjadi yang paling sulit untuk ditenangkan.

Di pasar saham, saham bank-bank regional di Amerika Serikat (AS) rontok berjamaah pada penutupan Senin (13/3) seiring kekhawatiran runtuhnya sektor perbankan.

Salah satu saham bank regional AS, First Republic Bank tenggelam paling dalam sebesar 62% dan mencetak rekor penurunan. Sahan bank regional lainnya, Western Alliance Bancorp kehilangan 47% dan menjadi penurunan terbesar yang pernah ada.

Ada juga PacWest Bancorp turun 21% dan menjadi penurunan terendah sejak 2009. Di antara bank regional lainnya yang tenggelam lebih dari 20% pada hari Senin dan memicu penghentian perdagangan di antaranya Customers Bancorp Inc., Comerica Inc. dan Zions Bancorp NA.

Sementara bank besar AS juga bergejolak lebih rendah, dengan Bank of America Corp., Citigroup Inc. dan Wells Fargo & Co. semuanya merosot 5% atau lebih pada perdagangan hari yang sama.

Merespons sentimen ini, sejumlah pasar saham utama dunia terpantau mengalami penurunan dalam perdagangan Senin (13/3) hingga Selasa hari ini (14/3).

Bursa Wall Street menutup perdagangan dengan indeks utama memasuki garis merah. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melorot 0,28% atau turun 90,5 poin pada pembukaan perdagangan Selasa (14/3) waktu setempat.

Sementara kinerja S&P500 (GSPC) juga tak terlalu menggembirakan turun 0,15% dan indeks Nasdaq Composite (IXIC) naik 0,45% atau 49,95 poin.

Di Asia, pembukaan perdagangan saham memerah pada indeks Nikkei 225 Jepang 2,2%. Indeks Hong Kong, Hang Seng terpuruk dengan penurunan 2,27%. Sedangkan, indeks Shanghai Composite di China turun tipis 0,72%.

Di bursa negara tetangga Singapura, indeks Strait Times anjlok 0,09% diikuti IHSG yang turun 2,14%. Di bursa Korea Selatan, indeks KOSPI turun 2,56%. Adapun di bursa Australia, indeks ASX 200 turun 1,41%. Di Eropa, penurunan lebih tajam terjadi pada indeks Xetra Dax Frankfrut dengan penurunan 3,04% pada penutupan perdagangan Senin, (13/3) dan FTSE 100 Inggris turun 2,58% dan pasar saham Swiss turun 1,24%. (Lihat tabel di bawah ini.)

 

 

Di pasar obligasi, investor mengerumuni obligasi pemerintah AS pada Senin setelah jatuhnya Silicon Valley Bank dan pendukung pemerintah selanjutnya dari sistem perbankan. Terburu-buru membuat imbal hasil Treasury jatuh.

Imbal hasil pada Treasury 2 tahun terakhir diperdagangkan pada 4,005%, turun hampir 59 basis poin. Imbal hasil Treasury 2 tahun ini telah turun sekitar 100 basis poin, atau persentase poin penuh, sejak Rabu minggu lalu (8/3), menandai penurunan tiga hari terbesar sejak 22 Oktober 1987, saat imbal hasil turun 117 basis poin.

Pergerakan itu mengikuti jatuhnya pasar saham 19 Oktober 1987 yang dikenal sebagai "Black Monday" di mana indeks S&P 500 anjlok 20%.  Imbal hasil Treasury 10 tahun juga turun lebih dari 15 basis poin di 3,543%.

Karena kekhawatiran tentang penularan kejatuhan SVB di sektor perbankan melonjak, banyak investor beralih ke obligasi pemerintah dan aset tradisional lainnya yang lebih aman. (ADF)

SHARE