sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Efek Tular SVB Meluas, CDS Credit Suisse Meroket, Apa yang Terjadi?

Banking editor Maulina Ulfa - Riset
14/03/2023 10:44 WIB
Credit Default Swap (CDS) milik Credit Suisse naik ke rekor tertinggi seiring runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) pada Senin, (13/3).
Efek Tular SVB Meluas, CDS Credit Suisse Meroket, Apa yang Terjadi? (Foto: MNC Media)
Efek Tular SVB Meluas, CDS Credit Suisse Meroket, Apa yang Terjadi? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Credit Default Swap (CDS) milik Credit Suisse naik ke rekor tertinggi seiring runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) pada Senin, (13/3).

Sebagai informasi, Credit Default Swap (CDS) merupakan sebuah instrumen derivatif di pasar keuangan, yakni berupa kontrak antara penjual dan pembeli CDS dengan membayar biaya (fixed premium) pada periode tertentu (maturity) dan kompensasi tertentu apabila terjadi credit event.

Dengan kata lain, CDS adalah sejenis perlindungan/proteksi atas risiko kredit (credit event).

CDS lima tahun milik bank berbasis Swiss tersebut melonjak sebanyak 36 basis poin pada hari Senin menjadi 453 basis poin. mengutip Bloomberg.

Rekor ATH CDS ini bukanlah pertanda yang baik bagi pasar keuangan setelah runtuhnya SVB pada Jumat (9/3). Permintaan CDS yang tinggi merepresentasikan kondisi pasar yang tengah khawatir akibat sejumlah risiko yang membayangi.

Kenaikan dramatis ini terjadi setelah otoritas setempat AS mengumumkan kejatuhan SVB, bank pendanaan startup yang berbasis di Santa Clara, Sillicon Valley.

Meskipun pemerintah telah berupaya menenangkan pasar dengan menjamin bahwa pihak mereka akan melakukan intervensi terbaik, namun kekhawatiran pasar sepertinya masih berlanjut.

Gonjang Ganjing Bukan Barang Baru

Dalam beberapa waktu terakhir, Credit Suisse memang tengah mengalami gonjang-ganjing bahkan sejak akhir 2022.

Pada Oktober 2022, permintaan CDS Credit Suisse sempat meroket menuju all-time high (ATH)  pada Senin, (3/10). Kenaikan ini disebut melampaui harga risiko default dibanding perusahaan pesaing, Barclays Plc dan Deutsche Bank, melansir Bloomberg.

Ini dipicu oleh upaya CEO Credit Suisse Ulrich Koerner yang berusaha meyakinkan karyawan tentang stabilitas keuangan bank, tetapi malah menambah kekhawatiran dan gejolak.

Pada saat itu, banyak media berspekulasi kondisi yang tengah dialami Credit Suisse akan mengantarkannya menjadi Lehman Brothers kedua pasca kolapsnya perusahaan jasa keuangan asal Amerika Serikat (AS).

Sebelum mengumumkan kepailitan pada 2008, Lehman adalah bank investasi terbesar keempat di negeri Paman Sam. Meskipun waktu itu terlalu dini menyimpulkan nasib Credit Suisse akan serupa seperi Lehmann Brothers yang menyatakan pailit pada 2008.

Kondisi ini serupa dengan yang dialami Deutsche Bank pada 2016, ketika kekhawatiran pasar akan kemampuan bank Jerman tersebut pembayaran obligasi mendorong pergerakan tajam di pasar CDS.

Namun, apakah kondisi saat ini akan lebih baik setelah SVB mengalami kebangkrutan dan diramalkan bakal mempengaruhi sektor keuangan lebih dalam?

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement