MARKET NEWS

Pertama dalam 20 Tahun, Indonesia Salip Hong Kong Soal Peringkat Bursa Saham Global

Taufan Sukma/IDX Channel 30/07/2023 02:22 WIB

Indonesia unggul dalam jumlah dan hasil aktivitas Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO) di tingkat global.

Pertama dalam 20 Tahun, Indonesia Salip Hong Kong Soal Peringkat Bursa Saham Global (foto: MNC Media)

IDXChannel - Industri pasar modal Indonesia sukses melampaui Hong Kong dalam peringkat bursa saham global berdasarkan jumlah kesepakatan.

Dalam peringkat tersebut, Indonesia unggul dalam jumlah dan hasil aktivitas Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO) di tingkat global, masing-masing sebesar tujuh dan empat persen.

Capaian ini menjadi prestasi tertinggi pasar modal nasional dalam lebih dari 20 tahun terakhir.

Hal tersebut disampaikan oleh Lembaga akuntan publik multinasional, Ernst & Young (EY), dalam rilis resmi yang telah dipublikasikannya, Jumat (28/7/2023).

"Indonesia juga terus memimpin bursa ASEAN dengan menjadi tuan rumah 45 IPO pada semester pertama tahun ini, dengan total pendapatan USD2,2 miliar," tulis EY, dalam rilis tersebut.

Selain itu, menurut EY, saat ini juga masih terdapat 15 perusahaan yang sedang menjalani proses penawaran awal dengan ukuran penawaran umum indikatif gabungan mulai dari USD80 hingga USD100 juta, atau sekitar Rp1,2 triliun sampai Rp1,5 triliun.

Menurut EY Indonesia Strategy and Transactions Partner, Sahala Situmorang, secara keseluruhan, pasar IPO telah mengalami pertumbuhan luar biasa dari tahun ke tahun, dengan jumlah IPO naik 120 persen, dan nilai transaksi gabungan tumbuh sebesar 85 persen dari 20 IPO pada semester I-2022 dengan nilai transaksi USD1,2 miliar.

Sektor yang paling populer untuk go public saat ini, dalam pandangan Sahala, adalah sektor industri dan material, yang didorong oleh pesatnya industrialisasi di Indonesia dan meningkatnya jumlah perusahaan yang ingin memanfaatkan peluang melimpahnya sumber daya alam Indonesia.

Perusahaan besar yang telah go public, diantaranya, adalah Pertamina Geothermal Energy (PGEO), yang memanfaatkan potensi panas bumi negara yang sangat besar dalam transisi menuju energi bersih terbarukan.

"Selain itu juga Merdeka Battery Materials (MDBA) dan Trimegah Bangun Persada (NCKL), yang memanfaatkan nilai cadangan nikel terbesar di dunia dalam upaya untuk memulai platform pemasok bahan baterai kendaraan listrik secara global," ujar Sahala, dalam rilis tersebut.

Di sisi lain, menurut Sahala, negara melihat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjalani inisiatif restrukturisasi strategis dalam upaya melaksanakan reformasi struktural untuk menciptakan ekosistem yang beroperasi secara efisien, transparan, dan profesional yang akan meningkatkan kinerja dan nilai bagi pemerintah.

Salah satu inisiatif tersebut adalah privatisasi perusahaan melalui divestasi minoritas. IPO ekuitas menjadi jalan yang memungkinkan untuk divestasi ini, seperti halnya dengan PGEO, yang bertujuan memperluas kepemilikan publik untuk memasukkan transparansi dan akuntabilitas.

Dengan demikian, pemerintah berharap privatisasi melalui IPO akan mengubah BUMN dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan, menciptakan struktur manajemen dan keuangan yang kuat, serta menjadi entitas kompetitif yang berorientasi global.

"Hal ini menunjukkan dinamisme pasar modal ekuitas Indonesia yang perlahan berkembang menjadi semakin matang yang didukung oleh peningkatan partisipasi kelembagaan dan ritel, mencari peluang investasi yang menarik di salah satu platform pertumbuhan ekonomi paling menarik di dunia," tutur Sahala.

Momentum ini, oleh Sahala, diprediksi akan berlanjut untuk ekuitas dan pasar modal Indonesia pada kuartal berikutnya.

Faktanya, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menyatakan bahwa masih ada 43 calon emiten yang sedang menunggu untuk dicatatkan pada akhir tahun 2023, termasuk di dalamnya beberapa daftar potensial terkemuka, seperti Pertamina Hulu Energi (PHE) dan Palm Co. sebagai bagian dari inisiatif restrukturisasi BUMN.

"Singkatnya, pasar IPO Indonesia diperkirakan akan mempertahankan kekuatan dan momentum di kuartal berikutnya, mengingat reformasi struktural Indonesia dan fundamental pertumbuhan yang tinggi," tegas Sahala. (TSA)

SHARE