PGEO Anggarkan Capex Rp8,52 Triliun di 2024, Simak Alokasinya
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menganggarkan belanja modal (capex) sebesar USD547 juta atau setara Rp8,52 triliun pada 2024.
IDXChannel - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menganggarkan belanja modal (capex) sebesar USD547 juta atau setara Rp8,52 triliun pada 2024. Sekira 10%-15% akan digunakan untuk perawatan aset.
“Sementara sisanya masuk ke dalam growth capex,” Direktur Keuangan PGEO Yurizki Rio dalam Media Gathering di Jakarta pada Kamis (14/3/2024).
Yurizki menjelaskan, belanja modal tersebut juga akan digunakan untuk ekspansi dalam rangka meningkatkan produksi perseroan. Tak hanya itu, anggaran belanja modal juga dialokasikan untuk membiayai rencana pertumbuhan secara organik dan akuisisi.
“Adapun sumber dananya akan dioptimalkan dari current facility PGEO. Jika merger dan akuisisi bisa dilakukan tahun ini, kami akan disupport dari sindikasi perbankan yang kemudian ini sifatnya seperti refinancing,” ujar Yurizki.
Sebagai informasi, PGEO terus melakukan ekspansi melalui eksplorasi potensi panas bumi dan pengoptimalan wilayah kerja untuk percepatan peningkatan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) perseroan hingga 1 gigawatt (GW) dalam dua tahun ke depan.
Perihal kinerja, PGEO pada 2023 mencatatkan laba bersih sebesar USD163,57 juta, meningkat signifikan sebesar 28.47% dari 2022 sebesar USD127,32 juta. Sementara itu, pendapatan pada tahun 2023 mencapai USD406,29 juta, naik dari USD386,07 juta pada tahun sebelumnya.
Sejalan dengan itu, penjualan perseroan juga mengalami peningkatan dengan kontribusi utama berasal dari area Kamojang sebesar USD151,51 juta, diikuti secara berurutan oleh Ulubelu sebesar USD120,18 juta, area Lahendong sebesar USD83,88 juta, area Lumut Balai USD41,32 juta, dan area Karaha dengan USD 9,38 juta.
PGEO memiliki rekam jejak dalam pengembangan dan pengelolaan proyek panas bumi yang efektif di beragam wilayah di Indonesia dan aset panas bumi PGEO telah secara konsisten mencapai reliabilitas operasional yang tinggi, melebihi 96% sejak 2019. Lebih lanjut, kinerja produksi (operasi sendiri) pada 2023 mencapai 4.735 GWh, meningkat dari 2022 yang sebesar 4.620 GWh.
(YNA)