MARKET NEWS

Prospek Harga Minyak, Pasar Balik ke Fundamental usai Risiko Geopolitik Mereda?

TIM RISET IDX CHANNEL 30/06/2025 07:23 WIB

Harga minyak mentah mencatat kinerja mingguan terburuk sejak Maret 2023, merosot hingga 12 persen seiring menguapnya premi risiko geopolitik.

Prospek Harga Minyak, Pasar Balik ke Fundamental usai Risiko Geopolitik Mereda? (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak mentah mencatat kinerja mingguan terburuk sejak Maret 2023, merosot hingga 12 persen seiring menguapnya premi risiko geopolitik pasca pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Iran.

Meski begitu, sesi perdagangan Jumat pekan lalu ditutup menguat, meskipun sempat tertekan di tengah hari akibat kabar peningkatan produksi dari OPEC+. Menurut analisis FXEmpire, kondisi ini mengindikasikan potensi oversold dan aksi short covering setelah pelemahan tajam selama sepekan.

Harga minyak jatuh dari level tertinggi di atas USD80 selama konflik 12 hari, hingga menguji rata-rata pergerakan 200 hari di USD65,15. Bahkan sebelum kabar OPEC+ dirilis, harga minyak sudah dalam jalur pelemahan mingguan 12 persen setelah gencatan senjata Israel-Iran diumumkan.

Tambahan tekanan datang pada Jumat setelah empat delegasi OPEC+ mengonfirmasi rencana peningkatan produksi sebesar 411.000 barel per hari mulai Agustus. Namun, harga berhasil pulih dari level terendah intraday dan ditutup menguat.

Kenaikan Produksi OPEC+ Menekan Permintaan?

Kebijakan peningkatan produksi mencerminkan keyakinan OPEC+ terhadap pemulihan permintaan global. Namun, hal ini juga memunculkan pertanyaan baru tentang kemampuan pasar untuk menyerap pasokan tambahan.

“Begitu laporan peningkatan produksi OPEC keluar, harga langsung anjlok,” ujar analis pasar senior dari Price Futures Group, Phil Flynn, menggambarkan tekanan jual yang muncul di tengah sesi Jumat.

Dari sisi permintaan, China—importir minyak terbesar dunia—mencatatkan rekor impor minyak dari Iran sebesar 1,8 juta barel per hari pada periode 1–20 Juni, menurut data Vortexa. Pembelian besar-besaran ini bahkan terjadi sebelum konflik Israel-Iran, menandakan kekuatan permintaan yang mendasari meski harga melemah.

Beberapa sinyal bullish dari sisi inventori juga muncul pekan ini. Data pemerintah AS menunjukkan penurunan stok minyak mentah dan bahan bakar, seiring meningkatnya aktivitas penyulingan dan konsumsi. Di kawasan Amsterdam-Rotterdam-Antwerp, stok gasoil yang disimpan secara independen turun ke level terendah dalam lebih dari setahun. Sementara itu, persediaan distilat menengah di Singapura juga menyusut, seiring kenaikan ekspor bersih.

“Kita mulai melihat premi permintaan pada harga minyak,” ujar Flynn, merujuk pada ekspektasi konsumsi yang lebih tinggi dalam beberapa bulan ke depan. Penurunan stok ini sempat menjadi penopang harga di awal sesi, sebelum berita dari OPEC+ mendominasi perhatian pasar.

Premi Risiko Geopolitik Menguap

Konflik Israel-Iran yang berlangsung selama 12 hari sejak 13 Juni sempat mendorong harga minyak Brent menembus USD80 akibat kekhawatiran gangguan pasokan. Namun, pengumuman gencatan senjata oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump langsung menghapus premi risiko tersebut, menunjukkan betapa sensitifnya pasar minyak terhadap dinamika geopolitik.

“Pasar nyaris sepenuhnya mengabaikan premi risiko geopolitik yang sempat muncul pekan lalu, dan kini kembali fokus pada faktor fundamental,” kata analis Rystad, Janiv Shah.

Sementara itu, aktivitas pengeboran di AS terus menurun. Jumlah rig minyak anjlok untuk bulan keempat berturut-turut menjadi 432 unit, menyamai level terendah sejak Oktober 2021. Ini menjadi penurunan beruntun terpanjang sejak pandemi.

Rebound atau Berlanjut Turun?

Kenaikan harga pada penutupan Jumat, meski di tengah kabar negatif dari OPEC+, menunjukkan potensi kondisi oversold usai penurunan tajam. Pemulihan dari level rendah intraday juga mengindikasikan adanya aksi short covering dan penyesuaian posisi menjelang akhir pekan.

Secara teknikal, harga minyak sempat menguji tetapi tetap bertahan di atas rata-rata pergerakan 200 hari (MA-200), yang bisa menjadi pijakan untuk pemulihan. Level pivot jangka panjang di USD67,44 kini menjadi target kenaikan berikutnya jika momentum positif dari Jumat pekan lalu berlanjut. Sementara itu, resistance tambahan berada di kisaran USD71,20.

Meskipun peningkatan produksi OPEC+ menimbulkan kekhawatiran suplai dalam jangka menengah, penurunan stok serta aksi harga pada akhir pekan bisa membatasi potensi pelemahan lebih lanjut. Jika harga kembali menembus ke bawah MA-200, penurunan bisa berlanjut. Namun, bila mampu bertahan di atas level ini, reli ke arah USD67,44 masih terbuka. (Aldo Fernando)

SHARE