Rapor Keuangan Emiten di Semester I-2023, Mana Laba Terjumbo?
Mayoritas emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), 756 dari 887 per 18 Agustus 2023, sudah melaporkan kinerja keuangan semester I-2023.
IDXChannel – Mayoritas emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), 756 dari 887 per 18 Agustus 2023, sudah melaporkan kinerja keuangan semester I-2023. Analis menyebut, secara umum, kinerja keuangan emiten RI dalam kondisi baik di paruh pertama tahun ini.
Hingga artikel ini ditulis, bank BUMN PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) memperoleh laba bersih terbesar di antara emiten lainnya selama semester pertama 2023, yakni mencapai Rp25,23 triliun.
Asal tahu saja, emiten dengan laba terbesar selama 2022, bank pelat merah lainnya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) belum merilis laporan keuangan semester I-2023. Sebagai ilustrasi, dengan menggunakan perolehan laba kuartal I-2023 saja, BRI sudah berada di lima besar emiten dengan laba terjumbo selama 6 bulan pertama 2023, yakni Rp15,50 triliun.
BRI menjadi emiten dengan raihan laba terbesar selama tahun lalu, yakni mencapai Rp51,17 triliun, meningkat 67,15% secara tahunan (year on year/yoy). Ini juga menjadi laba terbesar dalam sejarah perbankan Indonesia.
Kembali ke BMRI, bank ini mencatat kenaikan laba konsolidasi sebesar 24,74% sepanjang semester I-2023.
Laba tersebut naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp20,2 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, Senin (31/7/2023), laba bank only pada paruh pertama tahun ini, tercatat naik menjadi Rp23 triliun dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp18,53 triliun.
Capaian tersebut berasal dari pendapatan bunga dan syariah konsolidasi Bank Mandiri mencapai Rp64,19 triliun, tumbuh dari posisi Rp52,93 miliar periode tahun sebelumnya.
Sementara, bank Grup Djarum PT Bank Sentral Asia Tbk (BBCA) berada di peringkat kedua.
BCA dan entitas anak mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 34,0% year on year menjadi Rp24,2 triliun di semester I 2023.
Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan volume kredit, perbaikan kualitas pinjaman, serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.
Hingga Juni 2023, kredit konsumer menjadi segmen dengan pertumbuhan kredit tertinggi, diikuti oleh kredit komersial dan UKM. Peningkatan kredit konsumer ditopang oleh KPR yang tumbuh 12,0% YoY menjadi Rp114,6 triliun, serta KKB yang naik 19,2% YoY menjadi Rp51,4 triliun.
Saldo outstanding kartu kredit juga tumbuh 15,4% YoY menjadi Rp14,6 triliun, sehingga total portofolio kredit konsumer naik 13,9% YoY menjadi Rp183,9 triliun. Sementara itu, kredit komersial dan UKM tumbuh 10,9% YoY mencapai Rp219,2 trilliun. Kredit korporasi juga naik 5,1% YoY mencapai Rp326,0 triliun.
Secara keseluruhan, total kredit BCA naik 9,0% YoY menjadi Rp735,9 triliun di Juni 2023. Penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan naik 6,9% YoY mencapai Rp181,2 triliun di Juni 2023, berkontribusi hingga 24,3% terhadap total portofolio pembiayaan BCA.
Senior Investment Information dan Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia M. Nafan Aji Gusta menilai, secara umum, rapor keuangan emiten Tanah Air tumbuh positif.
“Sejauh ini, kinerja laporan keuangan, secara yoy terutama, dari sisi bottom line [pos laba/rugi], menunjukkan kinerja pertumbuhan yang progresif. Hal tersebut tentunya didukung oleh kenaikan kinerja dan pertumbuhan topline [pos pendapatan],” jelas Nafan Aji kepada IDXChannel, Jumat (18/8).
Senada, Founder Master Mind Trader Hendri Setiadi menyebut, saat dihubungi IDXChannel, Jumat (18/8), menyebut, “secara umum [kinerja keuangan emiten] relatif stabil [seiring] menanti hasil Pemilu 2024”.
Sementara, apabila melihat ‘jeroan’ kinerja keuangan 45 emiten di indeks elite LQ45, performa emiten cenderung terbagi.
Sebanyak 24 emiten mengalami penurunan laba (atau menjadi rugi atau rugi membengkak), sedangkan 21 emiten sisanya mencatatkan perbaikan bottom line. (Lihat tabel di bawah ini.)
Tentu saja, 45 emiten tersebut, kendati merupakan perusahaan besar dan memiliki saham yang likuid, tidak menggambarkan secara keseluruhan kinerja emiten di bursa saham Indonesia.
Secara umum, seperti ditulis Nomura pada 13 April lalu, emiten RI tergolong memiliki kesehatan yang kuat dan pertumbuhan yang solid.
Riset Nomura menggunakan kompilasi dari kinerja keuangan 200 perusahaan di bursa (setara dengan 85 persen dari total kapitalisasi pasar/market cap) untuk menilai kesehatan perusahaan dan pertumbuhan ekonomi secara umum.
Tiga indikator yang diteliti oleh Nomura, yakni stamina perusahaan (lama perusahaan mampu bertahan/beroperasi dengan asumsi nol pendapatan), tingkat utang (leverage), dan pertumbuhan topline. (ADF)