Rating Bank AS Turun Bikin Pasar Loyo, akankah Tragedi SBV Terulang?
Sejumlah bank di Amerika Serikat (AS) dilaporkan memperoleh penurunan peringkat kredit oleh lembaga pemeringkatan Moody’s pada Selasa (8/8/2023).
IDXChannel - Sejumlah bank di Amerika Serikat (AS) dilaporkan memperoleh penurunan peringkat kredit oleh lembaga pemeringkatan Moody’s pada Selasa (8/8/2023).
Ada 10 bank besar di AS yang mengalami penurunan peringkat kredit, yakni M&T Bank (MTB), Webster Bank (WBS), Pinnacle Financial Partners (PNFP), BOK Financial Corp. (BOKF), Associated Banc-Corp. (ASB), Old National Bancorp (ONB), Amarillo National Bank, Commerce Bancshares (CBSH), Prosperity Bank (PB), dan Fulton Financial Corp. (FULT).
Lembaga ini juga memberikan pandangan negatif kepada enam pemberi pinjaman papan atas, yaitu Bank of New York Mellon (BK), U.S. Bancorp (USB), State Street Corp. (STT), Truist Financial Corp. (TFC), Northern Trust Corp. (NTRS), dan Cullen/Frost Bankers Inc. (CFR).
Moody’s meninjau kinerja mereka untuk potensi penurunan peringkat di masa mendatang.
Dampak dari adanya pemeringkatan Moody’s ini menyebabkan sejumlah saham bank AS langsung anjlok pada perdagangan Selasa (8/8/2023). Saham CFR tertekan paling dalam dengan penurunan 2,83 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Keputusan tersebut mencerminkan latar belakang yang menantang bagi industri perbankan di AS, di tengah persaingan yang ketat untuk menarik simpanan setelah krisis perbankan tahun ini.
Moody mengutip peningkatan biaya pendanaan, tekanan profitabilitas, dan pertumbuhan pinjaman yang melambat sebagai tantangan bagi pendapatan bank di kuartal kedua tahun ini.
"Penghasilan Q2 bank-bank AS menunjukkan peningkatan material dalam biaya pendanaan serta tekanan profitabilitas terkait dengan pengetatan yang signifikan dan cepat dalam kebijakan moneter dan kurva imbal hasil terbalik. Kondisi ini akan terus menurunkan profitabilitas dan menyiratkan kemampuan yang lebih lemah untuk menghasilkan modal secara internal," kata analis Moody’s.
Bank-bank regional AS menjadi sorotan awal tahun ini setelah runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank.
Kejatuhan dua bank ini sempat memicu pelarian simpanan di seluruh sektor. Kepanikan akhirnya menyebar ke Eropa dan mengakibatkan penyelamatan darurat raksasa perbankan Swiss, Credit Suisse oleh pesaing domestiknya, UBS.
Meskipun pihak berwenang berusaha keras untuk memulihkan kepercayaan, Moody's memperingatkan bahwa bank dengan potensi kerugian besar mungkin masih rentan terhadap hilangnya kepercayaan konsumen secara tiba-tiba dalam lingkungan tingkat suku bunga yang tinggi.
Sebelumnya, bank sentral The Federal Reserve (The Fed) pada Juli masih menaikkan suku bunga pinjaman acuan ke kisaran 5,25 persen hingga 5,5 persen.
Ini menjadi serangkaian upaya lanjutan memperketat kebijakan moneter secara agresif selama satu setengah tahun terakhir dalam upaya untuk mengendalikan inflasi AS yang sulit dijinakkan.
"Kami memperkirakan risiko bank akan diperburuk oleh kenaikan signifikan tingkat suku bunga serta pengurangan berkelanjutan dalam cadangan sistem perbankan The Fed," kata Moody's dalam laporan tersebut.
Moody’s juga menambahkan suku bunga kemungkinan akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama sampai inflasi kembali ke dalam kisaran target The Fed.
Sementara suku bunga AS jangka panjang juga bergerak lebih tinggi karena berbagai faktor, yang akan memberikan tekanan lebih lanjut pada kebijakan penilaian aset bank.
Catatan Moody's, bank-bank daerah di AS berada pada risiko yang lebih besar karena mereka memiliki regulasi modal yang relatif rendah.
“Risiko mungkin lebih terasa jika AS memasuki resesi yang kami perkirakan akan terjadi pada awal 2024 karena kualitas aset akan memburuk dan meningkatkan potensi erosi modal,” tambah para analis Moody’s.
Meskipun tekanan pada bank-bank AS sebagian besar terkonsentrasi pada pendanaan dan risiko suku bunga akibat pengetatan kebijakan moneter, Moody's memperingatkan bahwa memburuknya kualitas aset akan segera terjadi.
"Kami terus memperkirakan resesi ringan pada awal 2024, dan mengingat tekanan pendanaan pada sektor perbankan AS, kemungkinan akan ada pengetatan persyaratan kredit dan meningkatnya kerugian pinjaman untuk bank-bank AS," kata lembaga tersebut. (ADF)