MARKET NEWS

Reputasi Sang Raja Investasi Startup Masayoshi Son Tercoreng usai WeWork Bangkrut

Maulina Ulfa - Riset 08/11/2023 14:55 WIB

WeWork, perusahaan rintisan (start-up) coworking berbasis Amerika Serikat (AS), secara resmi telah mengajukan kebangkrutan pada Selasa (7/11).

Reputasi Sang Raja Investasi Startup Masayoshi Son Tercoreng usai WeWork Bangkrut. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - WeWork, perusahaan rintisan (start-up) coworking berbasis Amerika Serikat (AS), secara resmi telah mengajukan kebangkrutan pada Selasa (7/11/2023).

Kebangkrutan WeWork menandai kejatuhan yang mengejutkan bagi perusahaan rintisan yang dulunya paling berharga di dunia.

Sebelumnya, Reuters melaporkan WeWork sedang mempertimbangkan untuk mengajukan kebangkrutan berdasarkan peraturan Bab 11 di New Jersey.

Pada Selasa (31/10), WeWork sebelumnya sempat menandatangani perjanjian dengan kreditor untuk penundaan sementara pembayaran sebagian utangnya, dengan masa tenggang hampir berakhir.

Perusahaan ini memiliki utang bersih jangka panjang sebesar USD2,9 miliar pada akhir Juni dan sewa jangka panjang lebih dari USD13 miliar.

WeWork menjalankan aset-aset yang tidak produktif di tengah meningkatnya kenaikan biaya pinjaman perbankan akibat kenaikan suku bunga bank sental AS Federal Reserve (The Fed) yang pada gilirannya merugikan sektor real estat komersial di AS.

Pandemi Covid-19 adalah titik balik peristiwa global yang mengguncang WeWork di mana orang-orang mulai bekerja dari rumah dibandingkan harus pergi ke ruang kantor.

Perusahaan ini juga didanai oleh bank investasi kenamaan yang gemar berinvestasi di startup, SoftBank, bernilai sekitar USD47 miliar pada puncaknya.

SoftBank Gigit Jari

Pengajuan kebangkrutan WeWork mengakhiri reputasi miliarder Jepang Masayoshi Son, yang nilainya jauh melebihi uang yang hilang imbas gaya investasi yang terlalu berani.

Saham SoftBank hari ini melorot 2,94 persen di bursa Tokyo per pukul 14.30 WIB dan secara year to date (YTD) naik 10,6 persen. Sementara secara YTD, saham WeWork anjlok hingga 98,51 persen di bursa New York. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sayangnya, investasi SoftBank di WeWork kini hanya bernilai USD45 juta pada Senin (6/11) sebelum pengajuan kebangkrutannya.

Mengutip BloombergNews, kemerosotan WeWork selanjutnya menyebabkan SoftBank mengalami kerugian ekuitas lebih dari perkiraan sebesar USD11,5 miliar dan utang sebesar USD2,2 miliar lainnya yang masih dipertaruhkan.

Son terlalu optimis pada WeWork sehingga bersedia berinvestasi miliaran dolar kepada pendiri WeWork Adam Neumann dari SoftBank dan Vision Fund, sehingga meningkatkan valuasi perusahaan co-working tersebut menjadi USD47 miliar pada awal tahun 2019. (Lihat grafik di bawah ini.)

Dua tahun kemudian, WeWork mencapai valuasi puncak sebesar USD47 miliar dengan investasi berkelanjutan SoftBank, sehingga meningkatkan ekspektasi akan IPO di tahun tersebut.

Kejatuhan WeWork saat ini menghancurkan reputasi Son sebagai investor cerdik yang sempat menjadi legenda modal ventura, mengalahkan kompetitornya asal China, Alibaba Group Holding Ltd.

Melalui unit usahanya Vision Fund, SoftBank aktif melakukan investasi pada perusahaan rintisan termasuk Uber, WeWork, dan DoorDash. SoftBank mengalami kerugian sebesar USD32 miliar pada tahun fiskal 2022 karena perusahaan rintisan yang didanai terus mengalami penurunan valuasi.

Kerugian tersebut merupakan peningkatan yang signifikan dari kerugian lebih dari USD19 miliar yang dialami unit tersebut pada 2021.

Kerugian keseluruhan investasi pada unit Vision Fund berjumlah USD39 miliar untuk tahun fiskal yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2023, dibandingkan dengan USD25 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Bahkan setelah WeWork harus membatalkan rencana IPO pada 2019, SoftBank tetap memberikan paket penyelamatan senilai USD9,5 miliar. Son membela keputusannya dalam presentasi yang meyakinkan investor akan profitabilitas bagi WeWork.

Tekad Son untuk mencetak unicorn dengan kecepatan sangat tinggi dengan mendorong perusahaan rintisan untuk meningkatkan valuasinya di seluruh dunia, ketika pesaingnya seperti Tiger Global Management dan Sequoia Capital ditekan untuk mengimbangi tuntutan besar yang dikeluarkan oleh Vision Fund.

Para investor menolak keras keputusan Son untuk berinvestasi di WeWork. Ini kemudian tercermin kerugian besar dan konflik kepentingan yang terungkap dalam pengajuan IPO WeWork.

Hanya butuh waktu beberapa tahun hingga nilai-nilai investasi tersebut akhirnya jatuh dan gagal menghasilkan penjualan, laba, dan IPO.

Sebagai informasi, WeWork didirikan pada 2010 oleh Adam Neumann dan Miguel McKelvey dengan tujuan utama menyediakan ruang kerja bersama yang diperuntukkan bagi pekerja lepas, startup, dan perusahaan yang mencari solusi kantor fleksibel.

Model bisnis WeWork bertumpu pada penyewaan ruang dari pengembang dalam jangka panjang, properti, dan kemudian disewakan kepada klien jangka pendek, berkembang pesat dalam satu dekade dengan suku bunga rendah.

Valuasinya melampaui USD1 miliar pada 2014, sehingga mendapatkan status “unicorn”. Pada 2017, SoftBank Group melakukan investasi pertama dari total USD18,5 miliar di perusahaan tersebut.

Sementara itu, Son mendirikan Vision Fund SoftBank pada 2017 untuk menjadi investor teknologi terbesar di dunia dan terus mengucurkan lebih dari USD140 miliar ke ratusan startup.

Son sendiri memuji keputusannya berinvestasi di WeWork adalah berdasarkan naluri. Namun kepercayaan pada intuisinya sendiri mungkin telah membuat Son tidak mau mengindahkan tanda bahaya dari para penasihatnya.

“Saya jatuh cinta dengan WeWork,” kata Son kepada pemegang saham pada Juni lalu. (ADF)

SHARE