Rupiah Berakhir Menguat Tipis ke Rp16.461 per USD Imbas Sentimen The Fed
Rupiah naik tipis 8 poin atau sekitar 0,05 persen, berada di level Rp16.461 per USD.
IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat pada akhir perdagangan Kamis (11/9/2025). Rupiah naik tipis 8 poin atau sekitar 0,05 persen, berada di level Rp16.461 per USD.
Pengamat Pasar Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan, pasar keuangan semakin yakin bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, akan segera melonggarkan kebijakan moneternya.
Keyakinan ini menguat setelah data harga produsen AS yang lebih rendah dari perkiraan, serta revisi besar pada angka ketenagakerjaan, menunjukkan pasar tenaga kerja yang mulai mendingin.
"Para pedagang kini melihat pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin hampir pasti terjadi saat The Fed bertemu minggu depan, dengan beberapa taruhan pada langkah yang lebih besar," tulis Ibrahim dalam risetnya.
Fokus investor kini beralih ke rilis data inflasi harga konsumen AS pada Kamis malam. Data ini akan menjadi penentu penting, sebab jika proses disinflasi terus berlanjut, hal ini akan semakin memperkuat argumen untuk penurunan suku bunga pada pertemuan The Fed 16-17 September 2025.
Selain data ekonomi, pasar juga mencermati isu politik dan geopolitik. Kekhawatiran atas independensi The Fed muncul setelah seorang hakim federal sementara memblokir upaya Presiden AS Donald Trump untuk memecat Gubernur The Fed Lisa Cook.
Upaya banding yang diajukan oleh Gedung Putih memperpanjang ketidakpastian atas potensi campur tangan politik dalam kebijakan moneter.
Di Jepang, pengunduran diri Perdana Menteri Shigeru Ishiba setelah kekalahan telak dalam pemilu memicu spekulasi bahwa penggantinya mungkin akan menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ekspansif.
Sementara itu, ketegangan geopolitik dari serangan Israel di Qatar dan eskalasi di perbatasan Polandia-Ukraina kembali menjadi sorotan, meskipun tidak menimbulkan risiko langsung terhadap pasokan minyak.
Dari dalam negeri, pemerintah tengah menyiapkan kebijakan untuk menarik dana simpanan senilai Rp200 triliun dari Bank Indonesia (BI) dan mengalihkannya ke sektor perbankan.
Langkah ini bertujuan mengatasi masalah kekeringan likuiditas yang belakangan menjadi perhatian industri, sekaligus mempercepat penyaluran kredit ke sektor riil untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
Tujuan utama dari kebijakan ini adalah untuk mempercepat perputaran uang di perekonomian. Dengan tambahan likuiditas, perbankan diharapkan memiliki ruang lebih besar untuk menyalurkan kredit produktif, baik ke UMKM maupun proyek strategis pemerintah.
Meski begitu, pemerintah masih menyusun aturan teknis mengenai bank mana saja yang akan menerima aliran dana ini, untuk memastikan dana tersebut benar-benar efektif dalam mendorong kredit dan tidak hanya menjadi dana murah semata.
"Berdasarkan seluruh analisis tersebut, kami memprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif dan berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.430-Rp16.470 per dolar AS pada perdagangan selanjutnya," kata dia.
(Dhera Arizona)