MARKET NEWS

Saham BUMN Karya PTPP hingga WIKA Kompak Merah, Ada Apa?

TIM RISET IDX CHANNEL 07/08/2023 17:56 WIB

Saham emiten konstruksi, terutama BUMN, kompak merosot tajam pada perdagangan Senin (7/8/2023), usai rebound sesaat pada Jumat (4/8) pekan lalu.

Saham BUMN Karya PTPP hingga WIKA Kompak Merah, Ada Apa? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Saham emiten konstruksi, terutama BUMN, kompak merosot tajam pada perdagangan Senin (7/8/2023), usai rebound sesaat pada Jumat (4/8) pekan lalu.

Saham PT PP (Persero) Tbk (PTPP) menjadi yang paling terpukul, minus 6,72 persen ke Rp555 per saham. Nilai transaksi perdagangan Rp15,30 miliar dan volume perdagangan 27,00 juta saham.

Pada Jumat minggu lalu, saham PTPP naik 2,59 persen, setelah sempat turun 3 hari beruntun pada Selasa hingga Kamis sebelumnya.

Dalam sepekan, saham PTPP melemah 8,26 persen dan dalam sebulan turun 7,50 persen.

Secara teknikal, saham PTPP menjebol support di level 580 dan berpotensi menguji support selanjutnya di 535 dan 498. Saham PTPP berpeluang membentuk pola double top yang bersifat bearish (memiliki potensi koreksi dalam)

Apabila penurunan berlanjut, kenaikan saham PTPP selama 30 Mei 2023 hingga 17 Juli 2023 yang mencapai 27 persen berpotensi terhapus sama sekali.

Saham emiten BUMN Karya lainnya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) juga melemah 3,49 persne ke Rp442 per saham setelah sempat technical rebound dengan niak 1,33 persen pada Jumat lalu.

Mirip PTPP, saham ADHI merosot 3 hari beruntun pada 1-3 Agustus pekan lalu.

Kinerja teranyar, ADHI mengumpulkan laba bersih sebesar Rp12,41 miliar pada semester I-2023. Realisasi tersebut naik 21,31 persen dibanding capaian Rp10,23 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Dari laporan keuangan perseroan di keterbukaan informasi BEI, Selasa (1/8), laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk BUMN Karya tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan usaha ADHI yang naik tipis sebesar 0,45 persen.

Pendapatan usaha perseroan sepanjang Januari-Juni ini menjadi Rp6,35 triliun dari sebelumnya di semester I-2022 yang sebesar Rp6,33 triliun.

Setali tiga uang, saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) juga terkoreksi cukup dalam, hingga minus 3,45 persen ke Rp392 per saham. Pada Jumat lalu, saham WIKA juga rebound 3,05 persen, menghentikan sejenak penurunan sejak 27 Juli.

Dalam sepekan, saham WIKA minus 10,50 persen dan dalam sebulan ambles 20,00 persen.

Kinerja keuangan WIKA sendiri jeblok. WIKA membukukan rugi bersih senilai Rp1,88 triliun pada semester I-2023.

Realisasi itu membengkak 14.019 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan rugi pada periode sama 2022 senilai Rp13,23 miliar.

Alhasil rugi per saham dasar WIKA menggelembung menjadi Rp209,72 per saham, dari semula Rp1,49 per saham.

Jatuhnya kinerja bottomline terjadi saat pendapatan usaha BUMN Karya ini naik 28,81 persen yoy mencapai Rp9,25 triliun. Kontribusi utama berasal dari proyek infrastruktur dan gedung senilai Rp4,76 triliun, disusul industri Rp2,17 triliun, hingga energi-industrial plat sebanyak Rp1,62 triliun.

Proyek hotel memberi penghasilan sebanyak Rp409,75 miliar, dan realty-properti sebanyak Rp221 miliar, demikian tersaji dalam laporan keuangan, Rabu (2/8).

Kinerja keuangan yang secara umum tertekan, dengan beban utang yang menumpuk dan sejumlah masalah yang menghantui, membuat saham emiten BUMN Karya mengalami penurunan yang signifikan.

Asal tahu saja, selain ketiga nama di atas, sejumlah emiten konstruksi yang turun hari ini, di antaranya PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK) yang minus 1,69 persen, PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) turun 1,10 persen, dan PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) terdepresiasi 1,05 persen.

Adapun, saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) masih disuspensi bursa, saham PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) stagnan di Rp50 per saham. Kemudian, saham PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) dan PT PP Presisi Tbk (PPRE) mendatar.

Berbeda dengan yang lainnya, saham PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) dan emiten Grup Astra PT Acset Indonusa Tbk (ACST) masing-masing menguat 2,30 persen dan 2,92 persen. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE