MARKET NEWS

Saham CBRE Jatuh Berhari-hari, Kapan Berhenti ARB?

TIM RISET IDX CHANNEL 15/10/2025 07:35 WIB

Saham emiten jasa angkutan laut PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) kembali tergelincir hingga menyentuh auto rejection bawah (ARB) pada Selasa (14/10).

Saham CBRE Jatuh Berhari-hari, Kapan Berhenti ARB? (Foto: CBRE)

IDXChannel – Saham emiten jasa angkutan laut PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) kembali tergelincir hingga menyentuh auto rejection bawah (ARB) pada Selasa (14/10/2025).

Tekanan jual makin deras di tengah bantahan resmi dari berbagai pihak terkait isu afiliasi yang belakangan beredar di pasar.

PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) dan pengusaha Happy Hapsoro kompak membantah rumor yang mengaitkan keduanya dengan CBRE. Manajemen Cakra Buana pun turut buka suara untuk meluruskan kabar tersebut.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham CBRE ditutup ambruk hingga auto rejection bawah (ARB) 15 persen, tepatnya 14,80 persen, ke level Rp1.065 per unit, dengan nilai transaksi mencapai Rp11,82 miliar. Tekanan jual kian terlihat dari antrean di kolom offer yang menumpuk hingga 1,16 juta lot di harga ARB, senilai Rp123,18 miliar.

Koreksi ini memperpanjang tren negatif saham CBRE menjadi empat hari beruntun, tiga di antaranya menyentuh ARB. Padahal, saham ini sempat mencetak rekor tertinggi di Rp2.000 per unit pada 9 Oktober 2025, jauh melesat dari titik terendahnya di Rp13 per unit pada 2024.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai tekanan jual terhadap saham CBRE masih sulit diprediksi arahnya. Ia mengaitkan penurunan tajam ini dengan kesalahpahaman antara manajemen dan investor.

“Sulit untuk melihat di mana CBRE akan berhenti ARB,” ujar Michael, Selasa (14/10/2025).

Ia menjelaskan, kejatuhan CBRE terjadi karena investor memiliki ekspektasi yang keliru mengenai afiliasi perusahaan.

“Koreksi yang terjadi karena ada miskomunikasi antara manajemen dengan investor, di mana investor memiliki ekspektasi bahwa CBRE terafiliasi dengan Hapsoro. Namun, berita ini sudah dibantah resmi oleh pihak manajemen,” katanya.

Michael menambahkan, secara teknikal saham ini berpotensi bergerak ke area konsolidasi.

“Melihat area konsolidasi yang pernah terbentuk, potensi CBRE berada di angka Rp600-Rp500,” ujarnya.

Bantahan RAJA

Diberitakan sebelumnya, RAJA menegaskan komitmennya untuk senantiasa menjunjung tinggi prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance), termasuk dalam memastikan keakuratan dan transparansi informasi publik di tengah meningkatnya dinamika pasar modal.

Sebagai bagian dari komitmen tersebut, Perseroan memandang perlu memberikan klarifikasi atas sejumlah pemberitaan yang beredar di media massa, media sosial, dan forum investasi yang dinilai tidak merujuk pada data resmi.

Menanggapi pemberitaan yang mengaitkan pemegang saham pengendali Perseroan, Happy Hapsoro, dengan CBRE, manajemen RAJA menegaskan bahwa tidak terdapat hubungan kepemilikan, afiliasi, maupun kerja sama bisnis, baik secara langsung maupun tidak langsung, antara RAJA Group dan/atau Bapak Happy Hapsoro dengan CBRE.

"Sebagai perusahaan publik, RAJA berkewajiban memastikan setiap informasi yang menyangkut pemegang saham pengendali disampaikan secara faktual dan proporsional," kata Corporate Secretary RAJA, Yuni Patinasarani lewat keterangan tertulisnya, Senin (13/10/2025).

Berdasarkan data resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) serta laporan kepemilikan saham publik di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tidak ditemukan satu pun dokumen yang menunjukkan adanya hubungan atau keterlibatan dengan CBRE.

"Kami menghargai perhatian publik terhadap Perseroan dan pemegang sahamnya, namun perlu ditegaskan bahwa tidak terdapat keterkaitan apa pun antara keduanya,” kata dia.

Lebih lanjut, Yuni mengimbau agar publik, analis, dan pelaku pasar berhati-hati terhadap informasi spekulatif yang belum terverifikasi, terutama yang bersumber dari media sosial, forum investasi, atau publikasi tanpa acuan data resmi.

“Kami memahami bahwa dinamika pasar sering kali diwarnai spekulasi, apalagi saat terjadi pergerakan harga saham yang ekstrem. Namun penyebutan nama individu tanpa dasar dokumen atau fakta hukum merupakan bentuk disinformasi yang dapat menyesatkan investor,” katanya.

Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah saham di sektor energi dan jasa penunjangnya mengalami lonjakan harga signifikan di Bursa Efek Indonesia. Kondisi tersebut kemudian memicu spekulasi publik dan pemberitaan keliru yang mengaitkan fenomena tersebut dengan pihak-pihak tertentu.

“RAJA berharap masyarakat dan pelaku pasar menilai setiap dinamika korporasi berdasarkan data fundamental dan fakta resmi, guna menjaga integritas serta kredibilitas pasar modal Indonesia," katanya.

CBRE Buka Suara 

Menanggapi pemberitaan yang mengaitkan pemegang saham pengendali RAJA, managemen CBRE menegaskan bahwa perseroan tidak memiliki hubungan kerja sama langsung dengan RAJA maupun PTRO.

Namun saat ini, CBRE justru tengah fokus menjalankan proses due diligence terhadap rencana akuisisi perusahaan yang merupakan market leader di bidang offshore, dengan peluang realisasi di atas 50 persen.

Menanggapi pergerakan pasar dan spekulasi yang beredar, Suminto menegaskan keyakinannya terhadap kualitas investor dalam negeri yang semakin matang dan rasional. 

“Investor Indonesia saat ini jauh lebih teredukasi. Mereka mengambil keputusan jual-beli berdasarkan kondisi pasar dan aksi korporasi yang nyata, bukan sekadar mengikuti nama besar,” ujar Suminto, dalam keterangan resminya, Senin (13/10/2025).

Selain fokus pada rencana akuisisi baru, Direktur Utama CBRE, Suminto menjelaskan bahwa dirinya saat ini juga masih fokus pada pembelian kapal Hilong 106 yang akan menjadi bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk memperkuat posisi di industri energi lepas pantai (offshore). Kapal ini diharapkan dapat menjadi pintu masuk bagi CBRE dalam menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak, baik emiten maupun non-emiten. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE