MARKET NEWS

Setahun di BEI, Bagaimana Perkembangan Bisnis Mitratel?

Suparjo Ramalan 25/11/2022 11:02 WIB

Mitratel sudah setahun melantai di Bursa Efek Indonesia, perseroan mencatatkan empat capaian usai melakukan initial public offering (IPO).

Setahun di BEI, Bagaimana Perkembangan Bisnis Mitratel? (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel sudah setahun melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Anak usaha PT Telkom (Persero) tersebut mencatatkan empat capaian usai melakukan initial public offering (IPO).

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko alias Teddy percapaian Mitratel diantaranya menjadi perusahaan tower telekomunikasi independent terbesar di Asia Tenggara dengan 28 persen saham kepemilikan publik.

“Mitratel telah menyiapkan infrastruktur telekomunikasi, baik itu menara, connectivity (fiber dan satellite) dan power to tower yang tersebar di seluruh Indonesia untuk memberikan solusi yang terlengkap dan terintegrasi untuk seluruh operator telekomunikasi,” ungkap Teddy di Jakarta, Jumat (25/11/2022).

Menurut Teddy, secara global tren bisnis menara telekomunikasi bergeser dari towerco menjadi digital infraco di masa depan, untuk menyediakan layanan seluler dan menumbuhkan ekosistem digital.

Di Indonesia, towerco telah bergerak untuk menangkap potensi pertumbuhan penyediaan infrastruktur digital. Terutama terkait penyediaan infrastruktur fiber optic untuk mendukung layanan seluler (4G/5G) dan ekosistem digital.

“Mitratel, sebagai bagian dari Telkom Group akan senantiasa mengambil peran dalam menyiapkan roadmap ke digital infraco untuk pengembangan portofolio yang berfokus pada penyediaan infrastruktur fiber optic atau tower fiberization,” kata.

Kedua, perusahaan menjadi perusahaan provider menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara dari sisi kepemilikan menara, melalui berbagai pembangunan tower dan aksi korporasi. 

Hingga kuartal III 2022, Mitratel tercatat total memiliki 35.051 tower telekomunikasi, setelah perseroan sukses mengakuisisi 6.000 tower milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) beberapa waktu lalu.

Ketiga, Mitratel memiliki leverage rendah dan tanpa eksposur terhadap risiko nilai tukar mata uang asing. Teddy menilai pihaknya cukup tangguh terhadap eksposur makro ekonomi dengan catatan net-debt to EBITDA 1,7x, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 100 persen dan seluruh utang dalam mata uang rupiah.

“Keempat, MTEL juga jadi perusahaan terdepan di industri dengan tingkat investasi yang sangat baik,” katanya.

Teddy menjelaskan MTEL telah meraih peringkat investment grade yang sangat baik dari PEFINDO yaitu peringkat IdAAA dengan outlook stabil. Saham MTEL juga masuk dalam daftar FTSE Global Equty IDX80, Kompas 100, IDX ESG Leaders dan ISSI Index.

Pada periode Januari – September 2022, MTEL berhasil membukukan pendapatan melesat 11,5 persen secara tahunan menjadi Rp5,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 5,02 triliun. Lonjakan pendapatan itu mendongkrak laba bersih perusahaan  18,1 persen menjadi Rp1,22 triliun dibandingkan sebelumnya Rp1,03 triliun. (RRD)

SHARE