MARKET NEWS

Smelter Aluminium Beroperasi Mulai Tengah Desember, Simak Prospek ADMR

TIM RISET IDX CHANNEL 21/11/2025 07:18 WIB

PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menargetkan mulai mengoperasikan pabrik aluminium barunya di Kalimantan Utara pada pertengahan Desember 2025.

Smelter Aluminium Beroperasi Mulai Tengah Desember, Simak Prospek ADMR. (Foto: Alamtri Minerals)

IDXChannel - PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menargetkan mulai mengoperasikan smelter aluminium barunya di Kalimantan Utara pada pertengahan Desember 2025.

Proyek yang berlokasi di Pulau Kalimantan itu menjadi salah satu andalan perusahaan seiring dorongan pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.

Direktur ADMR, Wito Krisnahadi, menyampaikan, dikutip Reuters, bahwa proses operasional awal akan dimulai bulan depan, sementara tahap peningkatan kapasitas (ramp-up) akan berlangsung hingga tahun depan.

Ia menambahkan, perusahaan menargetkan produksi penuh dapat tercapai pada Oktober 2026 dengan kapasitas 500.000 ton per tahun.

Dalam jangka panjang, Alamtri Minerals berencana memperluas proyek tersebut hingga mencapai kapasitas produksi tahunan 1,5 juta ton.

Ekspansi ini sejalan dengan kebijakan hilirisasi Indonesia. Pemerintah sebelumnya telah melarang ekspor bauksit sejak 2023 untuk mendorong pembangunan fasilitas pengolahan menjadi alumina dan aluminium di dalam negeri.

Prospek ADMR

Indo Premier Sekuritas menilai prospek ADMR semakin solid memasuki 2026, ditopang pemulihan harga batu bara metalurgi (met-coal) dan ketatnya pasokan aluminium global.

Dalam riset yang terbit pada 12 November 2025, analis menyebut outlook kedua komoditas itu cenderung positif meski permintaan dari industri hilir masih bervariasi.

Harga met-coal global di SGX Australia telah bangkit dari level terendah dan kini berada di sekitar USD196 per ton, dengan minat beli kembali meningkat, khususnya dari India.

Di China, harga batu bara metalurgi domestik juga melonjak sekitar 25 persen dari titik terbawah akibat pasokan yang terbatas. Namun, dari sisi permintaan, kurang dari 40 persen pabrik stainless steel di China saat ini membukukan keuntungan pada harga met-coal dan bijih besi yang berlaku.

Indo Premier menilai prospek met-coal pada 2026 tetap konstruktif, dengan potensi tekanan yang terbatas karena pasokan China yang ketat. Perusahaan riset ini memperkirakan harga met-coal 2026 berada di kisaran USD200 per ton, naik dari proyeksi awal USD190 per ton.

Untuk aluminium, Indo Premier menyoroti kebijakan pembatasan produksi di China yang tetap menjadi katalis utama penguatan harga.

Produksi aluminium negeri itu saat ini mendekati batas maksimal 45 juta ton yang ditetapkan National Development & Reform Commission (NDRC) China. Selain itu, musim dingin diperkirakan menahan output pada kuartal IV-2025 dan awal 2026, sehingga memperketat pasokan global.

Meredanya ketegangan dagang setelah penangguhan aturan U.S. Section 301 juga dinilai dapat mendorong permintaan industri. Indo Premier memperkirakan terjadi defisit pasokan sekitar 300 ribu ton pada 2026, memperkuat pandangan bullish terhadap aluminium.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Indo Premier menaikkan proyeksi laba bersih ADMR masing-masing sebesar 10 persen untuk 2026 dan 20 persen untuk 2027.

Asumsi harga jual aluminium dinaikkan menjadi USD2.900 per ton tahun depan, sementara volume penjualan diperkirakan lebih konservatif di 325 ribu ton karena fase ramp-up pabrik baru. Biaya produksi diproyeksikan berada di USD2.300 per ton pada 2026 dan turun menjadi USD2.100 per ton pada 2027 seiring peningkatan efisiensi.

Indo Premier mempertahankan rekomendasi beli untuk ADMR dengan target harga yang lebih tinggi, yaitu Rp1.700 per saham, naik dari sebelumnya Rp1.300.

Meski demikian, potensi risiko tetap ada, termasuk keterlambatan operasional smelter aluminium, pemulihan permintaan yang lebih lemah dari perkiraan, khususnya dari industri baja, serta gangguan cuaca yang dapat menghambat volume penjualan. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE