MARKET NEWS

Smelter Ausmelt TINS Beroperasi Bulan Ini, Hemat Biaya Pengolahan 25 Persen

Dinar Fitra Maghiszha 02/11/2022 20:27 WIB

Smelter Ausmelt Furnace PT Timah Tbk (TINS) siap beroperasi bulan ini.

Smelter Ausmelt TINS Beroperasi Bulan Ini, Hemat Biaya Pengolahan 25 Persen. (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Smelter pemurnian timah berteknologi atau Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace PT Timah Tbk (TINS) siap beroperasi bulan ini. Smelter ini berlokasi di Kawasan Unit Metalurgi Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung.

Sekretaris Perusahaan PT TIMAH Tbk, Abdullah Umar Baswedan mengungkapkan, pembangunan smelter ini telah rampung 100 persen, dan akan segera beroperasi pada akhir November ini.

"TSL Ausmelt Furnace adalah strategi untuk menjawab tantangan yang dihadapi industri pertambangan timah saat ini, di mana ketersediaan biji timah dengan kadar tinggi atau di atas 70 persen Sn sudah terbatas," kata Abdullah kepada media, Rabu (2/11/2022).

Melalui smelter ini, TINS menggandeng Outotec Australia yang berpusat di Finlandia sebagai provider teknologi. 

Abdullah menerangkan, teknologi peleburan timah yang dimiliki TINS saat ini, yakni Tanur Reverberatory tidak mempunyai fleksibilitas mengolah konsentrat bijih timah kadar rendah (< 70% Sn). Selain itu, membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk melebur timah dan terak.

Tanur Reverberatory menggunakan bahan bakar minyak (marine fuel oil) dengan reduktor batu bara jenis antrasit yang lebih banyak dan membutuhkan biaya yang relatif besar.

Dengan adanya TSL Ausmelt Furnace, perseroan mengharapkan mampu mengolah konsentrat bijih timah dengan kadar rendah mulai dari 40% Sn, dengan kapasitas produksi 40.000 ton crude tin per tahun atau 35.000 metrik ton ingot per tahun.

"Dengan beroperasinya Ausmelt dapat menekan cost pengolahan sebesar 25 persen dibandingkan dengan menggunakan Reverberatory furnace," terang Abdullah.

Selain itu, dari sisi pengoperasian TSL Ausmelt Furnace dilakukan dengan proses otomasi dengan sistem kontrol. Untuk bahan bakar dan reduktor, TSL Ausmelt menggunakan batu bara jenis Sub-Bituminus yang cenderung lebih mudah didapatkan di Indonesia.

Waktu pengolahan juga lebih singkat, untuk satu batch pengolahan hanya membutuhkan waktu sekitar 10,5 jam. Sedangkan pada Reverberatory membutuhkan waktu 24 jam per batch.

"Di tengah gencarnya isu lingkungan yang menyoroti perusahaan pertambangan, TSL Ausmelt lebih safety dan menerapkan teknologi ramah lingkungan karena dilengkapi dengan Hygien Sistem dan Waste Water Treatment," pungkas Abdullah.

(FAY)

SHARE