Sritex (SRIL) di Ujung Tanduk Delisting, Berapa Saham Publik Nyangkut?
Raksasa tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex (SRIL) resmi tutup. Saham SRIL di Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah dalam proses delisting.
IDXChannel - Raksasa tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex (SRIL) resmi tutup. Puluhan ribu karyawan terpaksa di PHK, dan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah dalam proses delisting.
Hal ini diungkapkan Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna. Dia mengaku, sempat bertemu dengan manajemen Sritex, namun tidak menjelaskan isi pertemuan tersebut.
Langkah pertama dalam proses delisting Sritex yang dilakukan BEI adalah mengonfirmasi langsung kepada manajemen jika ada isu tertentu.
“Setelah itu, kami inquiry lewat keterbukaan informasi, kami lakukan proses seperti kunjungan, untuk kemudian nanti kami ambil tindakan," kata Nyoman, baru-baru ini.
Nyoman mengatakan, dalam menetapkan keputusan delisting, BEI perlu berkolaborasi dengan pihak ketiga, termasuk profesi penunjang pasar modal. Kerja sama ini demi memastikan keputusan yang diambil tepat dan sesuai prosedur.
Lalu berapa saham publik yang tak jelas nasibnya apabila Sritex betul-betul terdepak dari BEI?
Berdasarkan data laporan bulanan kepemilikan saham SRIL per Januari 2025, mayoritas saham perseroan dikuasai oleh PT Huddleston Indonesia yang berbasis di Purwosari, Surakarta, Jawa Tengah.
Perusahaan tersebut menggenggam 12.072.841.076 (12,07 miliar) saham SRIL atau sebesar 59,03 persen. Sedangkan sisanya sebesar 40,97 persen atau sebanyak 8.379.335.768 (8,37 miliar) saham SRIL dimiliki publik atau pemegang saham dengan kepemilikan kurang dari 5 persen.
Jumlah pemegang saham publik ini sebanyak 45.863 pemegang saham.
Sementara itu, dari jajaran direksi dan komisaris, Iwan Setiawan Lukminto selaku Komisaris Utama Sritex mengempit 109.116.884 (109,11 juta) saham SRIL atau 0,53 persen. Kemudian Direktur Utama Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto memiliki 107.636.884 (107,63 juta) saham atau 0,53 persen.
Saham SRIL diketahui sudah disuspensi sejak 18 Mei 2021. Itu artinya, saham emiten tekstil tersebut sudah terpasung lebih dari tiga tahun.
(Fiki Ariyanti)