Utang Mencapai Rp77 Triliun, Saham Waskita Karya (WSKT) Masih Cerah?
Utang PT Waskita Karya Tbk (WSKT) membengkak Rp77 triliun di tengah rugi yang ditanggung perusahaan. Bagaimana prospek saham emiten konstruksi ini?
IDXChannel – PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mencatatkan utang (liabilitas) jumbo di semester I-2022, yakni mencapai Rp77,21 triliun.
Sebelumnya, per akhir 2021, utang atau total liabilitas WSKT sempat tercatat mencapai Rp88,14 triliun. Kendati demikian, emiten konstruksi BUMN ini sudah menyusut 1,34 persen dibanding periode yang sama tahun 2020, yaitu Rp89,34 triliun.
Bahkan, emiten ini pernah mencatatkan utang yang membengkak di atas Rp90 triliun pada tahun 2019. Sebagaimana dilansir dalam laporan keuangannya, liabilitas WSKT pada tahun penuh 2019 melambung di angka Rp93,47 triliun.
Utang jumbo yang dimiliki WSKT tentunya menyebabkan tingginya debt to equity ratio (DER) perusahaan ini. Adapun DER dari WSKT mencapai 6,92 kali, jauh melampaui rata-rata industri yang berada di level 1,24 kali.
Asal tahu saja, DER merupakan rasio utang dibandingkan dengan ekuitas. Dibandingkan dengan emiten BUMN karya lainnya, DER dari WSKT menjadi yang paling tinggi.
PT Adhi Karya Tbk (ADHI) misalnya, DERnya berada di level 5,77 kali. Sementara dua BUMN konstruksi lain, yakni PT PP Tbk (PTPP) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), DERnya masing-masing 3,99 kali dan 3,98 kali.
Terakhir yakni PT Acset Indonusa Tbk (ACST), emiten konstruksi milik Grup Astra,menjadi satu-satunya emiten dengan angka DER yang sehat, yakni berada di bawah rata-rata industri. Adapun DERnya hanya sebesar 1,20 kali. (Lihat tabel di bawah.)
Meningkatnya utang perusahaan pelat merah tersebut didorong oleh, terutama, proyek pembangunan infrastruktur besar-besaran di Tanah Air yang terdampak pandemi Covid-19.
Di samping itu, pandemi juga menyebabkan alokasi dana untuk pembangunan disesuaikan untuk penanganan krisis termasuk infrastrutur perawatan kesehatan.
Data Proyek Utama Infrastruktur (KPD) menyebutkan, lebih dari 50 persen pekerjaan konstruksi diberikan kepada emiten konstruksi BUMN seperti WIKA, ADHI, WSKT, dan PTPP.
Ini berdampak terhadap jumlah utang emiten konstruksi yang terus bertambah dalam jumlah besar sehingga terancam mengalami kesulitan keuangan di tengah kondisi pandemi. Sementara, ditundanya pelaksanaan proyek dan gangguan arus kas dapat menimbulkan masalah bagi emiten ini.
Utang Membengkak, WSKT Masih Merugi di Semester I-2022
Membengkaknya utang WSKT terjadi di tengah keuangan perusahaan yang merosot di semester I-2022. Menurut laporan keuangannya, WSKT menanggung rugi bersih sebesar Rp236,52 miliar di periode ini.
Padahal, di semester I tahun lalu, WSKT masih membukukan laba bersih sebesar Rp154,13 miliar.
Meski demikian, emiten ini masih mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih sebesar 29,29 persen dibanding semester I-2021. Adapun pendapatan bersih WSKT di semester I-2022 naik menjadi Rp6,09 triliun.
Ambruknya keuangan WSKT di periode ini disebabkan tingginya beban pendapatan emiten.
Berdasarkan laporan keuangannya, beban yang paling besar yakni beban pokok pendapatan yang mencapai Rp5,43 triliun. Beban dari segmen ini juga melesat secara year on year (yoy) sebesar 29,29 persen.
Selain itu, beban umum dan administrasi juga ikut meningkat 25,93 persen menjadi Rp1,27 triliun. Sementara beban keuangan WSKT juga memiliki jumlah yang besar yakni mencapai Rp1,97 triliun.
Meski Downtrend, Saham WSKT Masih Prospektif di Masa Depan?
Berada dalam masa downtrend atau penurunan kinerja di tengah pandemi, saham WSKT pernah mencapai Rp401/saham di periode 20 Maret 2020. Padahal, di awal tahun yakni pada 3 Januari 2020, saham WSKT masih berada di level Rp1.373/saham.
Kendati demikian, Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan Selasa (23/8) mencatat, kinerja saham WSKT masih menguat hingga 1,90 persen selama sebulan terakhir.
Walaupun memang, dalam sepekan sahamnya terkontraksi di minus 8,55 persen. Sementara dilihat secara year to date(ytd), saham WSKT masih memerah sebesar minus 15,75 persen.
Meski terkontraksi, saham emiten konstruksi ini sempat melesat pada penutupan sesi I perdagangan Jumat (12/8). Kenaikan saham WSKT bersama saham BUMN karya lainnya pada saat itu disertai volume tinggi, yang berarti bahwa minat investor sedang meningkat pula.
Menurut data BEI pada periode tersebut, saham WSKT menanjak hingga 4,59 persen menjadi Rp570/saham.
Menguatnya saham emiten konstruksi seiring dengan sentimen positif dari proyek pembangunan ibu kota negara baru atau IKN. Proyek tersebut tentunya melibatkan beberapa emiten konstruksi pelat merah melalui proses mekanisme tender.
Adapun WSKT juga ikut berpartisipasi dalam proyek besar tersebut. Menurut pihak perseroan, saat ini emiten BUMN karya tersebut tengah membentuk tim persiapan untuk proyek IKN.
Katalis positif dari IKN tersebut bisa jadi mendongkrak kinerja keuangan perusahaan-perusahaan konstruksi BUMN, tak terkecuali WSKT.
Dalam riset yang bertajuk “Construction, 2H22 Outlook: The Story Remains Intact” yang diterbitkan oleh Mirae Asset Sekuritas pada 23 Mei lalu disebutkan, kontrak baru kontraktor BUMN untuk tahun penuh 2022 diproyeksikan akan tumbuh 15 persen secara year on year (yoy).
Mirae Asset juga memberikan rekomendasi overweight pada sektor ini, seiring proyek IKN yang berpeluang menjadi sentimen positif bagi kinerja perusahaan BUMN yang terlibat.
Analis Mirae Asset, Joshua Michael, juga masih menempatkan WSKT sebagai pilihan utama pada 2022.
“Kami memilih WSKT karena kisah turnaroundnya, yakni membalik rugi menjadi laba di balik kesuksesan restrukturisasi utang emiten. Kami berharap, WSKT dapat membukukan laba bersih pada tahun 2023 mendatang,” tulis Joshua, dalam riset Mirae Asset.
Sementara MNC Sekuritas dalam riset bertajuk “Sector Update Report” yang terbit pada 30 Mei 2022 menyebutkan, manajemen WSKT sedang merestrukturisasi rasio keuangan perusahaan.
Dengan upaya ini, perusahaan dapat mengurangi beban bunga hingga 15 pesen yoy di tahun 2022 ini. WSKT juga mendapatkan dukungan fiskaldari pemerintah berupa penerbitan obligasi maupun sukuk dengan penjaminan dari pemerintah dan Penyertaan Modal Negara (PMN).
“WSKT juga berencana melakukan right issue di kuartal III-2022 sebesar Rp1 triliun, mengikuti suntikan modal dari pemerintah senilai Rp3 triliun,” tulis analis MNC Sekuritas, Muhammad Rudy Setiawan.
Periset: Melati Kristina
(ADF)