MARKET NEWS

Yield Obligasi AS Melesat, Nasdaq dan S&P 500 ke Level Terendah sejak Maret

Febrina Ratna 23/09/2023 19:04 WIB

Indeks saham AS mengakhiri minggu yang penuh gejolak ketika imbal hasil obligasi pemerintah mencapai level tertinggi dalam 16 tahun.

Yield Obligasi AS Melesat, Nasdaq dan S&P 500 ke Level Terendah sejak Maret. (Foto: MNC Media)

IDXChannelWall Street berakhir melemah pada penutupan perdagangan Jumat (22/9). Indeks saham Amerika Serikat (AS) itu mengakhiri minggu yang penuh gejolak ketika imbal hasil obligasi pemerintah mencapai level tertinggi dalam 16 tahun.

Di sisi lain, investor mencerna revisi dari prospek hawkish Federal Reserve. Alhasil, ketiga indeks saham utama tersebut tidak stabil hampir sepanjang sesi dan berakhir di zona merah.

Melansir dari Reuters, Sabtu (23/9/2023), Indeks Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 106,58 poin, atau 0,31%, menjadi 33.963,84, S&P 500 (.SPX) kehilangan 9,94 poin, atau 0,23%, menjadi 4.320,06 dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 12,18 poin, atau 0,09% menjadi 13.211,81.

Di antara 11 sektor utama dalam S&P 500, sektor konsumen non-primer mengalami persentase kerugian paling besar, sementara teknologi dan energi merupakan satu-satunya sektor yang memperoleh keuntungan.

Pada Kamis (21/9), indeks S&P 500 turun di bawah rata-rata dengan pergerakan 100 hari yang menjadi level support utama pertama kalinya sejak Maret. Kegagalannya untuk menembus di atas level tersebut menunjukkan bahwa indeks masih berada di bawah tekanan ke bawah.

"Minggu ini adalah tentang beberapa pesan Fed yang bertabrakan dengan investor ekuitas yang terlalu optimis," kata Zachary Hill, kepala manajemen portofolio di Horizon Investments di Charlotte, North Carolina..

Hill menambahkan bahwa investor selama ini "ingin memperdagangkan suku bunga sampai puncak selama hampir satu tahun sekarang."

Namun dia mengatakan hal itu sudah jelas dalam pernyataan Ketua Fed Jerome Powell minggu ini, " The Fed berpendapat kita belum sampai di sana."

Imbal hasil obligasi AS turun dari level tertinggi 16 tahun karena investor mengalihkan fokus mereka dari the Fed yang hawkish ke data ekonomi utama selanjutnya.

Investor masih mencerna keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga acuannya namun memperbarui Ringkasan Proyeksi Ekonomi kuartalannya yang menunjukkan bahwa kebijakan moneter yang ketat akan tetap berlaku lebih lama dari yang diperkirakan.

Pada Jumat (22/9), pernyataan dari Gubernur Fed Michelle Bowman mendukung pernyataan FOMC, yang menyarankan suku bunga harus dinaikkan lebih lanjut dan dipertahankan pada tingkat yang ketat untuk beberapa waktu demi menurunkan inflasi ke target sebesar 2%.

Manajer portofolio senior Dakota Wealth robert Pavlik mengatakan ada banyak faktor yang berseberangan dengan penurunan siklus perekonomian AS dan hal tersebut adalah sesuatu yang perlu diingatkan oleh The Fed.

Di antara saham-saham yang bergerak, Ford Motor Co naik 1,9% setelah serikat pekerja United Auto Workers melaporkan kemajuan dalam pembicaraan dengan produsen mobil tersebut. Volume perdagangan di Wall Street AS mencapai 9,47 miliar lembar saham, dibandingkan dengan rata-rata selama 20 hari perdagangan yang mencapai 10,09 miliar saham.

Penulis: Rianita Anggraini

(FRI)

SHARE