News

Banyak Negara Minat Gabung, BRICS Bahas Penambahan Anggota

Wahyu Dwi Anggoro 16/02/2023 09:18 WIB

BRICS berencana untuk memutuskan apakah akan menerima anggota baru tahun ini. Mereka  juga akan membahas kriteria apa yang harus dipenuhi anggota baru.

Banyak Negara Minat Gabung, BRICS Bahas Penambahan Anggota. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - BRICS berencana untuk memutuskan apakah akan menerima anggota baru tahun ini. Mereka  juga akan membahas kriteria apa yang harus dipenuhi anggota baru.

Beberapa negara telah menyatakan minat untuk bergabung dengan BRICS, termasuk Iran dan Arab Saudi. BRICS saat ini beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

Perluasan BRICS disebut akan menguntungkan China. Ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut mencoba membangun aliansi diplomatik untuk melawan dominasi negara-negara maju di lembaga-lembaga internasional.

China memulai pembicaraan tentang ekspansi ketika menjadi ketua tahun lalu.  Proposal untuk memperluas BRICS akan menjadi salah satu fokus utama blok ekonomi tahun ini.

Afrika Selatan adalah ketua grup saat ini.

“Ada lebih dari selusin negara yang telah menyatakan minatnya,” kata Duta Besar Afrika Selatan untuk BRICs Anil Sooklal, seperti dilansir Bloomberg pada Rabu (15/2/2023).

Potensi reposisi BRICS muncul ketika negara-negara maju di Eropa dan Amerika Utara berusaha untuk memperkuat aliansi untuk melawan pengaruh China yang semakin dominan dan asertif dengan membentuk blok baru dan menandatangani pakta perdagangan dan keamanan. 

Pada 2017,  aliansi antara Amerika Serikat (AS), Jepang, India, dan Australia yang dikenal dengan nama Quad dibangkitkan setelah tidak aktif selama hampir satu dekade. Pada  2021, Australia, Inggris, dan AS mengadakan aliansi keamanan yang disebut AUKUS.

“Kami percaya bahwa kami perlu berperan dalam memastikan bahwa kami memiliki arsitektur global yang lebih adil, inklusif, transparan,” kata Sooklal.

Sementara BRICS menyumbang 42 persen dari populasi dunia, para anggotanya memiliki kurang dari 15 persen hak suara di Bank Dunia dan IMF, menurut Institut Kajian Keamanan yang berbasis di Pretoria.

(WHY)

SHARE